Uang

Gig economy menjadi suatu fenomena di mana banyak perusahaan lebih memilih memperkerjakan para pekerja lepas daripada pekerja tetap. Hal ini membuat masyarakat Indonesia kesulitan dalam mencari pekerjaan.
Tren ekonom ini mulai berkembang pesar di Indonesia sejak pandemi Covid-19. Saat itu, banyak pekerja kantoran yang terkena PHK kemudian beralih profesi menjadi pekerja lepas.
Indonesia menjadi salah satu negara dengan perkembangan ekonomi gig yang pesat. Oleh karena itu, tidak heran jika banyak masyarakat Indonesia bekerja sebagai driver online hingga penerjemah dengan sistem freelance.
Dalam artikel ini, kami akan membahas apa itu gig economy. Kemudian, kami juga akan membahas dampaknya pada kehidupan ekonomi kita semua.
Mari, kita mulai pembahasannya!
👉 Data Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 5 Tahun Terakhir & Proyeksi 2025!
Gig economy adalah sistem ekonomi di mana perusahaan hanya mempekerjakan pekerja dalam jangka waktu pendek secara paruh waktu atau freelance. Sehingga, Anda bisa mendapatkan suatu pekerjaan dan penghasilan tanpa harus terikat pada perusahaan tertentu.
Hal ini memungkinkan Anda untuk memiliki banyak pekerjaan dalam satu waktu. Sektor bisnis dengan serapan tenaga kerja gig di Indonesia yaitu transportasi online dan multimedia.
Fenomena ekonomi gig ini pada akhirnya juga menciptakan tren kerja yang populer di kalangan digital nomad, yaitu work from anywhere. Digital nomad adalah sebutan bagi orang-orang yang bekerja secara remote (jarak jauh) dan suka berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya.
Jenis pekerjaan ini dapat Anda lakukan secara online dengan bantuan perangkat teknologi dan jaringan internet. Sehingga, Anda bisa bekerja dari Indonesia dan mendapatkan bayaran USD dari klien di luar negeri.
Sektor bisnis yang paling banyak menyerap tenaga kerja gig di Indonesia adalah transportasi online dan multimedia.
Oleh karena itu, tidak usah heran jika ada teman atau saudara Anda yang hanya bekerja dari rumah namun memiliki penghasilan yang lebih besar daripada bekerja kantoran. Ini karena pekerja gig memiliki kelebihan dari segi waktu yang fleksibel. Sehingga, Anda dapat bekerja dengan beberapa klien dalam satu waktu dengan sistem freelance.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa pada tahun 2024, setidaknya 60% atau sekitar 83 juta pekerja di Indonesia bekerja di sektor informal dan menjadi freelancer. Menariknya, 55% pekerja gig di Indonesia berasal dari masyarakat berusia di bawah 30 tahun. Sehingga, mayoritas berasal dari generasi milenial dan gen Z yang saat ini menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia.
Sebagai pekerja gig, mereka menghadapi banyak tantangan kerja misalnya tidak ada jaminan kesehatan dan kesejahteraan dari perusahaan. Hal ini menimbulkan ketidakpastian bagi para pekerja gig, karena mereka hanya pekerja dalam jangka waktu pendek dan tidak memiliki penghasilan tetap. Sehingga, para pekerja gig harus menghadapi risiko tersebut akibat kesulitan mencari pekerja dan maraknya PHK yang terjadi di perusahaan.
