Saham

Investasi sektor energi kembali menjadi sorotan di tengah dinamika harga global yang kian fluktuatif. Sehingga, banyak investor melihatnya sebagai peluang strategis, terutama ketika tren teknologi baru seperti AI, robotika, dan eksplorasi luar angkasa membutuhkan pasokan energi yang stabil dan efisien.
Saat ini, ada banyak revolusi teknologi baru yang mulai menarik minat besar dari para investor. Ini menjadi proyek ambisius nyata dari para visioner yang tetap berpijak pada data dan proyeksi keuntungan. Selain soal "perlombaan antariksa" (SpaceX telah meluncurkan hampir setengah dari seluruh satelit yang pernah mengorbit sepanjang sejarah), mereka juga berfokus pada komputasi kuantum atau proyek peremajaan besar-besaran dari Silicon Valley.
Semua revolusi tersebut akan benar-benar terwujud jika tiga tonggak penting tercapai, yaitu:
Kunci dari masa depan terletak pada energi yang murah
Namun, "energi murah" saat ini tidak dapat kita katakan murah. Oleh karena itu, dalam artikel ini kita akan melihat faktor penyebab kenaikan harga energi dalam beberapa tahun terakhir. Kemudian, kita juga akan membahas peluang investasi sektor energi yang mungkin sedang dalam momentum emasnya. Anda bisa investasi di saham sektor energi dan melalui ETF atau reksa dana berbasis energi.
Yuk, simak untuk tahu lebih jelas!
Pada pertengahan dekade sebelumnya, kita sempat menikmati era di mana harga energi relatif murah. Adanya krisis ekonomi yang menekan permintaan global sehingga harga minyak, gas, dan komoditas energi lainnya jatuh. Dalam kondisi ini, pasokan yang berlebih hingga penyesuaian persediaan merupakan hal yang wajar.
Selain itu, ada fenomena fracking yang populer di Amerika Serikat pada periode tersebut. Teknologi ini mengubah AS dari negara importir menjadi salah satu eksportir minyak mentah terbesar di dunia.
Berikut data peringkat negara eksportir minyak mentah terbesar di dunia:
| Arab Saudi | 41.010.000 | ||
| Rusia | 4.586.354 | ||
| Amerika Serikat | 4.058.000 | ||
| Irak | 3.466.750 | ||
| Kanada | 3.401.265 | ||
| Uni Emirat Arab | 2.651.100 | ||
| Brasil | 1.714.936 |
| Negara | Jumlah Ekspor Minyak Mentah (barel/hari) |
|---|---|
| Arab Saudi | 41.010.000 |
| Rusia | 4.586.354 |
| Amerika Serikat | 4.058.000 |
| Irak | 3.466.750 |
| Kanada | 3.401.265 |
| Uni Emirat Arab | 2.651.100 |
| Brasil | 1.714.936 |
Faktanya, sebagian besar penyebab kenaikan harga energi berkaitan dengan kegagalan investasi ESG. Ini karena banyak investment fund mengalami penurunan 20% hingga 40%, bahkan lebih dari itu.
Keyakinan bahwa transisi menuju energi hijau datang lebih cepat dari perkiraan membuat banyak perusahaan menghentikan investasi untuk eksplorasi minyak baru maupun ekspansi ladang gas yang membutuhkan biaya tinggi. Sebaliknya, perusahaan tersebut lebih memilih membagikan dividen besar kepada pemegang saham.
Namun, sebelum transisi itu benar-benar terwujud, banyak orang kembali berlomba-lomba untuk mendapatkan energi murah. Bukan hanya untuk konsumsi individu, tapi juga untuk mendorong berbagai revolusi teknologi yang sedang terjadi.
Di sisi lain, konflik Ukraina juga memperparah kondisi ini akibat potensi tarif perdagangan baru dan pergeseran ekonomi dunia yang kembali mengarah pada pembentukan blok-blok negara.
Namun, semua ini bisa saja berubah, khususnya di Amerika Serikat. Ini karena pemerintah AS telah mendeklarasikan darurat iklim nasional.
Berdasarkan laporan dari tim Cathie Wood di Ark invest, ada tiga alasan utama mengapa investasi sektor energi memiliki prospek pertumbuhan yang menarik. Berikut penjelasannya:
Sektor energi akan terus tumbuh secara intrinsik, terutama karena lonjakan permintaan yang berasal dari kebutuhan infrastruktur AI seperti data center. Pengamat telah memproyeksikan peningkatan konsumsi listrik dari yang semula 28.000-30.000 miliar kWh menjadi 35.000-40.000 miliar kWh. Sehingga tingkat pertumbuhan tahunan bisa mencapai 4,5% hingga 7,3%

Kenaikan tersebut akan terwujud jika dapat mempertahankan laju pembangunan pembangkit listrik baru maupun perluasan dari yang sudah ada, seiring proyeksi permintaan AI yang terus naik.
Hingga pertengahan 1970-an, energi nuklir terbukti membantu menurunkan biaya listrik di negara-negara seperti AS, seperti yang sudah diprediksi Wright's Law. Namun, sejak berlakunya Energy Reorganization Act pada tahun 1974, regulasi yang lebih ketat membuat proyek pembangkit nuklir menjadi mahal.

