Apa itu DCA Crypto & Bagaimana Caranya?

Dalam dunia investasi kripto yang sangat fluktuatif, strategi DCA crypto menjadi andalan investor yang ingin tumbuh secara bertahap namun konsisten. Dollar-Cost Averaging membebaskan kita dari stres “timing the market” karena kita melakukan investasi secara otomatis dan berkala. Modal yang Anda investasikan jumlahnya tetap sama meskipun harga sedang tinggi atau rendah.

Bayangkan jika Anda bisa membeli lebih banyak crypto saat harganya murah dan membeli sedikit saat harganya mahal tanpa harus selalu memantau grafik, itulah DCA. Strategi ini secara alami menyamaratakan harga pembelian dan membantu mengurangi dampak volatilitas pasar.
Dalam artikel ini, kami akan membahas apa itu Dollar Cost Averaging crypto. Kemudian, kami juga akan memberikan contoh simulasi penerapan strategi ini beserta kelebihan dan kekurangannya. Yuk, simak untuk tahu lebih jelas!
👉 Apabila Anda ingin mengetahui lebih jelas tentang strategi DCA, baca: Dollar Cost Averaging (DCA): Apa Itu dan Bagaimana Cara Kerjanya?
Apa itu DCA dalam Crypto?
DCA crypto adalah strategi investasi yang bebas stres karena konsep dari strategi tersebut mirip dengan menabung secara rutin. Anda dapat menyisihkan dana dalam jumlah tetap secara berkala (misalnya mingguan atau bulanan) untuk membeli aset kripto tanpa peduli apakah harga sedang naik atau turun. Dengan cara ini, harga beli yang Anda peroleh bukan harga tunggal, melainkan harga rata-rata dari akumulasi pembelian.
Kita tahu, bahwa sulit bagi siapa pun untuk menebak titik harga terbaik karena pasar kripto yang sangat fluktuatif. Sehingga, strategi ini cocok untuk Anda terapkan dalam investasi kripto.
Dengan konsisten berinvestasi dalam jangka panjang (misalnya 10 hingga 15 tahun), metode ini cenderung memberikan terbukti bisa memberikan imbal hasil bagi Anda. Ini karena jika Anda berinvestasi pada koin kripto utama seperti Bitcoin dan Ethereum, nilainya cenderung naik mengingat adopsi dan permintaan global yang semakin berkembang.
Singkatnya, strategi ini cocok bagi investor pemula maupun jangka panjang untuk membangun portofolio dengan disiplin tanpa terbebani tekanan psikologis dari naik-turunnya harga harian. Mari kita melihat cara penerapan dari strategi dollar-cost averaging kripto pada bagian selanjutnya!
Cara Menerapkan DCA Crypto
Setelah kita melihat penjelasan tentang strategi Dollar-Cost Averaging pada aset kripto, selanjutnya kita akan melihat penerapan dari strategi ini. Untuk memudahkan Anda, kami akan membuat contoh simulasi DCA crypto dalam rentang 5 bulan. Kemudian, kita juga akan melihat perbandingannya dengan menggunakan metode Lump Sum.
Simulasi Penerapan DCA Crypto
Misalkan, Adan ingin mengalokasikan Rp 5 juta ke dalam Bitcoin selama 5 bulan. Jika menggunakan strategi DCA, maka Anda akan mengalokasikan Rp 1 juta per bulan untuk membeli aset tersebut. Harga BTC (fiktif) per bulan adalah sebagai berikut:
Bulan | Harga BTC | Alokasi Dana | BTC yang Dibeli |
---|---|---|---|
1 | Rp 1.000.000.000 | Rp 1.000.000 | 0,001000 BTC |
2 | Rp 1.200.000.000 | Rp 1.000.000 | 0,000833 BTC |
3 | Rp 800.000.000 | Rp 1.000.000 | 0,001250 BTC |
4 | Rp 900.000.000 | Rp 1.000.000 | 0,001111 BTC |
5 | Rp 1.100.000.000 | Rp 1.000.000 | 0,000909 BTC |
Total | Rp 5.000.000 | 0,005103 BTC |
Berikut grafik yang menunjukkan pembelian BTC dalam kurung waktu 5 bulan:

Berdasarkan data di atas, harga rata-rata pembelian dengan strategi DCA BTC adalah Rp 979,7 juta per BTC. Kemudian, jumlah koin yang Anda miliki dengan melakukan DCA Bitcoin sebanyak 0,005103 BTC.