👉 Jika Anda pekerja kantoran, bisa ajukan klaim JHT ketika mengalami PHK, baca: Apa itu Jaminan Hari Tua? Ini cara cek dan klaim saldo JHT

Dalam sistem freelance, para pekerja gig akan mendapatkan pembayaran gaji secara hourly rate atau fixed rate. Berikut penjelasannya:
Sehingga, pada ekonomi gig, pihak perusahaan dan pekerja memiliki cara kerja sebagai berikut:
Ekonomi gig dan ekonomi tradisional memiliki perbedaan mendasar dalam sistem kerja dan hubungan anatara pekerja dengan pemberi kerja. Berikut tabel yang berisi daftar perbedaan antara keduanya:
| Hubungan Kerja | Bersifat sementara atau berbasis proyek | Sifatnya tetap dengan kontrak jangka panjang. | |||
| Waktu Kerja | Fleksibel karena pekerja yang menentukan sendiri. | Teratur, biasanya mengikuti jam kerja kantor. | |||
| Pendapatan | Tidak tetap karena bergantung pada banyaknya proyek. | Tetap dengan gaji bulanan beserta tunjangannya. | |||
| Jaminan Sosial | Umumnya tidak ada jaminan seperti BPJS atau JHT. | Mendapatkan jaminan kesehatan, pensiun, dan hak cuti. | |||
| Tempat Kerja | Dapat melakukan pekerjaan dari mana saja. | Biasanya bekerja di kantor atau lokasi fisik tertentu. | |||
| Kemandirian Pekerja | Pekerja bertanggung jawab penuh atas alat dan modal penunjang pekerjaan. | Perusahaan menyediakan alat, fasilitas, dan pelatihan. | |||
| Stabilitas Karier | Kurang stabil karena proyek bisa berhenti kapan saja. | Lebih stabil dengan peluang kenaikan jabatan dan karier jangka panjang. |
| Aspek | Gig Economy | Traditional Economy |
|---|---|---|
| Hubungan Kerja | Bersifat sementara atau berbasis proyek | Sifatnya tetap dengan kontrak jangka panjang. |
| Waktu Kerja | Fleksibel karena pekerja yang menentukan sendiri. | Teratur, biasanya mengikuti jam kerja kantor. |
| Pendapatan | Tidak tetap karena bergantung pada banyaknya proyek. | Tetap dengan gaji bulanan beserta tunjangannya. |
| Jaminan Sosial | Umumnya tidak ada jaminan seperti BPJS atau JHT. | Mendapatkan jaminan kesehatan, pensiun, dan hak cuti. |
| Tempat Kerja | Dapat melakukan pekerjaan dari mana saja. | Biasanya bekerja di kantor atau lokasi fisik tertentu. |
| Kemandirian Pekerja | Pekerja bertanggung jawab penuh atas alat dan modal penunjang pekerjaan. | Perusahaan menyediakan alat, fasilitas, dan pelatihan. |
| Stabilitas Karier | Kurang stabil karena proyek bisa berhenti kapan saja. | Lebih stabil dengan peluang kenaikan jabatan dan karier jangka panjang. |
Ekonomi gig tidak hanya berkembang pesat di negara negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa. Namun, fenomen ini sedang menjadi tren masa kini di berbagai belahan dunia. Berikut 5 negara dengan gig economy terbesar di dunia:
Amerika Serikat menjadi salah satu negara dengan gig economy terbesar di dunia dan terkenal sebagai negara yang mempopulerkan istilah gig economy di dunia. Berdasarkan data statistik TeamStage, jumlah pekerja gig di AS pada tahun 2024 mencapai 36% dari total pekerja, persentase ini setara 57,3 juta pekerja.
Tren kerja ini mulai populer di kalangan penduduk Amerika serikat pasca krisis ekonomi 2008. Saat itu, perekonomian AS sangat terpuruk sehingga banyak perusahaan memilih untuk memperkerjakan freelancer daripada pekerja tetap. Hal ini bertujuan untuk melakukan. efisiensi biaya.
Ini dia beberapa sektor bisnis di Amerika Serikat yang menyerap banyak pekerja gig:
| 1 | Publik | 12% | |||
| 2 | Layanan kesehatan dan pendidikan | 10% | |||
| 3 | Layanan bisnis dan profesional | 10% | |||
| 4 | Manufaktur | 9% | |||
| 5 | Konstruksi | 9% | |||
| 6 | Aktivitas keuangan | 8% | |||
| 7 | IT | 8% | |||
| 8 | Perdagangan dan Transportasi | 7% | |||
| 9 | Hospitality | 6% | |||
| 10 | Teknologi | 5% | |||
| 11 | Lainnya | 12% |
| No. | Sektor Bisnis | Persentase |
|---|---|---|
| 1 | Publik | 12% |
| 2 | Layanan kesehatan dan pendidikan | 10% |
| 3 | Layanan bisnis dan profesional | 10% |
| 4 | Manufaktur | 9% |
| 5 | Konstruksi | 9% |
| 6 | Aktivitas keuangan | 8% |
| 7 | IT | 8% |
| 8 | Perdagangan dan Transportasi | 7% |
| 9 | Hospitality | 6% |
| 10 | Teknologi | 5% |
| 11 | Lainnya | 12% |
Indonesia menjadi salah satu negara berkembang di dunia dengan gig economy yang berkembang pesat. BPS menyatakan bahwa pada 2024, jumlah pekerja gig mencapai 83 juta pekerja. Angka ini diprediksi akan terus bertambah dengan melihat adanya beberapa faktor, yaitu:
Ketiga faktor tersebut menjadi alasan gig economy semakin berkembang di Indonesia. Mayoritas dari mereka bekerja sebagai driver online di Gojek dan Grab. Tercatat jumlah mitra pengemudi aktif Gojek mencapai sekitar 3 juta di akhir tahun 2024.