Pasca krisis energi, timbul potensi lahirnya kerangka regulasi baru yang lebih fleksibel untuk mendorong investasi teknologi nuklir modern. Sehingga, tren penurunan biaya listrik dapat berlanjut dalam jangka panjang.
Bukan hanya pemerintah yang bergerak, sektor swasta juga mulai aktif. Kebutuhan akan sumber energi nuklir yang bersih dan murah menjadi topik utama di media, makalah, maupun simposium.

Berikut contoh dari beberapa perusahaan besar seperti Amazon (AMZN), Google (GOOGL), atau Microsoft (MFST) yang mulai menerapkan energi nuklir:
👉 Kenali Saham Teknologi FAANG dan Cara Berinvestasi di dalamnya!
Kemajuan teknologi baterai lithium-ion dan munculnya formula kimia baru telah menurunkan biaya penyimpanan energi. Hal tersebut membuat pembangkit listrik tenaga surya dan angin semakin efisien, bahkan dalam keadaan malam hari atau ketika angin sedang lemah.
Namun, yang membuat lebih menarik adalah kombinasi energi dari keduanya. Campuran antara sumber energi yang 100% terbarukan (relatif murah namun kurang stabil) dengan sumber energi yang stabil dan terukur (misalnya nuklir atau pembangkit konvensional).

Dengan begitu, Ark Invest menyimpulkan bahwa siklus investasi energi baru kemungkinan akan segera datang dengan tujuan utama menekan biaya konsumsi energi dalam jangka panjang. Di sisi lain, dalam jangka pendek, investor berpotensi mendapatkan keuntungan dari insentif pajak dan subsidi untuk melakukan ekspansi dan meningkatkan campuran energi tersebut.
Namun, perusahaan apa yang diuntungkan dengan kondisi ini? Mari kita melihat beberapa contohnya!
Selanjutnya, kami akan memberikan penjelasan pada beberapa perusahaan sektor energi yang memiliki kinerja signifikan. Berikut penjelasannya:
Constellation Energy Corporation (CED) adalah sebuah perusahaan sektor energi asal AS yang terkenal sebagai produsen terbesar dari energi bebas karbon di negara tersebut. Berpusat di Baltimore, perusahaan ini memasok listrik dan gas alam pada hampir dua juta pelanggan di seluruh AS.
Selain itu, berkat akuisisi Calpine Corporation senilai US$ 26,6 miliar pada Januari 2025 lalu, perusahaan akan memperluas kehadiran strategisnya pada pasar utama seperti Texas, California, dan daerah timur laut AS.
Jika kita melihat kinerja keuangannya, perusahaan ini memiliki kinerja yang menarik. Berikut penjelasan lebih detailnya:

Secara keseluruhan, saham ini menarik untuk kita pantau. Namun, sebaiknya tunggu beberapa minggu sebelum masuk sehingga Anda dapat melihat pergerakan harganya. Selain itu, dengan price-to-earnings ratio sebesar 35 kali, valuasinya terbilang cukup tinggi dan menunjukkan tanda-tanda overvalued daripada rata-rata pasar.
👉 Anda dapat membeli saham Constellation Energy melalui Interactive Brokers
Duke Energy Corporation (DUK) adalah salah satu perusahaan energi terbesar di AS yang berbasis di North Carolina. Perusahaan ini memasok listrik bagi 8,4 juta pelanggan di enam negara bagian. Selain itu, mereka memasok gas alam 1,7 juta pelanggan di lima negara bagian.
Dengan kapasitas total energi sebesar 54.800 megawatt, Duke Energy menjadi pemain kunci di sektor energi AS.
Baru-baru ini, perusahaan mengumumkan rencana investasi modal senilai US$ 83 miliar untuk lima tahun ke depan. Sehingga, meningkat 13,7% daripada rencana sebelumnya.
Peningkatan ini memperkuat infrastruktur kelistrikan dan memenuhi lonjakan permintaan dari data center serta elektrifikasi industri. Selain itu, DUK juga berencana menambah hampir lima gigawatt kapasitas pembangkit listrik tenaga gas alam pada akhir 2029.
Dari sisi kinerja keuangan, Duku Energy memiliki kinerja yang cukup solid.
Laba operasional perusahaan terus tumbuh dengan persentase lebih dari 20% secara tahunan. Kemudian, EPS juga mengalami pertumbuhan meskipun dengan persentase yang lebih rendah.