Kemudian, jika Anda melakukan pembelian BTC dengan pendekatan lump sum (membeli sekaligus dalam satu waktu), dengan total uang Rp 5 juta Anda hanya akan memiliki 0,005 BTC dengan harga beli Rp 1.000.000.000 per koin.
👉 Jika ingin tahu berapa harga Bitcoin sekarang, Anda dapat membaca artikel: Apakah Mungkin Harga Bitcoin Tembus 120.000 USD? Begini Proyeksinya!
Perbandingan Metode DCA vs Lump Sum
Dengan strategi Dollar-Cost Averaging, Anda dapat mengumpulkan Bitcoin sebanyak 0,005103 dalam jangka waktu 5 bulan melalui sistem akumulasi. Di sisi lain, Anda hanya akan memiliki BTC sebanyak 0,005 BTC jika menggunakan pendekatan Lump Sum.
Berikut grafik yang menunjukkan perbedaannya:

Kemudian, dari segi rata-rata harga metode Dollar-Cost Averaging juga lebih unggul. Ini karena dalam 5 bulan, Anda akan mendapatkan harga rata-rata beli sebesar Rp 979,7 juta per BTC. Sedangkan jika menggunakan metode Lump Sum, harga rata-rata belinya sebesar Rp 1 miliar.
Berikut grafik yang menunjukkan perbedaan antara keduanya:

Singkatnya, dengan menggunakan metode DCA, Anda akan mendapatkan jumlah aset yang lebih banyak dan harga rata-rata beli yang lebih rendah daripada langsung membeli aset tersebut sekaligus di awal.
Berapa Interval DCA Crypto yang Baik?
Sebenarnya, tidak ada aturan pasti mengenai interval terbaik dalam menerapkan strategi DCA kripto. Ini karena interval tersebut sangat tergantung pada profil investor, kondisi pasar, dan tujuan investasi jangka panjang. Namun, ada beberapa pertimbangan praktis yang harus Anda pahami, yaitu:
- Saat pasar sedang bearish: Metode DCA bisa lebih optimal ketika pasar sedang dalam tren bearish (harga sedang turun. Ini karena Anda dapat memiliki aset kripto dengan harga yang lebih murah. Oleh karena itu, Anda dapat menambah frekuensi pembelian ketika harga kripto sedang terkoreksi tajam.
- Jika sulit menentukan kondisi pasar: Sebaiknya Anda menggunakan interval bulanan, dua mingguan, atau mingguan. Pola ini memudahkan Anda untuk disiplin tanpa harus repot memprediksi harga.
👉 Bullish dan Bearish: Apa Perbedaannya?
Berikut tabel yang perbandingan interval dalam melakukan DCA kripto:
Interval | Kelebihan | Kekurangan | Cocok untuk |
---|---|---|---|
Mingguan | – Lebih fleksibel menangkap momen saat harga turun – Risiko volatilitas lebih tersebar | – Biaya transaksi tinggi karena lebih sering melakukan transaksi -Membutuhkan kedisiplinan ekstra | Investor yang menginginkan hasil merata dan memiliki disiplin tinggi |
Dua Mingguan | – Seimbang antara fleksibilitas dan efisiensi – Biaya transaksi yang lebih kecil daripada interval mingguan | -Masih perlu komitmen yang cukup tinggi – Ada risiko melewatkan momen koreksi tajam | Investor dengan anggaran menengah dan menginginkan pola yang konsisten |
Bulanan | – Menjadi interval yang paling praktis dan mudah diatur – Biaya transaksi lebih rendah karena frekuensi kecil | – Lebih rentan terkena fluktuasi harga secara besar-besaran dalam periode singkat | Pemula atau investor jangka panjang yang menginginkan kesederhanaan dan terbebas dari stres |
Singkatnya, tidak ada interval terbaik yang berlaku bagi semua orang. Ini karena kunci dari DCA adalah interval yang konsisten dan menjaga disiplin investasi sehingga portofolio dapat tumbuh stabil dalam jangka panjang.
