logo RankiaIndonesia

Suku bunga Bank sentral Indonesia, BI Rate September Turun jadi 4,75%

Simak update suku bunga Bank Indonesia terbaru

Terbaru Bank sentral Indonesia alias BI pangkas suku bunga BI rate September 2025 25 bps menjadi 5%. Ini menjadi penurunan ketiga kali berturut-turut sejak Juli 2025 dan terendah sejak 2022.

Kebijakan Bank Indonesia mengenai suku bunga BI Rate adalah kebijakan yang dinamis mengingat kondisi ekonomi dunia dan Indonesia yang mengalami perubahan dengan cepat.

Sejak September 2024, BI telah memangkas total 150 bps, menjadi level terendah sejak 2022. Langkah ini diambil sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Terutama karena pertumbuhan ekonomi masih lemah, dilihat dari lemahnya konsumsi rumah tangga, inflasi yang rendah 1,64% sejak awal tahun dan terbatasnya lapangan pekerjaan.

Penurunan ini juga sejalan dengan proyeksi melemahnya perekonomian dunia karena meluasnya implementasi tarif resiprokal Amerika Serikat (AS). 

Apa itu Bank Indonesia dan kebijakan suku bunga BI? Bagaimana perannya dan kapan pertemuan para Gubernur BI dilaksanakan untuk membuat kebijakan moneter? Kami akan membahasnya di artikel ini!

Suku bunga bank sentral Indonesia, BI rate terbaru September 2025 turun 25 bps menjadi 4,75%

Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 16-17 September 2025 memutuskan BI Rate turun sebesar 25 bps menjadi 4,75%. Penurunan ini diikuti juga penurunan suku bunga Depocit Facility 50 bps menjadi 3,75% dan suku bunga Lending Facility 25 bps menjadi 5,5%. 

Ini merupakan penurunan suku bunga BI rate kelima tahun ini. BI sebelumnya memangkas suku bunga BI rate pada Januari, Mei, Juli dan Agustus 2025. Penurunan suku bunga BI rate September 2025 menandai tren suku bunga rendah masih berlanjut. 

Dengan demikian, maka suku bunga BI rate Agustus 2025 adalah:

  • Suku bunga BI Rate: 4,75%
  • Suku bunga Deposit Facility: 3,75%
  • Suku bunga Lending Facility: 5,5%
Sumber: Bank Indonesia

Keputusan ini sejalan dengan upaya bersama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan menjaga tetap rendahnya prakiraan inflasi 2025 dan 2025 dalam sasaran 2,5% dan stabilitas nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamentalnya.

Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia

BI juga memberikan sinyal mereka masih perlu melihat proyeksi inflasi dua tahun ke depan untuk memutuskan kebijakan suku bunga BI selanjutnya. Apabila inflasi inti tetap rendah di kisaran 2,5% hingga tahun depan, maka masih ada ruang penurunan suku bunga BI rate.

Dalam mencermati ruang penurunan suku bunga ini, BI memiliki tujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, menjaga inflasi tetap terkendali dan mempertahankan stabilitas nilai tukar. 

BI dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi juga melihat bahwa masih perlu ada langkah lebih lanjut untuk mendorong kredit atau pembiayaan dan meningkatkan likuiditas perbankan. 

Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih lemah, inflasi sejak awal tahun rendah 1,6%

Bank Indonesia melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia perlu makin ditingkatkan. Pada kuartal III-2025, BI melihat konsumsi rumah tangga masih belum kuat karena turunnya ekspektasi konsumen khususnya kelompok menengah ke bawah dan terbatasnya ketersediaan lapangan kerja.

BI juga melihat perlu adanya memperkuat investasi dengan mempercepat realisasi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di berbagai daerah. Sementara itu ekspor diperkirakan menguat karena kenaikan ekspor produk pertanian dan manufaktur, khususnya minyak kelapa sawit (CPO) ke India seiring penurunan bea impor.

Bank sentral Indonesia akan memperkuat sinergi kebijakan stimulus fiskal dan sektor riil pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan tetap menjaga stabilitas perekonomian.

BI juga mencermati inflasi yang masih rendah, inflasi per Agustus 2025 tercatat rendah 2,31% secara tahunan karena penurunan inflasi inti. Penurunan inflasi inti turun menjadi 2,71% secara tahunan (yoy) karena pertumbuhan ekonomi yang masih di bawah kapasitas, penurunan suku bunga BI dan inflasi impor yang rendah.

Pada kuartal II-2025, pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh 5,12% secara tahunan, lebih baik dari prakiraan konsensus. Angka tersebut juga naik dari pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2025 yang tumbuh 4,87% yoy. 

Kenaikan pertumbuhan ekonomi ditopang oleh investasi dan konsumsi rumah tangga seiring lebih tingginya mobilitas masyarakat. Ekspor turut meningkat karena front-loading ekspor ke AS sebagai antisipasi pengenaan tarif serta kenaikan kunjungan wisatawan mancanegara. 