Namun, perusahaan ini memiliki keterbatasan dalam mengonversi laba menjadi free cash flow (FCF). Ini karena besarnya belanja modal (Capex) untuk ekspansi kapasitas pembangkit listrik.
Secara keseluruhan, saham ini bukanlah ide investasi saham yang buruk. Meskipun arus kas bebasnya negatif akibat belanja modal yang tinggi, DUK memiliki posisi keuangan yang kokoh. Selain itu, PER yang berada di level 20 kali sehingga koreksi kecil bisa menjadi peluang masuk yang menarik.
👉 Anda dapat membeli saham pecahan DUK melalui Gotrade Indonesia
Medco Energi adalah perusahaan energi yang terdaftar di BEI dengan nilai aset yang paling besar. Nilai aset Medco Energi mencapai Rp 133,9 triliun. Selain di Indonesia, MEDC melakukan eksplorasi dan produksi migas di Thailand, Vietnam, Oman dan Yaman.
Pada Oktober 2024, Medco juga menerima conditional import license dari EMA Singapura untuk proyek PLTS Bulan. Proyek ini ditargetkan beroperasi pada tahun 2029 dan akan menjadi salah satu pengembangan PLTS terbesar di Asia Tenggara.
Medco juga mengakuisisi Fortuna International (Barbados), Inc, milik Repsol E&P dengan memegang kepemilikan tidak langsung sebesar 24% di PSC Coridor. Nilai transaksi mencapai US$ 425 juta. PSC Coridor memiliki 7 lapangan produksi gas dan 1 lapangan produksi minyak di Sumatera Selatan. Penjualan gas dilakukan melalui kontrak jangka panjang kepada pembeli di Indonesia dan Singapura.
Laba bersih saham sektor energi MEDC pada 2024 mengalami kenaikan setelah menurun di tahun sebelumnya. Begitu pula dengan EPSnya. Namun jika kita lihat dalam tiga tahun terakhir, MEDC mencatatkan perolehan yang stabil mencatatkan laba dibanding tahun 2020 dan sebelumnya.

Medco juga merupakan saham energi yang rutin bagi dividen dua kali dalam setahun. Dividen yield MEDC sejak 2022 dikisaran 2-4% menggunakan asumsi harga penutupan Rp 1.225 per lembar saham.
Adapun PBV MEDC saat ini sebesar 0,79x dan PER sebesar 6,07x. Valuasi saham MEDC masih murah jika dibandingkan rata-rata PER sektor energi dikisaran 20,4 kali.
ADRO adalah perusahaan saham energi terintegrasi (vertically integrated) yang beroperasi dalam beberapa segmen, yaitu tambang batu bara, jasa pertambangan, logistik, pembangkit listrik (termasuk energi terbarukan), dan distribusi energi.
Selain untuk kebutuhan lokal, Alamtri juga menyalurkan batu bara termal ke Cina, India, Korea, hingga Singapura. Untuk mendukung tujuan dekarbonisasi, mereka merencanakan spin-off unit batu bara PT Adaro Andalan (AAI) melalui IPO dengan valuasi US$ 2,9 miliar. Hal ini menjadi tanda bahwa mereka memiliki fokus kuat pada pengembangan bisnis hijau.

