DCF model: Pengertian, Rumus & Cara Menghitungnya!

Salah satu metode paling umum yang digunakan untuk mengukur sebuah nilai perusahaan adalah Discounted Cash Flow (DCF). Metode ini melakukan penilaian dengan melibatkan penilaian perusahaan berdasarkan kemampuannya untuk menghasilkan arus kas bebas atau free cash flow (FCF) di masa depan. Namun, dalam penghitungannya, Anda harus memperhatikan beberapa hal.

Dalam artikel ini, kami akan membahas pengertian metode ini, cara menghitung, dan contohnya. Simak untuk tahu lebih jelas!
👉 Baca artikel tentang analisis keuangan: Analisis keuangan: Cara Menghitung, dan Jenis-Jenisnya
Apa itu Discounted Cash Flow (DCF)?
Metode DCF atau arus kas diskonto adalah metode yang digunakan untuk memberikan estimasi nilai intrinsik dari sebuah investasi dengan mendiskontokan arus kas bebasnya di masa depan, didasarkan pada asumsi bahwa harga pasar mencerminkan semua informasi mengenai arus kas di masa depan.
DCF melakukan valuasi atau nilai saham di masa depan, dengan menggunakan konsep time of value money. Hal ini karena mempertimbangkan estimasi arus kas masa depan perusahaan dan mendiskontokannya dengan tingkat diskonto sehingga mendapatkan nilai sekarang dari arus kas tersebut. Hasil dari Net Present Value (NPV) dapat kita anggap sebagai nilai intrinsik saham tersebut.
Singkatnya, DCF digunakan untuk mendapatkan estimasi penghasilan di masa depan dengan melihat nilai investasi saat ini. Suatu investasi memberikan nilai positif jika arus kas lebih besar di masa depan. Jika arus kas di masa depan lebih kecil maka investasi tidak menguntungkan.
Perhitungan DCF menggunakan tingkat diskonto karena setiap Rp 1 hari ini tidak akan sama nilainya dengan lima tahun ke depan. Alias, setiap Rp 1 semakin tidak akan bernilai dalam beberapa tahun mendatang. Hal ini karena nilai mata uang selalu mengalami penurunan seiring berjalannya waktu yang disebabkan oleh investasi.
👉 Pelajari laporan keuangan perusahaan: Laporan Keuangan Perusahaan dan Manfaatnya
Cara Menghitung Discounted Cash Flow (DCF)
Berikut merupakan rumus untuk menghitung nilai DCF dari suatu perusahaan:

Keterangan:
- Free Cash Flow (FCF)/Arus Kas Bebas: Merupakan penghitungan laporan laba rugi. Namun, Anda dapat dengan mudah memperolehnya dari laporan arus kas. Sehingga hal ini adalah jumlah arus kas yang tersisa setelah dikurangi CAPEX. Rumus FCF = OCF – CAPEX.
- N (tahun): Variabel ini menunjukkan waktu atau tahun, misalnya 5, 7, atau 10 tahun ke depan
- k (Tingkat diskonto): Harapan tingkat pengembalian per tahun.
- Kelebihan arus kas: Kelebihan arus kas ditambahkan ketika utang bersih negatif (kas – aset keuangan saat ini – utang > 0).
- PV.RV (Present Value dari Residual Value): Nilai perusahaan dari FCF terakhir yang diproyeksikan di N hingga “tak terbatas”. Penghitungan Nilai Sekarang dari Nilai Residual dengan cara berikut:

- Tingkat pertumbuhan jangka panjang (g): Tingkat pertumbuhan aliran kas bebas dari FCF terakhir yang diproyeksikan di N hingga “tak terbatas”. Seperti yang akan kita lihat contohnya di artikel ini.
👉 Kenali beberapa indeks profitabilitas: Indeks Profitabilitas: ROA, ROE, ROCE, ROS
Cara Memperbarui dan Menganalisis
Selanjutnya, ketika Anda melakukan penilaian dari sebuah perusahaan dengan metode DCF, Anda harus memproyeksikan FCF masa depan dari FCF saat ini. Untuk itu, Anda bisa berasumsi harapan pertumbuhan FCF tahunan, misalnya 3%, 4%, 5% atau lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan tersebut. Semuanya tentu saja tergantung pada pertumbuhan masa lalu dan harapan tingkat pertumbuhan. Cara lain untuk memproyeksikan FCF adalah melalui laporan penjualan, oleh karena polanya sudah terbentuk. Kemudian, kita akan mengalikan data penjualan tersebut dengan estimasi margin FCF. Berikut merupakan rumusnya:

Selanjutnya, jika kita memutuskan untuk menggunakan proyeksi FCF berdasarkan data penjualan, kita bisa menghitung tingkat pertumbuhan penjualan rata-rata dari tahun-tahun sebelumnya. Kemudian, penghitungan ini juga beserta margin FCF rata-rata dari tahun-tahun sebelumnya dan memasukkannya ke dalam rumus berikut:

Terakhir, untuk penilaian yang lebih koservatif, menarik untuk menerapkan penyesuaian pada kepentingan hak saham minoritas. Sehingga, jika minoritas mewakili 5% dari ekuitas bersih, kita akan mengalikan nilai DFC dengan 0,95.
👉 Pelajari juga cara memanfaatkan fluktuasi harga saham: Trading: Apa itu dan Bagaimana Cara Memulainya?
Contoh Penilaian dengan Metode DCF
Selanjutnya, untuk menilai sebuah perusahaan dengan metode DCF, cara yang paling mudah adalah dengan menggunakan excel. Dalam contoh berikut, kita akan menilai perusahaan makanan PT ABC Lezat. Anda bisa menerapkannya di saham perusahaan lain seperti saham GOTO. Pertama, kami telah mendapatkan data pertumbuhan penjualan rata-rata sejak 2015 dan margin FCF atas penjualan rata-rata sejak 2015.
Kemudian, kami telah memilih tingkat pertumbuhan penjualan sebesar 3,5%, margin FCF sebesar 6,5% dan tingkat pertumbuhan jangka panjang (g) sebesar 1,75% untuk menjadi konservatif. Sehingga, dengan data tersebut, kami akan memproyeksikan arus kas dan memperbaruinya dengan tingkat diskonto (k), diskresioner, sebesar 9%.
DISKONTO FCF (10 TAHUN) | TAHUN 2020 | |
Penjualan | 2.461.915,0 | Rata-rata sejak 2015 |
Variasi | 16,09% | 3,46% |
FCF/Arus Kas Bebas | 179.281,0 | Rata-rata sejak 2015 |
Margin FCF | 7,28% | 6,24% |
Tingkat diskonto (K) | 9% | |
Tingkat pertumbuhan penjualan | 3,5% | |
Margin FCF | 6,5% | |
g | 1,75% |
PENILAIAN dengan Metode DCF |
+Total PV.FCF = 915.515,62 |
+Nilai residu = 1.434.013,66 |
+Kelebihan kas = 0,0 |
=Penilaian perusahaan = 2.349.529,3 |
x Kepentingan hak saham minoritas 98,66% (1,34%) |
= Penilaian perusahaan disesuaikan = 2.318.102,27 |
/Jumlah saham 153.865 |
= Penilaian DCF = 15,1 |
Estimasi Tahun 2021 | Estimasi Tahun 2022 | Estimasi Tahun 2023 | Estimasi Tahun 2024 | Estimasi Tahun 2025 | Estimasi Tahun 2026 | Estimasi Tahun 2027 | |
Penjualan | 2.548.083 | 2.637.265 | 2.79.569 | 2.825.104 | 2.923.983 | 3.026.322 | 3.132.243 |
FCF | 165.625 | 171.422 | 177.422 | 183.632 | 190.059 | 196.711 | 203.596 |
PV FCF | 151.950 | 144.283 | 137.002 | 130.089 | 123.525 | 117.292 | 111.374 |
👉 Baca juga artikel mengenai dividen: ETF, Reksa Dana atau Saham: Bagaimana Memulai Portofolio Dividen Anda?
Berdasarkan perhitungan metode DCF, nilai DCF yang diperoleh adalah Rp 15 per saham dan hasil DCF ini sudah mempertimbangkan sejumlah variabel yaitu tingkat diskonto, pertumbuhan penjualan, margin FCF, dan tingkat pertumbuhan jangka panjang.
Sehingga penilaian perusahaan dengan metode DCF ini tentu akan berbeda jika memasukkan nilai yang berbeda. Dengan contoh metode DCF di atas kami dapat memperoleh lebih dari satu skenario di masa depan. Oleh karena itu, Anda bisa mengganti nilai variabelnya dengan menyesuaikan arus kas masa depan yang diharapkan.
👉 Ini panduan melakukan analisis fundamental: Panduan Lengkap Analisis Fundamental untuk Investor Pemula
Kekurangan dari Discounted Cash Flow
Setelah kami sudah menghitung dan memasukkan semua variabel di excel, tentu sangat mudah untuk menghitung nilai perusahaan dengan metode DCF. Tetapi, perhitungan nilai dengan metode ini memiliki satu kelemahan utama yaitu penilaian sangat dipengaruhi oleh nilai variabel tingkat diskonto.
Dalam contoh sebelumnya, hanya dengan meningkatkan tingkat diskonto hingga 10%, penilaian perusahaan dengan metode DCF akan menjadi Rp 13,18. Selain itu, tingkat diskonto harus lebih besar dari tingkat pertumbuhan jangka panjang (g) agar tidak memiliki residual value yang berlebihan.
Oleh karena itu, perlu diketahui bahwa metode DCF memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Namun, jika kita mengetahui cara menggunakannya dengan baik dan memahami kelemahannya, dapat menjadi metode yang baik untuk penilaian suatu perusahaan.
👉 Baca artikel berikut: Bagaimana Cara Menilai Perusahaan Berdasarkan Analisis Fundamental?
Pertanyaan yang sering diajukan (FAQ)
Profil risiko perusahaan atau investor serta kondisi pasar modal dapat mempengaruhi pemilihan tingkat diskonto. Jika investor kesulitan memperkirakan arus kas masa depan atau proyeknya sangat rumit, metode DCF akan kurang bermanfaat.
Karena analisis DCF berfokus pada pertumbuhan jangka panjang, ini bukan metode yang tepat untuk menilai potensi keuntungan jangka pendek. Selain itu, sebagai investor, penting untuk tidak terlalu mengandalkan satu metode saja saat melakukan penilaian saham.