logo RankiaIndonesia

Suku Bunga The Fed: Pangkas 25 bps jadi 3,5%-3,75%

Pemangkasan suku bunga The Fed ini terjadi selama tiga kali berturut-turut di tengah kekhawatiran penurunan pasar tenaga kerja. Selain itu, penurunan terjadi di tengah salah satu perpecahan terbesar di antara anggota komite
FED

Pada pertemuan terakhirnya di tahun 2025, The Fed mengambil tindakan dengan pemangkasan suku bunga The Fed ketiga berturut-turut. Alasannya karena kekhawatiran tentang memburuknya pasar tenaga kerja serta adanya perpecahan internal. Sementara itu, Jerome Powell, dalam konferensi pers, mengisyaratkan jeda dalam pemangkasan suku bunga selama tiga bulan terakhir. 

Lihat apa yang mendasari keputusan pemangkasan suku bunga The Fed, jadwal rapat The Fed dan proyeksi suku bunga The Fed 2026!

Apa itu The Fed?

suku bunga the fed
Sumber: Situs The Fed

Federal Reserve System (The Fed) adalah sebutan untuk bank sentral Amerika Serikat. The Fed merupakan salah satu institusi paling berpengaruh di dunia. Hasil rapat mereka selalu ditunggu oleh banyak negara, termasuk Indonesia.

Kita akan melihat apa yang bisa kita harapkan dari Federal Reserve, tidak hanya di pertemuan berikutnya, tetapi sepanjang tahun. Tanpa perlu Anda ragukan lagi, ini adalah salah satu topik yang paling menarik bagi investor, karena tidak hanya berdampak langsung pada perkembangan pasar (saham, mata uang, indeks), tetapi juga pada ekonomi itu sendiri.

Pertemuan The Fed: pertemuan FOMC

Ketika kita berbicara tentang Federal Reserve (Fed), untuk memahami semua yang terjadi dalam pertemuannya, kita harus mengenal empat konsep:

  • FOMC: merupakan kepanjangan dari Federal Open Market Committee yaitu Komite Pasar Terbuka Federal dari Federal Reserve. FOMC terdiri dari 12 anggota. Bertanggung jawab atas strategi kebijakan moneter untuk mencapai tujuan. Bertemu 8 kali dalam setahun, sekitar setiap 6 minggu, di Washington. Biasanya, dari 8 kali pertemuan dalam setahun, setengahnya kemudian menawarkan konferensi pers.
  • Notulen The Fed: merangkum secara detail semua topik yang telah FOMC bahas dalam pertemuannya. Notulen dipublikasikan 3 minggu setelah setiap pertemuan FOMC dan menunjukkan pendapat semua anggota yang telah berpartisipasi dalam pertemuan.
  • Beige Book: adalah kumpulan data yang digunakan FOMC dalam pertemuannya untuk mengambil keputusan. Diterbitkan sekitar 2 minggu sebelum pertemuan FOMC.
  • Dot plot: adalah grafik yang menampilkan serangkaian titik. Mereka mempublikasikan secara gratis setelah setiap pertemuan Federal Reserve dan mencerminkan apa yang dipikirkan setiap anggota tentang apakah suku bunga akan naik atau turun dalam sisa bulan tahun ini dan tahun-tahun berikutnya, dan sejauh mana. Berasal pada akhir 2011 dengan Ben Bernanke sebagai presiden Bank.

Selama pertemuan The Fed, anggota FOMC akan memulai rapat dengan membahas kinerja ekonomi nasional dan global. Termasuk melihat kembali indikator-indikator ekonomi seperti tingkat inflasi, tingkat pengangguran dan kondisi PDB untuk mencapai ekonomi yang sehat.

Kemudian, agenda utama pertemuan The Fed adalah mendiskusikan dan menentukan kebijakan moneter hawkish atau dovish. Ini termasuk membahas suku bunga (baik peningkatan, penurunan maupun mempertahankan) berdasarkan prospek perekonomian. Tujuannya adalah mencapai lapangan pekerjaan yang maksimal, kestabilan harga dan tingkat suku bunga jangka panjang yang moderat.

Memahami tindakan ini akan memberikan konteks berharga untuk menafsirkan tindakan The Fed dan dampaknya pada perekonomian serta pasar keuangan.

Kapan pengumuman suku bunga The Fed di 2026?