Kelebihan dan Kekurangan DCA Crypto
Pada bagian ini, kita akan melihat apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan strategi DCA dalam berinvestasi kripto. Kami sudah merangkumnya dalam tabel di bawah ini:
✅ Kelebihan | ❌ Kekurangan |
---|---|
Mengurangi tingkat stres saat terjadi fluktuasi pada harga kripto | Keuntungan yang optimal baru akan terasa dalam jangka panjang |
Anda dapat memulainya dengan modal yang kecil (tergantung kebijakan aplikasi investasi kripto) | Harus memperhatikan kapan waktu yang tepat untuk menjual aset (idealnya ketika pasar sedang dalam tren bullish) |
Mengurangi risiko penurunan nilai aset yang signifikan karena harga beli terbagi rata | Potensi keuntungan bisa lebih rendah daripada Lump Sum, terutama ketika masuk di harga terendah |
Cocok bagi Anda yang ingin menabung kripto dengan potensi keuntungan lebih tinggi dari deposito atau tabungan bank | Perlu disiplin jangka panjang sehingga hasilnya terasa nyata |
Namun, Anda juga dapat menggunakan kalkulator simulasi dari CryptoDCA untuk melihat hasil nyata dari strategi ini. Ini karena grafik dari situs tersebut memperlihatkan perbedaan hasil antaa menginvestasikan semua modal sekaligus (Lump Sum) atau menggunakan strategi DCA.

Pada grafik di atas kita melihat bahwa saat ini hasil dari metode Lump Sum lebih unggul daripada DCA. Ini karena dalam satu tahun terakhir, nilai Bitcoin dalam keadaan tren bullish yang sangat kuat. Terbukti dari nilai BTC yang beberapa kali menembus All-Time High yang baru.
Umumnya, hasil dengan menggunakan metode Lump Sum akan lebih tinggi daripada DCA ketika pasar sedang bullish stabil. Namun, strategi DCA lebih unggul ketika pasar sedang fluktuatif. Ini karena strategi tersebut mampu meratakan harga beli dan mengurangi risiko penurunan besar.
👉 Apa Itu Trading Mata Uang Kripto? – Panduan Lengkap
Crypto yang Cocok untuk Investasi Jangka Panjang
Strategi Dollar-Cost Averaging dapat Anda terapkan secara optimal pada aset kripto yang memiliki fundamental kuat dan prospek jangka panjang. Berikut beberapa kriteria penting dalam memilih aset kripto untuk investasi jangka panjang:
1. Umur Proyek yang Panjang
Aset kripto yang sudah bertahan lama di pasar (misalnya BTC dan ETH) cenderung lebih terpercaya. Ini karena mereka mampu melewati beberapa siklus bullish dan bearish sehingga terbukti tahan uji waktu dan memiliki komunitas yang solid.
2. Fundamental yang Kuat
Sebelum melakukan trading crypto, penting bagi Anda untuk memeriksa whitepaper, roadmap, tim pengembang, dan use case nyata dari proyek tersebut. Kripto dengan visi yang jelas dan pengembangan yang berkelanjutan memiliki peluang lebih besar untuk tetap relevan dalam 10 hingga 15 tahun ke depan.
3. Kinerja Historis Harga
Melihat rekam jejak harga aset kripto membantu Anda untuk memahami pola volatilitas dan tren jangka panjang. Aset dengan tren harga yang cenderung naik dalam beberapa tahun terakhir lebih cocok untuk strategi DCA karena berpotensi menghasilkan harga rata-rata yang menguntungkan.
4. Likuiditas yang Tinggi
Crypto dengan likuiditas tinggi (banyak diperdagangkan di berbagai exchange besar) memudahkan investor untuk membeli dan menjual aset mereka. Selain itu, likuiditas juga menunjukkan bahwa aset tersebut populer dan banyak diminati pasar.
5. Market Cap Besar
Kripto dengan kapitalisasi besar biasanya lebih stabil dan memiliki adopsi luas. Kemudian, dengan market cap crypto yang besar, menandakan bahwa aset tersebut sudah mendapat pengakuan global dan lebih sulit dimanipulasi oleh pihak tertentu.
