Bursa
Indonesia gabung BRICS secara resmi pada 6 Januari 2025. Bergabungnya Indonesia menjadi anggota BRICS, menjadikan total anggota BRICS 2025 menjadi 11 negara.
Bergabungnya Indonesia dalam BRICS tentu memiliki keuntungan dan risiko. Mengingat BRICS adalah organisasi yang cukup dipertimbangkan oleh dunia.
Apalagi Donald Trump juga memberikan ancaman kepada BRICS untuk menaikkan tarif tambahan 10%. Ini menandakan bahwa Amerika Serikat (AS) bahkan mempertimbangkan keberadaan BRICS dalam tatanan geopolitik internasional.
BRICS adalah sebuah nama yang berasal dari istilah BRIC. Adapun BRIC adalah singkatan yang dibuat oleh ekonom Goldman Sachs Investment Bank Jim O’Neill untuk memberikan julukan kepada Brasil, Rusia, India dan China.
Singkatan BRIC ini muncul pertama kali pada tahun 2011. Dalam penelitiannya yang bertajuk Building Better Global Economic BRICs” Jim O’Neill menjelaskan bahwa keempat negara berkembang tersebut bisa mendominasi ekonomi global jika pertumbuhannya dipertahankan.
Namun secara organisasi, BRIC tercetus saat para pemimpin Brasil, Rusia, India dan China pertama kali bertemu di sela-sela KTT G8 Outreach di St Petersburg, Rusia pada Juli 2006. Namun saat itu, organisasi belum terbentuk.
Adapun Konferensi Tingkat Tinggi Kepala Negara pertama BRIC baru diadakan pada tahun 2009 di Yekaterinburg, Rusia. Pertemuan tersebut mengeluarkan sebuah dokumen yang berisi tujuan BRIC. Dalam dokumen tersebut dijelaskan tujuan BRIC adalah mempromosikan dialog dan kerja sama antara negara-negara anggota dengan cara yang bertahap, proaktif, pragmatis, terbuka dan transparan.
Dialog dan kerja sama dilakukan untuk membangun dunia yang harmonis dengan perdamaian abadi dan kemakmuran. Dokumen itu juga menguraikan persepsi bersama tentang cara mengatasi krisis keuangan dan ekonomi global.
Berikut sejarah terbentuknya BRICS:
Adapun BRICS memiliki kegiatan yang berpusat pada:
Menteri Luar Negeri RI Sugiono saat menghadiri undangan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS Plus di Kazan, Rusia pada Oktober 2024 menyampaikan keinginan masuk ke BRICS. Menurutnya keinginan Indonesia masuk ke BRICS Plus merupakan partisipasi aktif Indonesia di semua forum berdasarkan nilai bebas aktif.
Indonesia resmi menjadi anggota BRICS di bawah kepemimpinan Brasil. Indonesia diterima menjadi anggota BRICS pada Johannesburg Summit Agustus 2023. Pernyataan ini disampaikan oleh Kementerian Luar Negeri Brasil yang menyoroti bahwa Indonesia sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara.
“Indonesia shares with the other members of the group to support for the reform of global governance institutions and contributes positively to the deepening of cooperation in the Global South, priority themes for the Brazilian presidency of BRICS, whose motto is Strengthening Cooperation in the Global South for a more Inclusive and Sustainable Governance”
Bergabungnya Indonesia ke BRICS artinya Indonesia siap mendukung reformasi lembaga tata kelola global dan berkontribusi positif terhadap pendalaman kerja sama di kawasan Global South.
Indonesia memang memiliki posisi tawar yang cukup kuat untuk menjadi anggota BRICS 2025, antara lain:
👉🏻 Data Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 5 Tahun Terakhir & Proyeksi 2025!