Sepanjang 2026, The Fed Meeting akan dilaksanakan sebanyak 8 kali dalam setahun. Biasanya The Fed akan rutin melaksanakan pertemuan dengan jarak waktu 40 hari antar pertemuan. Berikut jadwal pertemuan dan pengumuman suku bunga The Fed di 2026:

  • 27-28 Januari 2026
  • 17-18 Maret 2026
  • 28-29 April 2026
  • 16-17 Juni 2026
  • 28-29 Juli 2026
  • 15-16 September 2026
  • 27-28 Oktober 2026
  • 8-9 Desember 2026

Jika Anda tertarik pada kebijakan bank sentral, Anda juga bisa mengunjungi kalender kami untuk mengetahui pertemuan berikutnya dari ECB.

👉🏻 Christine Lagarde, Begini Profil Presiden ECB

Suku bunga The Fed saat ini: pangkas 25 bps

Pemangkasan suku bunga The Fed kembali dilaksanakan oleh bank sentral AS, kali ini sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 3,5%-3,75%. Namun keputusan pemangkasan suku bunga The Fed kali ini diwarnai ketegangan karena kekhawatiran soal memburuknya pasar tenaga kerja.

Risiko penurunan lapangan kerja telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Dan saat ini kekhawatiran soal penurunan tersebut lebih besar dari pada kekhawatiran akan lonjakan inflasi. 
 

Pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 25 bps menjadi sekitar 3,75-4% pada Desember 2025. Sumber: Trading Economics

Namun aspek yang paling mencolok bukan pemangkasan suku bunga The Fed, melainkan perpecahan internal yang terungkap melalui pemungutan suara. Beberapa anggota tidak sepakat. Ada kelompok yang menyerukan pemotongan yang lebih besar, sementara kelompok lain ingin menghentikan siklus tersebut. Ini menandai perpecahan terbesar sejak 2019. 

Powell mengakui bahwa perdebatan tersebut mencerminkan ketegangan yang tidak biasa dalam mandat ganda otoritas moneter. 

“Kita semua sepakat bahwa inflasi masih terlalu tinggi dan pasar tenaga kerja melemah. Perbedaannya terletak pada bagaimana kita menimbang risiko-risiko tersebut.”

Dot Plot yang menggambarkan perpecahan terbesar di internal The Fed

👉🏻 Dampak Kebijakan Tarif Trump di Pasar Saham Eropa, AS & Indonesia

Apakah pemangkasan suku bunga The Fed akan dihentikan sementara?

Di sisi lain, konferensi pers mengisyaratkan bahwa The Fed mungkin akan segera menghentikan siklus penurunan suku bunga. Powell menegaskan bahwa lembaga tersbeut akan bertindak hati-hati dan akan bertindak ketika data memang mendukungnya. 

Kita akan mulai melihat data dan data itu akan memberi tahu kita apakah tindakan kita sudah benar atau salah,”

Namun kali ini, bahkan prinsip dasar itu pun terhambat oleh kurangnya statistik yang bisa mereka andalkan. Penutupan pemerintahan (US government shutdown) selama 42 hari telah menunda laporan inflasi dan ketenagakerjaan penting, memaksa FOMC untuk membuat keputusan hampir tanpa data yang lengkap. 

Jerome Powell saat konferensi pers Desember 2025

Selain ketidakpastian teknis ini, ada tekanan politik yang semakin menguat dan diperparah oleh serangan secara terus-menerus dari Trump kepada Powell. Trump menyebut Powell terlalu lambat dalam memangkas suku bunga. Oleh karena itu, Trump menempatkan orang-orang yang sepaham dengannya di dalam Komite untuk memaksa pemangkasan yang lebih dalam dalam waktu dekat. 

Semua ini bisa membuat The Fed berada dalam posisi yang sulit. Di satu sisi, mereka membutuhkan lebih banyak informasi sebelum mengambil tindakan. Namun di sisi lain mereka terjebak di antara tekanan politik, gejolak internal dan perekonomian yang memberikan sinyal beragam. Justru dalam kontek inilah Powell menyarankan jeda untuk memberi waktu kepada para anggotanya untuk mendapatkan kembali kejelasan di tengah data yang masih sangat membingungkan. 

“Kami percaya bahwa posisi kami saat ini memungkinkan untuk menunggu dan melihat bagaimana perekonomian berkembang mulai sekarang”

👉🏻 Bullish dan Bearish: Apa Perbedaannya?