Daftar Aplikasi Kripto untuk Strategi DCA Crypto di Indonesia
Berikut merupakan daftar aplikasi trading crypto di Indonesia yang mendukung strategi DCA atau menabung kripto rutin secara otomatis, lengkap dengan informasi modal awal minimal investasi:
Aplikasi | Fitur DCA/Menabung Rutin | Modal Awal/Deposit Minimal |
---|---|---|
PINTU | Fitur Auto DCA Multiple Asset yang memungkinkan Anda untuk menabung rutin hingga 50 aset kripto secara sekaligus. Anda juga dapat mengatur interval dalam melakukan pembelian aset (jam, harian, mingguan, maupun bulanan). | – Minimal Investasi sekitar Rp 11.000 -Minmal deposit bank (dengan promo): Rp 250.000 |
Indodax | Memiliki fitur Investasi Rutin (DCA) secara harian maupun bulanan. Anda dapat melakukan investasi rutin melalui wallet IDR atau e-wallet seperti OVO. | – Minimal deposti Rp 10.000 |
Tokocrypto | Aplikasi ini menawarkan fitur Recurring Buy dengan interval harian, mingguan, atau bulanan. Sehingga, sangat cocok untuk investasi otomatis. | -Minimal deposti Rp 20.000 |
Pluang | Fitur Auto Invest/Recurring Buy memungkinkan Anda untuk investasi rutin kripto (ini juga termasuk emas dan saham AS) secara otomatis. | – Minimal investasi aset kripto Rp 5.000 -Minimal top-up saldo Rp 10.000 |
Ajaib Kripto | Fitur DCA Otomatis yang tersedia di Ajaib Alpha memungkinkan Anda untuk membeli kripto secara rutin dengan interval harian, mingguan, atau bulanan. | – Minimal deposit Rp 10.000 |
👉 Rekomendasi aplikasi trading crypto terbaik di Indonesia
Pertanyaan yang sering diajukan (FAQ)
Hukum crypto dalam Islam masih menjadi perdebatan dan bersifat syubhat. Sehingga, apabila Anda menggunakan aset tersebut untuk spekulasi secara berlebihan atau transaksi yang tidak jelas, maka hal tersebut cenderung haram. Namun, apabila Anda menggunakan kripto sebagai aset investasi dengan cara yang transparan, jelas manfaatnya, serta tidak mengandung riba maupun gharar, maka sifatnya halal. Oleh karena itu, penting bagi investor Muslim untuk memastikan aset tersebut memiliki nilai riil, kegunaan, serta tidak dipakai untuk tujuan yang dilarang.
Bitcoin halal jika Anda menggunakannya sebagai aset investasi atau alat tukar yang sah, bukan menjadi instrumen spekulasi. Beberapa ulama berpendapat bahwa BTC memenuhi syarat perdagangan (tijarah) karena memiliki nilai dan dapat kita gunakan untuk pembayaran maupun pertukaran barang. Meski demikian, risiko volatilitas tetap tinggi sehingga Anda perlu berhati-hati agar terhindar dari praktik riba, gharar, atau aktivitas yang merugikan orang lain.
Bitcoin adalah mata uang digital pertama yang muncul pada tahun 2009 melalui teknologi blockchain, diciptakan oleh Satoshi Nakamoto. Fungsi dari mata uang ini yaitu sebagai sistem pembayaran dan penyimpanan nilai tanpa perantara bank. Sementara itu, cryptocurrency merupakan istilah umum untuk seluruh aset digital sejenis, seperti Ethereum atau Solana. Mata uang kripto sendiri memiliki karakteristik terdesentralisasi, transparan, dan dapat kita gunakan sebagai alat investasi, transaksi, serta mendukung inovasi teknologi seperti DeFi dan NFT.
Tingkat keberhasilan strategi Dollar-Cost Averaging (DCA) bergantung pada jenis aset dan jangka waktu investasi. Secara umum DCA terbukti lebih efektif dalam mengurangi risiko fluktuasi harga, khususnya pada aset yang memiliki tren naik jangka panjang sepert BTC dan ETH. Dengan melakukan pembelian secara rutin dengan jumlah yang tetap, Anda dapat memperoleh harga rata-rata yang lebih stabil, mengurangi tekanan psikologis, serta meningkatkan peluang imbal hasil yang konsisten daripada mencoba menebak waktu terbaik untuk membeli.
Artikel Terkait