Negara anggota BRICS 2025 antara lain:
👉🏻 Kalau kamu tertarik masuk ke pasar Cina, baca: Bursa Saham Hong Kong: Sejarah, Perusahaan, dan Indeks Utama
BRICS+ adalah organisasi yang menjadi simbol kekuatan ekonomi baru untuk menyeimbangkan dominasi negara barat dalam tatanan ekonomi dunia. Ini berarti bergabungnya suatu negara ke dalam BRICS dapat memberikan keuntungan strategis dan risiko tertentu yang dihadapi.
Kali ini kami akan membahas keuntungan menjadi anggota BRICS secara umum:
Indonesia gabung BRICS memberikan keuntungan dalam sektor ekonomi. Masuknya Indonesia ke dalam BRICS menjadikan Indonesia memiliki akses yang luas terhadap peluang-peluang ekonomi sesama anggota BRICS dan mendapatkan pendanaan dari New Development Bank. Berikut penjelasannya!
Melansir data BPS, negara dan kawasan tujuan utama ekspor non-migas Indonesia saat ini adalah China (22,87%), Amerika Serikat (11,42%) dan India (6,87%). Dengan data ini kita bisa melihat bahwa ekspor kita masih sangat tergantung pada tiga pasar tersebut. Dengan bergabungnya BRICS, diharapkan ekspor Indonesia ke negara anggota BRICS (Brasil, Rusia, Afrika Selatan dan lainnya) dapat lebih besar dan mengurangi ketergantungan pada mitra dagang utama. Apalagi saat ini, melansir Merdeka.com, populasi dari Brasil, Rusia, India, Cina dan Afrika Selatan mencapai 45% dari total populasi dunia. Sementara itu nilai ekonomi BRICS menyumbang output ekonomi dunia sekitar 28%.
Indonesia dapat memperkuat ketahanan ekonomi nasional dengan melakukan diversifikasi mitra dagang. Seperti yang sudah dijelaskan, saat ini Indonesia sangat tergantung hanya pada tiga negara utama yaitu Cina, AS dan India. Dengan bergabungnya Indonesia ke BRICS, Indonesia bisa mengakses pasar non-tradisional seperti Amerika Latin dan Afrika.
NDB adalah lembaga keuangan yang dimiliki oleh BRICS. Oleh karena itu bergabung dengan BRICS akan memudahkan Indonesia mendapatkan akses pendanaan dari NDB untuk proyek infrastruktur dan pembangunan berkelanjutan. Ini akan mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap pendanaan dari World Bank ataupun IMF. Saat ini Indonesia tercatat masih memiliki utang kepada World Bank, namun tidak memiliki utang kepada IMF.
Sesama anggota BRICS memiliki kesempatan yang besar untuk menanamkan investasi. Ini menjadi peluang adanya arus investasi yang masuk ke Indonesia dari negara anggota BRICS lainnya. Dengan adanya arus investasi asing yang masuk, harapannya lapangan kerja makin terbuka luas.
👉🏻 Kamu juga bisa investasi di negara lain dengan Cara Beli S&P 500 dari Indonesia: Panduan Pemula
BRICS mendorong penggunaan mata uang lokal dalam transaksi antar anggota. Ini artinya akan mengurangi ketergantungan terhadap Dollar AS. Permintaan Rupiah juga bisa meningkat karena transaksi antar anggota BRICS, sehingga bagus dalam meningkatkan stabilitas Rupiah.
Lebih lanjut, ekonom CORE Indonesia Yusuf Rendy Manilet dalam wawancaranya dengan Katadata juga mengungkapkan bahwa Indonesia berpeluang meningkatkan stabilitas sistem keuangan dengan berpartisipasi dalam sistem keuangan alternatif yang dikembangkan oleh BRICS. Ini sekaligus menjadi jalan Indonesia untuk memperkuat posisi geopolitik di global.
Selain itu, keuntungan Indonesia gabung BRICS adalah meningkatnya potensi tawar Indonesia di kancah global karena adanya dukungan kolektif dan memungkinkan adanya transfer teknologi dan kerja sama R&D antar negara anggota.