Sehingga BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2025 berada di atas titik tengah kisaran 4,6-5,4% atau 5,1%. Namun BI melihat dunia usaha masih belum kuat dan cenderung menggunakan pembiayaan internal bagi usahanya. Ini membuat adanya perlambatan penyaluran kredit.

BI memandang suku bunga kredit perbankan perlu terus menurun untuk mendorong peningkatan penyaluran kredit. Sehingga pada akhirnya bisa mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat.

Ancaman perlambatan ekonomi dunia

BI juga melihat adanya ancaman perlambatan ekonomi dunia karena meluasnya implementasi tarif resiprokal Amerika Serikat (AS). Per 7 Agustus 2025, tarif resiprokal AS meluas dari 44 negara menjadi 70 negara. Adapun tarif untuk India dan Swiss lebih tinggi dari pengumuman semula. 

Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia 2025 berpotensi lebih rendah dari perkiraan sebelumnya sekitar 3%. 

Di AS, prospek pertumbuhan ekonomi diperkirakan lebih rendah karena melemahnya permintaan domestik. Terutama karena implementasi kebijakan tarif yang menurunkan indeks keyakinan pelaku ekonomi dan naiknya pengangguran.

Pelemahan pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya pengangguran mendorong kuatnya ekspektasi penurunan suku bunga The Fed ke depan. Ini juga akan mendorong sebagian bank sentral menempuh kebijakan akomodatif, kecuali Jepang.

Sementara itu ekonomi China juga melambat karena menurunnya ekspor terutama ke AS sebagai dampak tarif resiprokal AS serta melemahnya permintaan domestik khususnya investasi. Ekonomi Eropa dan Jepang juga melemah sejalan tertekannya kinerja ekspor. Di sisi lain, ekonomi India membaik karena dukungan kebijakan fiskal yang mendorong konsumsi.

Dengan masih tingginya ketidakpastian, aliran modal global ke komoditas emas semakin meningkat sedangkan aliran modal ke emerging market (EM) tertahan. Ke depan, volatilitas pasar keuangan global masih terus berlanjut sehingga perlu diantisipasi dengan penguatan berbagai respons dan koordinasi kebijakan untuk menjaga ketahanan ekonomi dalam negeri.

Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia

👉🏻 Bom Donald Trump: Kontroversi Alasan Trump Naikkan Tarif Impor

Kalender Bank Indonesia

Dalam melihat jadwal kegiatan Bank Indonesia di kalender Bank Indonesia beberapa agenda yang perlu Anda cermati adalah:

  • Perilisan data cadangan devisa Indonesia
  • Statistik data utang luar negeri Indonesia
  • Data Neraca Pembayaran Indonesia
  • Rapat Dewan Gubernur (RDG) mengenai keputusan suku bunga acuan BI

Jadwal Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI

Bank Indonesia melaksanakan RDG BI setiap bulan atau ada 12 kali pertemuan sepanjang tahun. Berikut jadwalnya:

  • 14-15 Januari 2025
  • 18-19 Februari 2025
  • 18-19 Maret 2025
  • 22-23 April 2025
  • 20-21 Mei 2025
  • 17-18 Juni 2025
  • 15-16 Juli 2025
  • 19-20 Agustus 2025
  • 16-17 September 2025
  • 21-22 Oktober 2025
  • 18-19 November 2025
  • 16-17 Desember 2025

Apa itu Bank Indonesia?

Bank Indonesia adalah bank sentral negara Indonesia yang bertugas dan memiliki tujuan mencapai stabilitas nilai Rupiah, memelihara sistem pembayaran dan menjaga stabilitas sistem keuangan. Tujuannya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan.

BI adalah bank sentral Indonesia yang independen, tugas dan wewenangnya tercantum dalam UU Nomor 4 Tahun 2023. Saat ini Gubernur Bank Indonesia adalah Perry Warjiyo. Adapun dalam melaksanakan tugasnya, Gubernur BI dibantu oleh Deputi Gubernur, yang seluruhnya kemudian disebut sebagai Dewan Gubernur BI.

Sejarah Bank Indonesia

Cikal bakal adanya Bank Indonesia adalah Bank Courant en Bank Ven Leening. Ini adalah bank pertama di Indonesia yang tugasnya menunjang kegiatan perdagangan dengan memberi pinjaman kepada pegawai VOC. Kemudian pada tahun 1818, Bank Caourant en Bank Van Leening tutup karena krisis keuangan.

Lalu pada tahun 1828, pemerintah Belanda memberikan hak-hak istimewa kepada De Javasche Bank (DJB) sebagai bank sirkulasi. Wewenang DJB antara lain mencetak dan mengedarkan uang Gulden di wilayah Hindia Belanda. DJB merupakan bank sirkulasi pertama di Asia.

Kemudian pada masa penjajahan Jepang tahun 1942, DJB dilikuidasi dan digantikan dengan Nanpo Kaihatsu Ginko (NKG). Lantas, setelah pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, NICA kembali mendirikan DJB untuk mencetak uang dan mengedarkan uang untuk mengacaukan ekonomi Indonesia. Di sisi lain, Indonesia telah membentuk bank sirkulasi yaitu Bank Negara Indonesia (BBNI) yang menyebabkan dualisme bank sirkulasi dan muncul peperangan mata uang (currency war).

