Bursa
Kondisi ekonomi Indonesia saat ini mengalami deflasi beruntun dalam 5 (lima) bulan terakhir. Bagaimana kondisi Indonesia sebenarnya? Apa kata pemerintah dan para pengamat ekonomi? Apa penyebab deflasi dan bahayanya bagi Indonesia? Dalam artikel ini kami akan membahas secara mendalam apa itu deflasi dan konteksnya dengan kondisi ekonomi Indonesia saat ini!
Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan Indonesia mengalami deflasi beruntun selama lima bulan terakhir sejak Mei 2024 karena penurunan harga komoditas bergejolak. Kompak, Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani juga mengatakan bahwa deflasi terjadi karena penurunan harga pangan yang diupayakan oleh pemerintah.
Dari penjelasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa pengertian deflasi adalah kondisi di mana harga barang dan jasa mengalami penurunan dalam kurun waktu tertentu. Ini berarti nilai mata uang negara mengalami peningkatan.
Mari kita gunakan contoh deflasi secara sederhana. Secara riil deflasi artinya apabila biasanya dengan uang Rp 60.000 kita bisa membeli ayam 2 kg, dalam kondisi deflasi kita bisa mendapatkan ayam sebanyak 2,5 kg atau lebih.
Dari contoh deflasi di atas kita mengetahui bahwa deflasi bisa menyebabkan situasi perekonomian yang sulit karena konsumen menghabiskan lebih sedikit uang dan pelaku usaha memperoleh lebih sedikit pendapatan.
Sekilas kondisi deflasi menguntungkan bagi konsumen. Sayangnya jika terus terjadi, deflasi bisa mengancam produsen dan menjadi ancaman besar bagi perekonomian negara. Dalam kasus pedagang ayam, bila terjadi deflasi secara terus menerus maka pendapatannya akan berkurang. Lama kelamaan daya beli akan melemah dan memberikan efek domino ke sektor lain.
Kondisi deflasi ini juga bisa dijelaskan menurut Teori Kuantitas Uang oleh Irving Fisher. Asumsi Teori Kuantitas Uang adalah peningkatan jumlah uang yang beredar bisa menyebabkan inflasi. Sebaliknya, penurunan jumlah uang yang beredar bisa menyebabkan deflasi. Penurunan uang beredar menyebabkan adanya kesulitan melakukan transaksi jual-beli sehingga harga barang akan mengalami penurunan dan bisa menyebabkan perlambatan ekonomi.
👉🏻 Pelajari artikel menarik mengenai Uang: Sejarah, Jenis, Peran & Manfaatnya!
Bank Indonesia (BI) menjelaskan inflasi adalah kondisi kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Mengutip Teori Kuantitas Uang Irving Fisher, maka inflasi terjadi karena peningkatan jumlah uang yang beredar. Perubahan jumlah uang yang beredar akan mempengaruhi harga barang dan jasa. Ini membuat nilai mata uang melemah bahkan tidak berharga. dan harga barang maupun jasa menjadi tinggi. Dalam kondisi ini masyarakat bisa kehilangan daya belinya jika terjadi inflasi yang berlebihan.
Jadi, inflasi adalah kondisi di mana harga barang dan jasa terus mengalami peningkatan. Sedangkan deflasi adalah kondisi saat harga barang dan jasa terus mengalami penurunan dalam jangka waktu tertentu.
Saat kondisi deflasi, penghasilan para pelaku usaha akan mengalami penurunan sehingga akan memberatkan mereka menjaga keberlangsungan usaha. Dalam kondisi inflasi, para pelaku usaha akan kesulitan menjual barang dan jasa karena konsumen kesulitan membelanjakan uang mereka. Kedua kondisi ini akhirnya akan berujung pada pelemahan daya beli.
Deflasi bisa disebabkan oleh banyaknya suplai barang hingga turunnya permintaan. Kondisi ini tentu akan memberikan dampak pada ekonomi. Berikut penjelasannya!
Indonesia tengah mengalami deflasi secara bulanan bila dilihat dalam lima bulan terakhir. Deflasi terdalam terjadi pada September 2024. Deflasi selama lima bulan beruntun ini membuat inflasi September 2024 terhadap September tahun lalu sebesar 1,84% atau sejak awal tahun 2024 sebesar 0,74%.