Selain Indonesia, India juga termasuk negara berkembang dengan perkembangan gig economy yang pesat. Ini karena hampir 85% masyarakat India menggantungkan hidupnya dengan bekerja sebagai pekerja lepas atau bekerja di sektor informal. Berdasarkan data dari NITI Aogog, ada sekitar 7,7 juta pekerja lepas di India yang tercatat pada tahun 2024. Jumlah ini diprediksi akan bertambah menjadi 23,5 juta pekerja di tahun 2030 nanti.
Sektor ekonomi gig di India sendiri meliput bisnis transportasi online, e-commerce, dan jasal layanan platform freelance. Kebanyakan dari mereka bekerja di perusahaan Zomato, Swiggy, Ola, dan Urban Company.
👉 Cara Beli Saham di India & Panduan Lengkapnya!
Brasil adalah negara Amerika latin dengan pekerja gig yang banyak. Berdasarkan data dari WageIndicator, ada 1,7 juta pekerja lepas Brasil yang bekerja di sektor transportasi pada tahun 2024.
Uber dan Ifood merupakan dua perusahaan yang paling banyak menyerap tenaga kerja gig di Brasil. Miris-nya, hanya 23% dari pekerja lepas di setkor transportasi yang mendapatkan jaminan sosial.
Di urutan kelima, Pakistan juga menjadi negara dengan pekerja gig terbanyak di dunia. WageIndicator menyatakan bahwa 36% pekerja perbankan memiliki pekerjaan sampingan sebagai freelancer. Kemudian, 15% pekerja di Pakistan merupakan pekerja lepas yang bekerja di sektor IT.
Jumlah ini akan terus meningkat seiring semakin banyaknya program e-Rozgaar di Pakistan. Program ini memfasilitas para pekerja lapes dan startup yang bergerak di sektor IT. Pemerintah Pakistan juga berencana akan membangun 10.000 Pusat e-Rozgaar untuk mempromosikan sektor IT kepada penduduknya.
Beberapa profesi yang menjadi contoh pekerja gig economy adalah driver online, content writer, penerjemah, desainer grafis, dan IT. Berikut penjelasannya:

Memiliki profesi driver online termasuk bagian dari ekonomi gig. Ada beberapa alasan di balik banyaknya masyarakat Indonesia yang saat ini menjadi mitra pengemudi platform transportasi online seperti Gojek dan Grab. Salah satunya, karena pekerjaan tersebut menawarkan waktu kerja yang fleksibel serta memberikan penghasilan yang tinggi saat order sedang banyak.
Sebagai seorang driver online, jumlah penghasilan yang Anda peroleh tergantung seberapa banyak orderan yang berhasil Anda selesaikan. Selain itu, besarnya penghasilan yang Anda peroleh untuk setiap order tergantung pada tarif pengantaran yang tinggi. Semakin jauh jarak pengantaran, tarifnya akan semakin tinggi.
👉 Anda dapat membeli saham perusahaan gig economy terbesar di Indonesia (GOTO) melalui aplikasi saham terbaik!
Bisa bekerja dari mana saja adalah impian banyak orang di luar sana. Hal ini merupakan keuntungan yang akan Anda dapatkan jika menjadi seorang content writer. Selain itu, Anda juga bisa bekerja di banyak perusahaan yang membutuhkan jasa penulisan konten dengan waktu yang lebih fleksibel.
Salah satu industri yang banyak membutuhkan jasa penulis konten pemasaran adalah keuangan dan kesehatan. Umumnya, kedua industri ini berani membayar jasa Anda lebih tinggi daripada perusahaan yang bergerak di sektor lain.
Jika menguasai beberapa bahasa asing, Anda bisa menjadi seorang penerjemah dan bekerja secara freelance untuk banyak perusahaan luar negeri. Tugas seorang penerjemah sendiri yaitu membantu menerjemahkan suatu publikasi atau konten ke dalam bahasa yang Anda kuasai.
Untuk menjadi seorang penerjemah dengan banyak klien, setidaknya Anda wajib menguasai dua bahasa asing. Beberapa bahasa yang banyak membutuhkan penerjemah yaitu Bahasa Inggris, Jerman, dan Mandarin.
Contoh pekerjaan gig selanjutnya yang banyak digeluti kalangan anak muda Indonesia adalah desain grafis. Ini karena permintaan jasa desain grafis di tengah era digitalisasi seperti sekarang sangatlah tinggi. Biasanya, perusahaan membutuhkan jasa desain grafis untuk kebutuhan konten di website, sosial media, hingga video di Youtube dan TikTok.