Lalu pada 1951, muncul desakan kuat untuk mendirikan bank sentral. Oleh karena itu pemerintah membentuk Panitia Nasionalisasi DJB untuk membeli 97% saham DJB oleh pemerintah RI. Bank Indonesia kemudian resmi berdiri sebagai bank sentral pada 1 Juli 1953. BI lalu resmi menjadi bank sentral Independen pada tahun 2004 melalui UU No 3 Tahun 2004.

Tugas dan Fungsi Bank Indonesia

Bank Indonesia sebagai bank sentral Indonesia memiliki tugas dan fungsi utama yaitu mengelola bidang moneter, stabilitas sistem keuangan dan sistem pembayaran pengelolaan uang Rupiah. Pengelolaan ketiga bidang tersebut diimplemenasikan melalui kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dan melakukan operasi berbagai instrumen yang sesuai dengan bidang tugas terkait.

  • Moneter: menjaga stabilitas rupiah, memelihara stabilitas sistem pembayaran serta turut menjaga stabilitas sistem keungan. Dalam hal ini Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter yang menjadikan inflasi sebagai sasaran yang diutamakan.
  • Stabilitas sistem keuangan: Bank Indonesia menjadi Lender of Last Restort yang berwenang menyediakan likuiditas pada saat krisis. Salah satu tugas BI adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan makroprudensial yang diterapkan terhadap perbankan untuk melakukan kegiatan usaha sehingga bisa mempengaruhi kondisi perekonomian.
  • Sistem pembayaran dan pengelolaan uang Rupiah: Bank Indonesia memastikan infrastuktur sistem pembayaran yang memadai supaya selalu efisien, aman dan sejalann dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan masyarakat.

Apa pengaruh keputusan suku bunga BI Rate terhadap pasar?

Sumber: Bank Indonesia

Bank Indonesia menjadi lembaga independen yang sangat penting bagi kesehatan ekonomi Indonesia. Setiap keputusan RDG BI akan memberikan dampak pada pasar keuangan dalam negeri.

Pengaruh pemangkasan suku bunga BI rate

Saat BI memangkas suku bunga, artinya BI ingin ada banyak uang yang beredar di masyarakat alih-alih membuat masyarakat menyimpan uangnya. Berikut penjelasan pengaruh pemangkasan suku bunga BI rate terhadap pasar:

  • Penurunan suku bunga BI bisa membuat pinjaman di bank jadi lebih murah. Ini bisa mendorong baik perusahaan atau perorangan untuk mengambil lebih banyak pinjaman untuk investasi atau konsumsi.
  • Konsumen akan mengalami peningkatan konsumsi karena murahnya bunga yang dikenakan saat mengambil utang. Pada gilirannya hal ini bisa mendorong permintaan agregat dalam ekonomi.
  • Peningkatan harga saham terjadi karena penurunan suku bunga membuat turunnya biaya pembiayaan dan meningkatkan konsumsi serta investasi. Perusahaan bisa melakukan ekspansi dan meningkatkan keuntungan yang kemudian tercermin pada harga saham.
  • Penurunan suku bunga BI bisa menyebabkan depresiasi Rupiah karena investor akan mencari imbal hasil yang lebih tinggi di pasar negara lain. Sehingga ada kecenderungan investor akan menjual mata uang Rupiah.
  • Memiliki efek samping peningkatan inflasi. Ketika konsumsi dan investasi meningkat, harga dapat mulai naik, terutama jika penawaran tidak dapat memenuhi tingkat permintaan.

Pengaruh peningkatan suku bunga BI rate

Saat BI memilih menaikkan suku bunga, maka bank sentral ingin mengurangi likuiditas atau jumlah uang yang beredar. Akibatnya ada perlambatan ekonomi.

  • Kenaikan suku bunga BI bisa membuat pinjaman di bank jadi lebih mahal. Ini bisa membuat perusahaan dan konsumen menahan belanja dan ekspansi bisnis.
  • Konsumen akan menahan belanja karena tingginya bunga pinjaman saat akan mengambil utang.
  • Penurunan harga saham karena penurunan likuiditas akan membuat lebih sedikit modal untuk investasi. Sehingga perusahaan belum akan melakukan ekspansi dan akan tercermin dalam penurunan harga.
  • Peningkatan suku bunga BI bisa menyebabkan kenaikan nilai tukar Rupiah karena investor akan mencari imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan pasar lain.
  • Memiliki efek samping deflasi. Saat konsumsi dan investasi tertahan atau menurun, ketersediaan uang di pasar akan berkurang, permintaan barang juga bisa alami penurunan.

👉🏻 Rapat Bank Sentral Eropa 2025: ECB Rate & Jadwal

Pertanyaan yang sering diajukan (FAQ)

Iklan
Artikel terkait