👉🏻 Anda juga bisa mendulang keuntungan dengan Cara Belajar Trading Forex dari Nol, Lakukan Ini!
Bergabung dan menjadi bagian dari BRICS bukan tanpa risiko. Negara-negara anggota juga akan menghadapi risiko seperti:
Negara anggota termasuk Indonesia berisiko memiliki ketergantungan yang besar terhadap Cina. Sebab adanya fakta bahwa Cina menyumbang 70% PDB BRICS, dan sekitar 74% ekspor Indonesia ke negara BRICS diserap oleh Cina (Ekspor Indonesia ke negara-negara BRICS hanya sekitar 19% dari total ekspor nasional).
Direktur Eksekutif PARA Syndicate dan Dosen Hubungan Internasional President University Virdika Rizky Utama menyampaikan opininya di Media Indonesia. Dia melihat BRICS lebih menyerupai simbolisme politik. Di mana Indonesia menghadapi tantangan berat untuk menjaga relevansinya dalam struktur dominasi Cina dan Rusia.
Virdika juga melihat laporan ADB pada 2020 yang menjelaskan bahwa NDB hanya mampu menyalurkan US$ 30 miliar sejak berdiri pada 2014. Nilai ini terbilang jauh dari kebutuhan pembangunan infrastruktur Indonesia yang perkiraannya mencapai US$ 500 miliar hingga 2030.
AS dan Uni Eropa masuk dalam mitra dagang utama Indonesia. Pangsa pasar ekspor Indonesia ke AS mencapai 11, 42% sepanjang Januari-Mei 2025, sedangkan ke Uni Eropa mencapai 7,32%. Di mana nilai perdagangan ke Amerika Serikat surplus hingga US$ 8,28 miliar di periode yang sama untuk sektor non-migas.
Masuknya Indonesia ke BRICS yang beranggotakan Iran dan Arab Saudi, membuat persepsi politik bahwa Indonesia condong ke poros Tiongkok-Rusia yang bisa merusak hubungan strategis tersebut.
Anggota BRICS memiliki kesamaan struktur ekonomi seperti India, Brasil dan Afrika Selatan. Ketiga negara tersebut merupakan eksportir utama batu bara, minyak dan hasil pertanian. Sehingga Indonesia akan bersaing dengan ketiga negara tersebut tidak hanya di pasar global tetap di internal BRICS itu sendiri.
Bergabungnya Indonesia menjadi anggota BRICS menandakan bahwa ada peluang terbuka masuknya modal asing dari sesama anggota BRICS ke dalam negeri. Secara langsung, ini bisa meningkatkan ketertarikan investor asing melirik pasar modal Indonesia. Ini bisa mendorong nilai transaksi dan IHSG. Namun hingga saat ini belum ada penelitian lebih lanjut mengenai seberapa besar dampaknya.
Secara tidak langsung, akan ada aliran modal yang masuk ke Indonesia yang bisa meningkatkan kinerja emiten-emiten di dalam negeri. Dalam jangka panjang, ini bisa meningkatkan pendapatan dan keuntungan emiten.
Namun tetap saja ada risiko yang membayanginya. Secara geopolitik, posisi Indonesia bisa dianggap condong ke Rusia-Cina. Ini akan memberikan dampak negatif pada Indonesia seperti saat Trump memberlakukan tarif resiprokal atau tarif 100% kepada anggota BRICS. Kondisi ini bisa memberikan potensi hambatan perdagangan ke negara-negara Barat yang juga merupakan mitra strategis Indonesia.
Oleh karena itu, investor ritel tetap harus mengikuti perkembangan geopolitik sebelum memutuskan untuk membeli suatu saham. Selain itu perhatikan juga tren aliran modal asing dan kondisi makro ekonomi. Pastikan Anda telah mengetahui potensi keuntungan dan kerugian sebelum investasi!