Badan Pusat Statistik menjelaskan deflasi pada September 2024 lebih dalam lantaran penurunan harga komoditas. Jika dilihat dari segi komponen secara bulanan penyebab deflasi adalah komponen diatur pemerintah dan bergejolak. Berikut penyebab deflasi pada September 2024:
Sebagai catatan, secara historis deflasi September 2024 merupakan deflasi terdalam dibandingkan bulan yang sama dalam lima tahun terakhir.
Masih dari BPS, penyebab deflasi September 2024 terdalam selama lima tahun terakhir karena kelompok makanan, minuman dan tembakau.
Bank Indonesia (BI) mengatakan kondisi deflasi ini masih sesuai target inflasi BI. Tekanan inflasi pada September 2024 membuat inflasi secara tahunan sebesar 1,84% masih sesuai target BI di kisaran 2,5% plus minus 1%. Mereka mengatakan tidak ada pelemahan yang berlebihan di ekonomi Indonesia.
BI juga sebut pertumbuhan ekonomi Indonesia masih baik didorong oleh kosumsi rumah tangga. Tantangan justru datang dari kondisi global saat ini seperti kondisi geopolitik da kenaikan harg komoditas. Namun BI akan terus melakukan operasi moneter untuk menjaga nilai rupiah stabil hingga inflasi tetap terjaga di angka 2,5%. Di sisi lain BI meminta masyarakat harus tetap optimis dan membantu mendorong pertumbuhan ekonomi domestik.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia didrive oleh konsumsi rumah tangga. Jadi kami berharap teman-teman bisa lebih banyak spending karena spending is helping di ekonomi.
Manajer Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Farisan Aufar (Kompas.com)
BI juga telah mengambil sikap mengeluarkan kebijakan moneter untuk menurunkan suku bunga pada September 2024 menjadi 6%. Penurunan ini mempertimbangkan kinerja inflasi yang stabil bahkan cenderung rendah, Rupiah menguat dan kebijakan The Fed yang longgar.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan deflasi beruntun 5 bulan terakhir bukan sinyal negatif karena penyebabnya adalah penurunan harga pangan. Menurutnya ini membuat masyarakat kelompok menengah bawag bisa menjangkau bahan-bahan makanan dengan lebih murah.
Deflasi lima bulan terakhir terutama dikontribusikan penurunan harga pangan. Menurut saya ini suatu perkembangan positif, terutama terhadap daya beli masyarakat.
Menteri Kuangan Sri Mulyani (Antara News)
Dengan perkembangan data inflasi tersebut, BPS juga melaporkan data warga kelas menengah yang mengalami penurunan sejak 2019. Sebanyak 9,48 juta warga kelas menengah turun kelas ke kelas menengah rentan hingga kelompok rentan miskin.
Pada 2019 jumlah penduduk kelas menengah mencapai 53,33 juta. Kemudian di tahun 2024 tersisa 47,85 juta penduduk. Ini menyebabkan masyarakan kelas menengah rentan melonjak dari 128,85 juta (48,2%) menjadi 137,5 juta jiwa (49,22%). Sehingga pada 2024 jumlah kelas menengah rentan mencapai 49,22% dari komposisi penduduk di Indonesia.
Kelompok masyarakat rentan miskin juga naik dari 54,97 juta jiwa pada 2019 menjadi 67,69 juta jiwa atau 24,23% dari total penduduk. Kelompok miskin juga naik dari 25,24 juta pada 2019 menjadi 25,22 juta pada 2024.
Penurunan jumlah kelas menengah sejalan dengan porsi pengeluaran kelas tersebut. Melansir Tempo, ada pergeseran prioritas pengeluaran kelas menengah dalam lima tahun terakhir yang mengindikasikan adanya tekanan ekonomi.
