Bursa

Bank Indonesia memutuskan suku bunga BI rate tetap 4,75%. BI terakhir kali memangkas suku bunga BI rate pada September 2025. Sepanjang tahun, BI telah menurunkan suku bunga sebanyak lima kali pada Januari, Mei, Juli, Agustus dan September 2025.
Kebijakan Bank Indonesia mengenai suku bunga BI Rate adalah kebijakan yang dinamis mengingat kondisi ekonomi dunia dan Indonesia yang mengalami perubahan dengan cepat.
Apa itu Bank Indonesia dan kebijakan suku bunga BI? Bagaimana perannya dan kapan pertemuan para Gubernur BI dilaksanakan untuk membuat kebijakan moneter? Kami akan membahasnya di artikel ini!
Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 November 2025 memutuskan BI Rate turun sebesar 25 bps menjadi 4,75%. Demikian juga suku bunga Depocit Facility tetap 3,75% dan suku bunga Lending Facility tetap 5,5%. BI telah menahan suku bunga sejak Oktober hingga November 2025. Kebijakan ini juga memberikan isyarat suku bunga BI rate masih dalam tren rendah.
Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati ruang penurunan suku bunga BI-Rate lebih lanjut dengan prakiraan inflasi 2025 dan 2026 yang terkendali dalam sasaran 2,5±1%, serta perlunya untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo
Dengan demikian, maka suku bunga BI rate November 2025 adalah:

Keputusan ini konsisten dengan fokus kebijakan jangka pendek pada stabilisasi nilai tukar Rupiah dan menarik aliran masuk investasi portofolio asing dari dampak meningkatnya ketidakpastian global. Di sisi lain, BI tetap memperkuat efektivitas transmisi pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial yang telah ditempuh selama ini.
Kami memandang fokus kami saat ini stabilitas rupiah untuk kebijakan jangka pendek. Menjaga stabilitas rupiah karena agar ekonomi RI berdaya tahan dari ketidakpastian global yang terus berlanjut
Ruang penurunan suku bunga BI rate ke depan akan melihat bagaimana kondisi ekonomi dan stabilitas pasar keuangan. BI dalam jangka panjang juga akan berupaya mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun utamanya adalah stabilitas di tengah dinamika global saat ini.
BI dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi juga melihat bahwa masih perlu ada langkah lebih lanjut untuk mendorong kredit atau pembiayaan dan meningkatkan likuiditas perbankan.
Bank Indonesia melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia perlu makin ditingkatkan. Saat ini kinerja ekspor tetap baik dan konsumsi pemerintah meningkat seiring percepatan belanja pemerintah. Sementara itu konsumsi rumah tangga dan investasi masih perlu didorong untuk memperkuat permintaan domestik.
Pada kuartal III-2025 pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh 5,04% secara tahunan (yoy). Lebih rendah dibanding kuartal sebelumnya yang tumbuh 5,12% yoy.
Namun BI melihat di kuartal IV-2025 pertumbuhan ekonomi Indonesia akan meningkat didukung oleh stimulus fiskal melalui implementasi proyek prioritas dan Paket Kebijakan Ekonomi Pemerintah 2025 dan bauran kebijakan BI. Selain itu konsumsi rumah tangga bisa tumbuh lebih tinggi karena kenaikan ekspektasi penghasilan sejalan dengan tambahan bansos dan meningkatnya aktivitas masyarakat menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru.
Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi tahun 2025 diprakirakan berada dalam kisaran 4,7-5,5%, dan akan meningkat pada 2026.
BI juga melihat inflasi sudah terjaga dalam kisaran. Inflasi per Oktober 2025 tercatat 2,86% secara tahunan. Namun masih cukup rendah karena pertumbuhan ekonomi yang masih rendah dan konsistensi suku bunga kebijakan moneter BI.
Bank Indonesia meyakini inflasi tahun 2025 dan 2026 tetap terjaga rendah dalam sasaran 2,5±1%. Inflasi inti diprakirakan tetap rendah seiring ekspektasi inflasi yang terjangkar dalam sasaran, kapasitas ekonomi yang masih besar, imported inflation yang terkendali, dan dampak positif dari digitalisasi.
BI memandang suku bunga kredit perbankan perlu terus menurun untuk mendorong peningkatan penyaluran kredit. Sehingga pada akhirnya bisa mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat. BI melihat pertumbuhan kredit hingga Oktober 2025 mulai menjauhi target kisaran antara 8% hingga 11%.
Permintaan kredit yang belum kuat dipengaruhi oleh sikap pelaku usaha yang masih menahan ekspansi (wait and see), optimalisasi pembiayaan internal oleh korporasi, dan suku bunga kredit yang masih relatif tinggi.
BI juga melihat adanya ancaman perlambatan ekonomi dunia karena meluasnya implementasi tarif resiprokal Amerika Serikat (AS). Per 7 Agustus 2025, tarif resiprokal AS meluas dari 44 negara menjadi 70 negara. Adapun tarif untuk India dan Swiss lebih tinggi dari pengumuman semula.
Namun ketidakpastian pasar keuangan global kembali meningkat di tengah terjadinya temporary government shutdown dan arah suku bunga AS. Pertumbuhan ekonomi AS masih melambat akibat berlanjutnya dampak tarif dagang AS dan sempat berhentinya aktivitas Pemerintah yang terlama sepanjang sejarah yang berdampak pada tetap lemahnya kondisi ketenagakerjaan AS.
Perlambatan ekonomi juga terjadi di Jepang, Tiongkok, dan India akibat permintaan domestik yang belum kuat. Sementara itu di Eropa pertumbuhan lebih tinggi dari perkiraan karena meningkatnya konsumsi rumah tangga dan investasi seiring pelonggaran kebijakan moneter (quantitative easing).
Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia 2025 tetap sekitar 3,1%.
Namun di pasar keuangan, ketidakpastian kembali meningkat karena sikap The Fed yang lebih berhati-hati (less dovish). Terutama karena penurunan inflasi yang masih tertahan karena kebijakan tarif, pasar tenaga kerja yang masih belum kuat akibat kebijakan imigrasi dan berhentinya aktivitas pemerintah.
Aliran modal global ke komoditas emas dan aset keuangan AS sebagai safe haven assets terus berlanjut. Sementara itu aliran modal ke emerging market lebih terbatas ke pasar saham. Kondisi ini memerlukan kewaspadaan dan penguatan kebijakan.
👉🏻 Bom Donald Trump: Kontroversi Alasan Trump Naikkan Tarif Impor
Dalam melihat jadwal kegiatan Bank Indonesia di kalender Bank Indonesia beberapa agenda yang perlu Anda cermati adalah:
Bank Indonesia melaksanakan RDG BI setiap bulan atau ada 12 kali pertemuan sepanjang tahun. Berikut jadwalnya:
Bank Indonesia adalah bank sentral negara Indonesia yang bertugas dan memiliki tujuan mencapai stabilitas nilai Rupiah, memelihara sistem pembayaran dan menjaga stabilitas sistem keuangan. Tujuannya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan.
BI adalah bank sentral Indonesia yang independen, tugas dan wewenangnya tercantum dalam UU Nomor 4 Tahun 2023. Saat ini Gubernur Bank Indonesia adalah Perry Warjiyo. Adapun dalam melaksanakan tugasnya, Gubernur BI dibantu oleh Deputi Gubernur, yang seluruhnya kemudian disebut sebagai Dewan Gubernur BI.
Cikal bakal adanya Bank Indonesia adalah Bank Courant en Bank Ven Leening. Ini adalah bank pertama di Indonesia yang tugasnya menunjang kegiatan perdagangan dengan memberi pinjaman kepada pegawai VOC. Kemudian pada tahun 1818, Bank Caourant en Bank Van Leening tutup karena krisis keuangan.
Lalu pada tahun 1828, pemerintah Belanda memberikan hak-hak istimewa kepada De Javasche Bank (DJB) sebagai bank sirkulasi. Wewenang DJB antara lain mencetak dan mengedarkan uang Gulden di wilayah Hindia Belanda. DJB merupakan bank sirkulasi pertama di Asia.
Kemudian pada masa penjajahan Jepang tahun 1942, DJB dilikuidasi dan digantikan dengan Nanpo Kaihatsu Ginko (NKG). Lantas, setelah pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, NICA kembali mendirikan DJB untuk mencetak uang dan mengedarkan uang untuk mengacaukan ekonomi Indonesia. Di sisi lain, Indonesia telah membentuk bank sirkulasi yaitu Bank Negara Indonesia (BBNI) yang menyebabkan dualisme bank sirkulasi dan muncul peperangan mata uang (currency war).
Lalu pada 1951, muncul desakan kuat untuk mendirikan bank sentral. Oleh karena itu pemerintah membentuk Panitia Nasionalisasi DJB untuk membeli 97% saham DJB oleh pemerintah RI. Bank Indonesia kemudian resmi berdiri sebagai bank sentral pada 1 Juli 1953. BI lalu resmi menjadi bank sentral Independen pada tahun 2004 melalui UU No 3 Tahun 2004.
Bank Indonesia sebagai bank sentral Indonesia memiliki tugas dan fungsi utama yaitu mengelola bidang moneter, stabilitas sistem keuangan dan sistem pembayaran pengelolaan uang Rupiah. Pengelolaan ketiga bidang tersebut diimplemenasikan melalui kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dan melakukan operasi berbagai instrumen yang sesuai dengan bidang tugas terkait.

Bank Indonesia menjadi lembaga independen yang sangat penting bagi kesehatan ekonomi Indonesia. Setiap keputusan RDG BI akan memberikan dampak pada pasar keuangan dalam negeri.
Saat BI memangkas suku bunga, artinya BI ingin ada banyak uang yang beredar di masyarakat alih-alih membuat masyarakat menyimpan uangnya. Berikut penjelasan pengaruh pemangkasan suku bunga BI rate terhadap pasar:
Saat BI memilih menaikkan suku bunga, maka bank sentral ingin mengurangi likuiditas atau jumlah uang yang beredar. Akibatnya ada perlambatan ekonomi.
👉🏻 Rapat Bank Sentral Eropa 2025: ECB Rate & Jadwal