Prediksi suku bunga The Fed: apa yang pasar harapkan dari keputusan berikutnya?

Terlepas dari perpecahan internal, ucapan Powell cukup jelas soal jeda. Adapun jeda ini untuk memberi waktu mengumpulkan informasi ekonomi yang relevan, menilai kondisi ekonomi dan mulai membuat keputusan untuk bulan-bulan mendatang. Akibatnya, semua tampak menunjukkan bahwa The Fed akan menahan suku bunga dalam kisaran 3,5-3,75% untuk pertemuan berikutnya. 

Jika kita melihat FedWatch CME, yang melaporkan bagaimana pasar memprediksi suku bunga The Fed berikutnya, mereka telah memperkirakan penahanan tersebut. Bahkan mereka memprediksi bahwa tidak akan ada pemangkasan suku bunga The Fed sepanjang kuartal I-2026. 

Pendapat para pelaku pasar mengenai suku bunga The Fed tahun 2026

👉🏻 Berbicara soal Donald Trump, kami akan menyarankan artikel: Trump Trade: 5 Saham AS yang Menarik Imbas Kemenangan Donald Trump

Faktor politik yang bisa terjadi di 2026

Masa kepemimpinan Jerome Powell akan berakhir di akhir Mei 2026. Jika Trump kembali ke Gedung Putih, maka Powell bisa tidak terpilih lagi. Powell dianggap sebagai penyeimbang, lebih stabil dan berhati-hati. Sayangnya dia bukan figur yang berada di pihak Trump yang selaras dengan kebijakan Trump. Gedung Putih mungkin lebih memprioritaskan kandidat yang agresif menurunkan suku bunga dan lebih toleran terhadap inflasi, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi jangka pendek di AS.

Ketua The Fed Jerome Powell
Sumber: Bloomberg

Tapi kepastian masih terus berlanjut. Di 2026, ada tiga hal utama yang perlu menjadi perhatian:

  1. Komposisi pemilih di rapat FOMC berubah seiring rotasi para presiden bank regional. 
  2. Beberapa presiden regional akan mengakhiri masa jabatannya, yang membuka peluang bagi penunjukan baru yang lebih politis. 
  3. The Fed sudah terbagi menjadi dua kubu: satu pihak ingin pelonggaran dengan cepat, sementara pihak lain menyerukan kesabaran dan kehati-hatian.

Powell memainkan peran penting sebagai mediator, tetapi tanpa kepastian masa jabatan baru, wewenangnya akan terkikis. Sementara itu, pasar sangat tidak menyukai ketidakpastian di internal bank sentral paling berpengaruh di dunia. 

👉🏻 Apa itu Quantitative Easing dan Dampaknya di Pasar?

Apa yang dinantikan pasar mengenai kebijakan suku bunga The Fed 2025?

The Fed tercatat melakukan 11 kenaikan suku bunga yang diterapkan oleh sejak November 2021 untuk menahan inflasi. Suku bunga ini tetap tinggi sejak Juli 2023, dalam kisaran antara 5,25% dan 5,5%. Kemudian pada September 2024 bank sentral AS memutuskan untuk memulai proses penurunan suku bunga, didorong oleh penurunan inflasi yang stabil dalam beberapa bulan terakhir.

Namun, Jerome Powell memperingatkan pada rapat terakhir bahwa The Fed akan lebih berhati-hati dalam mengevaluasi pemotongan suku bunga The Fed lebih lanjut.

Dengan tindakan hari ini, kami telah menurunkan suku bunga acuan dan kebijakan moneter kami kini secara signifikan lebih longgar. Oleh karena itu, kami dapat mengambil pendekatan yang lebih hati-hati dalam mempertimbangkan penyesuaian selanjutnya," ungkap Jerome Powell

Meski The Fed tetap independen dari pengaruh politik, Powell sebelumnya menekankan bahwa transisi dari Joe Biden ke Donald Trump akan berdampak signifikan pada pasar keuangan. Namun hal ini tidak akan langsung memengaruhi keputusan bank sentral.

Apa dampak pertemuan The Fed terhadap pasar?

The Fed lembaga yang sangat penting untuk kesehatan ekonomi Amerika Serikat dan memiliki dampak signifikan pada pasar keuangan global. Pertemuan FOMC adalah saat The Fed menentukan kebijakan moneter, terutama sehubungan dengan suku bunga, dapat memiliki dampak yang relevan pada pasar keuangan.