Jika melihat kinerja keuangan dari saham sektor energi ADRO, mereka memiliki prospek jangka panjang yang menjanjikan. Namun, rasio P/E yang mencapai lebih dari 3,4 kali, masih tergolong murah.
Penjelasan di atas hanya beberapa contoh dari saham energi yang menarik untuk kita lihat. Oleh karena itu, kami memberikan daftar saham sektor energi menarik lainnya dalam tabel berikut:
| TotalEnergies | TTE.PA | ||
| ConocoPhillips | COP | ||
| Eni | ENI | ||
| Iberdrola | IBE.MC | ||
| Enbridge | ENB.TO | ||
| Suncor Energy | SU.TO | ||
| Phillips 66 | PSX | ||
| Energi Mega Persada | ENRG | ||
| Indo Tambangraya Megah | ITMG | ||
| Perusahaan Gas Negara | PGAS |
| Perusahaan | Ticker |
|---|---|
| TotalEnergies | TTE.PA |
| ConocoPhillips | COP |
| Eni | ENI |
| Iberdrola | IBE.MC |
| Enbridge | ENB.TO |
| Suncor Energy | SU.TO |
| Phillips 66 | PSX |
| Energi Mega Persada | ENRG |
| Indo Tambangraya Megah | ITMG |
| Perusahaan Gas Negara | PGAS |
Selain berinvestasi saham secara langsung, Anda juga dapat mempertimbangkan alternatif investasi lainnya yang menawarkan diversifikasi, yaitu melalui ETF. Di bawah ini kami akan memberikan beberapa contoh ETF yang memungkinkan kita untuk investasi di sektor energi.
Melalui ETF kita dapat berinvestasi pada sekumpulan perusahaan energi di AS.
Salah satu pilihannya yaitu iShares S&P 500 Utilities Sector UCITS ETF USD (Acc) yang memiliki kode 2B7A. ETF ini dikelola oleh Blackrock dengan eksposur utilitas energi terkemuka di indeks S&P 500. Produk ini bertujuan mengikuti kinerja S&P 500 Utilities Select Sector Index.
Dari sisi komposisi, 10 saham teratas menyumbang sekitar 55% dari portofolio ETF. Ini mencakup perusahaan seperti NextEra Energy (NEE), Duke Energy, dan Constellation yang sudah kita bahas sebelumnya.

Kemudian, produk ini menggunakan metode replikasi fisik, yaitu membeli langsung saham-saham yang ada di dalam indeks acuannya. Sehingga, korelasi dengan benchmark tetap terjaga. Kebijakan dividen yang mereka terapkan menggunakan sistem akumulasi (dividend accrual).
Dari sisi biaya, TER (Total Expense Ratio) sebesar 0,15% per tahun. Hal tersebut menjadikan produk ini efisien dan hemat biaya. Dalam lima tahun terakhir, ETF ini telah bertumbuh 15% dengan dukungan stabilitas dan sifat defensif sektor utility.
Jika kita melihat grafik kinerjanya, ETF ini menunjukkan pertumbuhan secara bertahap secara konsisten.

Sayangnya, di Indonesia tidak ada ETF yang secara khusus melacak indeks IDXENERGY baik secara pasif maupun aktif. Ini karena produk ETF di Indonesia masih relatif terbatas alam pilihan dan likuiditasnya. Namun ada satu produk reksa dana yang cukup menarik yang melacak saham energi terbarukan di Indonesia:
Berikut daftar beberapa produk ETF lainnya yang menarik untuk kita lihat:
| Xtrackers MSCI World Energy UCITS ETF 1C | XDW0 | IE00BM67HM91 | |||
| Lyxor STOXX Europe 600 Oil & Gas UCITS ETF - Acc | LOGS | LU1834988278 | |||
| iShares Global Clean Energy UCITS ETF | INRA | IE000U58J0M1 | |||
| Reksa Dana Insight Renewable Energy Fund | - | IDN000116902 |
| ETF | Ticker | ISIN |
|---|---|---|
| Xtrackers MSCI World Energy UCITS ETF 1C | XDW0 | IE00BM67HM91 |
| Lyxor STOXX Europe 600 Oil & Gas UCITS ETF - Acc | LOGS | LU1834988278 |
| iShares Global Clean Energy UCITS ETF | INRA | IE000U58J0M1 |
| Reksa Dana Insight Renewable Energy Fund | - | IDN000116902 |
Singkatnya, jika Anda percaya bahwa masa depan ada pada produksi energi yang melimpah murah, maka berinvestasi dalam beberapa ETF yang kami sebutkan bisa menjadi ide menarik.
Reksa Dana Insight Energy Fund memiliki portofolio pada saham energi terbarukan seperti Barito Pacific (BRPT), Merdeka battery Materials (MBMA) dan Petrosea (PTRO). Reksa dana ini juga membagikan dividen.
Seperti yang sudah kami sebutkan, sumber energi berasal dari berbagai jenis. Misalnya, bahan bakar fosil dengan produksi yang relatif stabil dan terkontrol. Kemudian, ada juga energi hijau dan terbarukan yang produksinya lebih terbatas karena sangat bergantung pada faktor cuaca.
Berikut beberapa jenis energi yang memungkinkan Anda untuk berinvestasi di dalamnya:
Kesimpulannya, jika teknologi menjadi modal yang memungkinkan kita hidup lebih baik selama beberapa dekade ke depan, maka energi murah akan menjadi "bahan bakar" yang membuatnya mungkin terjadi. Berinvestasi di sektor energi bukan hanya soal mencari keuntungan (meskipun hal ini juga penting), tapi juga berinvestasi pada optimisme dan prospek pertumbuhan masyarakat.