Proporsi pengeluaran untuk makanan (41,05% jadi 41,67%), iuran atau pajak (3,48% jadi 4,57%) dan perumahan (27,8% jadi (28,52%) meningkat. Sedangkan pengeluaran untuk hiburan dan kendaraan mengalami penurunan. Data ini berbanding terbalik dengan ciri khas kelompok menengah atas dan kelompok di bawahnya menurut BPS. Kelas ini memiliki ciri khas proporsi pengeluaran untuk hiburan dan kendaraan cukup signifikan. Data menunjukan kelas menengah kini lebih fokus pads kebutuhan pokok.
Penurunan jumlah kelas menengah juga sejalan dengan jumlah lapangan pekerjaan formal di kelas tersebut yang terus menurun dari 61,71% jadi 59,36% . Sementara itu mereka yang bekerja informal mengalami peningkatan sejak 2019 dari 38,29% jadi 40,64%.
👉🏻 Kelas Menengah Indonesia Turun Kelas, Ini Cara Aman Kelola Keuangan!
Data Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) juga mengalami peningkatan sejak awal tahun 2024. Total pekerja yang terkena PHK sepanjang Januari-September 2024 sebanyak 52.993 tenaga kerja. PHK paling banyak terjadi pada sektor manufaktur yang mencapai 24,013 kasus, dan jasa 12.853 kasus.
Fenomena ini tercermin juga dari data klaim BPJS. Klaim Jaminan Hari Tua (JHT) per Agustus 2024 mencapai Rp 31,71 triliun. Sebanyak 29,93% jumlah klaim tersebut disebabkan oleh PHK.
👉🏻 Rekomendasi Dana Pensiun Terbaik, Mana Yang Paling Untung?
Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan deflasi beruntun bukan pertama kalinya terjadi di Indonesia. Kondisi deflasi beruntun pernah terjadi saat krisis moneter 1998 atau krisis finansial Asia 1998-1999. Pada tahun 1999 Indonesia juga mengalami deflasi selama 8 bulan beruntun:
Deflasi tersebut terjadi setelah Indonesia mengalami hiperinflasi, di mana pada krisis 1998 inflasi mencapai 77% dengan ekonomi terkontraksi lebih dari 13,7%. Dalam kondisi krisis tersebut, jumlah pengangguran terbuka tercatat mencapai 4,3 juta orang pada 1997 dan meningkat menjadi 5,1 juta orang pada 1998. Adapun jumlah penduduk miskin pada tahun 1998 mencapai 49,5 juta dengan presentase 24,2%. Kemudian depresiasi rupiah pada 1998 mencapai 197%.
Melansir dari berbagai sumber, para ekonom sepakat mengatakan bahwa deflasi beruntun dalam lima bulan ini merupakan indikasi melemahnya sisi permintaan. Pendapat ini didukung oleh data meningkatnya angka PHK, penurunan golongan kelas menengah dan indeks manufaktur yang berada di bawah 50 dalam tiga bulan terakhir.
Apalagi adanya pergeseran belanja di golongan kelas menengah yang kini terkosentrasi pada kebutuhan pokok dari pada kebutuhan hiburan. Selain itu data rata-rata tabungan rumah tangga tiap rekening per Juli 2024 juga turun 6,3% dari periode yang sama tahun sebelumnya menjadi Rp 4,28 juta.
Meski begitu, kita tidak bisa mengesampingkan bahwa deflasi terjadi juga karena adanya pasokan pangan yang melimpah mengingat saat ini Indonesia masuk di musim panen. Serta adanya penurunan harga minyak dunia.
Maka dari itu, kita perlu mencermati data PHK, lapangan kerja baru dan langkah-langkah yang akan diambil oleh Bank Indonesia untuk melihat apakah deflasi masih akan terus terjadi atau inflasi akan terkendali sesuai target pemerintah. Sehingga apakah pertumbuhan ekonomi masih akan solid atau justru tertahan dengan data-data yang akan kita cermati hingga akhir 2024 nanti. Namun yang pasti, dari data-data di atas, kondisi ekonomi Indonesia masih lebih baik dari pada kondisi krisis 1998.
👉🏻 Kelola investasi Anda untuk menjaga daya beli dengan pilihan investasi aman. Pelajari: Cara Investasi Rutin Setiap Bulan dengan Modal Kecil