Apa yang terjadi ketika ada kenaikan suku bunga?

Ketika The Fed memilih untuk meningkatkan suku bunga, atau kebijakan lain yang tujuannya untuk mengurangi likuiditas dalam sistem, dalam konteks menahan tingkat harga, ini mengakibatkan perlambatan ekonomi.

Kenaikan suku bunga, sebenarnya, menghambat pinjaman, membuatnya lebih "mahal". Pada gilirannya, memiliki efek negatif pada permintaan agregat dan tingkat konsumsi.

Hubungan antara suku bunga The Fed dan SP500

Penurunan likuiditas juga mempengaruhi pasar saham. Likuiditas yang ketat menunjukkan sumber daya yang lebih sedikit untuk investasi. Oleh karena itu, pada umumnya, peningkatan suku bunga terkait dengan penurunan nilai saham.

Namun, dalam beberapa kasus, pasar mungkin sudah "memperhitungkan" efek kenaikan tersebut ketika The Fed telah mengumumkan niat kebijakan moneternya sebelum keputusan resmi. Dalam kasus ini, efeknya di pasar mungkin lebih moderat.

Di masa ketidakpastian, seperti yang terjadi setelah kenaikan suku bunga, berinvestasi dalam saham defensif bisa menjadi strategi yang sangat baik. Juga aset safe haven, yang menunjukkan korelasi rendah dengan siklus ekonomi, seperti berinvestasi dalam emas, bisa menjadi strategi investasi yang baik.

Apa yang terjadi ketika ada penurunan suku bunga?

Konsekuensi utama dari penurunan suku bunga meliputi:

  • Stimulasi Ekonomi: Penurunan suku bunga membuat pinjaman menjadi lebih murah. Ini dapat mendorong baik perusahaan maupun konsumen untuk mengambil lebih banyak pinjaman untuk investasi atau konsumsi, masing-masing.
  • Peningkatan Konsumsi: Dengan lebih murahnya berhutang, konsumen mungkin merasa lebih cenderung untuk melakukan pembelian besar, seperti rumah atau mobil, yang pada gilirannya dapat mendorong permintaan agregat dalam ekonomi.
  • Dampak pada Pasar Saham: Penurunan suku bunga dapat memiliki efek positif pada pasar saham. Dengan menurunkan biaya pembiayaan dan meningkatkan konsumsi dan investasi, perusahaan dapat melihat peningkatan dalam harapan keuntungan mereka, yang biasanya tercermin dalam peningkatan harga saham.
  • Depresiasi Mata Uang: Dalam beberapa kasus, penurunan suku bunga dapat menyebabkan depresiasi mata uang nasional terhadap mata uang lain, karena investor akan mencari pengembalian yang lebih tinggi di pasar lain, menjual mata uang lokal dalam prosesnya.
  • Risiko Inflasi: Meskipun penurunan suku bunga bertujuan untuk merangsang ekonomi, efek samping yang mungkin adalah peningkatan inflasi. Ketika konsumsi dan investasi meningkat, harga dapat mulai naik, terutama jika penawaran tidak dapat memenuhi peningkatan permintaan.

Intinya, ini adalah kalender pertemuan FED berikutnya, agar Anda tidak melewatkan satupun dari mereka, dan dengan cara ini Anda dapat bereaksi di pasar, sesuai dengan petunjuk dari Federal Reserve, apakah ekspansif atau kontraktif.

Bagaimana dampak kebijakan suku bunga AS pada perekonomian Indonesia?

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang atau juga alias emerging market yang juga akan merasakan dampak dari setiap keputusan Bank Sentral AS. Tujuan BI memperhatikan kebijakan The Fed adalah untuk menahan lajur arus modal asing keluar dan berupaya menarik arus modal asing masuk.

Sebab perkembangan ekonomi global ini mendorong berlanjutnya penguatan dolar AS secara global, lebih terbatasnya aliran masuk modal asing, dan meningkatnya tekanan pelemahan nilai tukar di negara emerging market. Kondisi tersebut memerlukan penguatan respons kebijakan untuk memitigasi dampak negatif rambatan global tersebut, termasuk di Indonesia.

Pertanyaan yang sering diajukan tentang FOMC

Iklan
Artikel terkait