Sebagai desainer grafis, Anda wajib menguasai beberapa software editing gambar maupun video seperti Adobe Photoshop maupun CapCut.
Pekerja IT juga termasuk dalam gig economy. Ini karena jenis pekerjaan ini dapat Anda lakukan dari mana saja. Selain itu, banyak perusahaan IT yang memperkerjakan karyawannya secara freelance. Pekerjaan IT di gig economy meliputi software development, network analyst, dan data analyst.
Data analyst dan software development merupakan dua pekerjaan di bidang IT yang memiliki banyak peminat di tahun 2025. Ini karena keduanya menawarkan penghasilan yang menggiurkan.

Gig economy memberikan peluang fleksibilitas tinggi bagi para pekerja di Indonesia. Banyak individu mendapatkan penghasilan tambahan dengan menjadi pengemudi ojek online, kurir, freelancer desain, penulis, atau tenaga lepas di berbagai platform digital. Sistem ini memungkinkan siapa saja untuk bekerja sesuai waktu dan kemampuan masing-masing tanpa terikat kontrak jangka panjang.
Namun, di sisi lain, gig economy juga menimbulkan tantangan serius bagi kesejahteraan pekerja. Ini karena sebagian besar dari mereka tidak mendapatkan jaminan sosial, perlindungan kesehatan, maupun kepastian pendapatan. Kemudian, tidak adanya regulasi ketenagakerjaan yang jelas membuat mereka rentan terhadap eksploitasi dan fluktuasi permintaan pasar.
Meskipun ekonomi gig terlihat memberikan kebebasan, banyak pekerja justru menghadapi kondisi kerja yang tidak stabil dan berisiko tinggi secara ekonomi.
👉 Jika Anda merupakan pekerja gig, pelajari pentingnya menabung dalam: Apa Manfaat Menabung? Penting Dilakukan Sejak Dini lo!
Sebagai suatu tren perekonomian, gig economy tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut daftarnya yang sudah kami rangkum dalam tabel di bawah ini:
| Masyarakat tidak bergantung lagi dengan pekerjaan tetap di kantor. Ini karena tersedia banyak peluang pekerjaan freelance. | Penghasilan tidak pasti. Ini karena perusahaan memperkerjakan mereka dalam jangka waktu yang pendek. | ||
| Memperoleh pendapatan tambahan dari pekerjaan gig yang mereka lakukan. | Tidak jaman jaminan sosial dan kesehatan dari perusahaan. | ||
| Berpotensi mendapatkan penghasilan lebih besar daripada bekerja kantoran. | Membutuhkan modal sendiri untuk membeli alat-alat penunjang pekerjaan. | ||
| Memiliki work life balance yang lebih baik. | Bekerja secara mandiri, sehingga berpotensi kesehatan mental karena kurangnya komunikasi. |
| ✅ Kelebihan | ❌ Kekurangan |
|---|---|
| Masyarakat tidak bergantung lagi dengan pekerjaan tetap di kantor. Ini karena tersedia banyak peluang pekerjaan freelance. | Penghasilan tidak pasti. Ini karena perusahaan memperkerjakan mereka dalam jangka waktu yang pendek. |
| Memperoleh pendapatan tambahan dari pekerjaan gig yang mereka lakukan. | Tidak jaman jaminan sosial dan kesehatan dari perusahaan. |
| Berpotensi mendapatkan penghasilan lebih besar daripada bekerja kantoran. | Membutuhkan modal sendiri untuk membeli alat-alat penunjang pekerjaan. |
| Memiliki work life balance yang lebih baik. | Bekerja secara mandiri, sehingga berpotensi kesehatan mental karena kurangnya komunikasi. |
Meskipun gig economy menawarkan alternatif pekerjaan bagi masyarakat, tantangan di era gig economy adalah penghasilan yang tidak pasti. Hal tersebut menjadi penyebab banyak kelas menengah Indonesia rentan "turun kasta". Ini karena kelas menengah Indonesia menjadi tulang punggung perekonomian nasional dengan kontribusi 70% terhadap konsumsi di Indonesia.
Selain penghasilan yang tidak pasti, kekurangan lain bagi pekerja gig economy adalah tidak ada jaminan sosial. Oleh karena itu, kita membutuhkan regulasi ekonomi gig yang jelas seperti yang sudah ada di negara-negara seperti AS dan Uni Eropa.
Dengan adanya regulasi yang jelas, hal tersebut dapat memberikan perlindungan bagi pekerja lepas. Ini mencakup jam kerja, pelatihan, dan kompensasi.
👉 Apa itu Asuransi & jenis-jenis Asuransi