logo RankiaIndonesia

Apa itu Loud Budgeting, Gen Z & Milenial Wajib Tahu Ini!

Loud Budgeting pada Gen Z dan Milenial untuk menciptakan keuangan yang sehat.

Mungkin Anda belum menerapkan loud budgeting dalam kehidupan sehari-hari jika masih sering sulit menolak ajakan teman untuk membeli barang yang sebenarnya tidak Anda butuhkan. Sehingga, Anda cenderung menghabiskan uang untuk gaya hidup yang belum tentu sesuai dengan dompet.

Kebanyakan orang masih terjebak dalam gaya hidup konsumtif demi gengsi, sehingga bisa mengacaukan perencanaan keuangan pribadi. Riset OCBC NIPS Financial Fitness Indes 2024 bersama Nielsen IQ menunjukkan bahwa 80% masyarakat Indonesia menghabiskan uang untuk gaya hidup dan sering menggunakan dana darurat untuk kebutuhan konsumtif. Dana darurat ini seharusnya Anda gunakan untuk hal penting seperti biaya pengobatan, kehilangan pekerjaan, atau kebutuhan mendesak lainnya.

Oleh karena itu, dalam artikel ini kami akan menjelaskan apa itu loud budgeting. Kemudian, kami akan memberikan beberapa cara untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Mari kita mulai pembahasannya!

👉🏻 Simpan dana darurat bisa di reksa dana pasar uang yang rendah risiko: Reksadana Pasar Uang: Cara Memilih & Risikonya

Apa itu Loud Budgeting?

apa itu loud budgeting
(Sumber: Lead Partners Private Wealth)

Loud budgeting adalah strategi keuangan yang menekankan setiap individu untuk memiliki sikap kritis untuk menolak ajakan menghabiskan uangnya demi tujuan konsumtif. Sehingga, kita lebih bisa mengatur pengeluaran menjadi lebih bijak dan terukur. Selain itu, kita dapat memberikan batasan finansial yang jelas kepada orang-orang di sekitar kita.

Artinya loud budgeting adalah pengelolaan finansial yang kita bicarakan secara terbuka kepada lingkungan kita. Ini termasuk batas anggaran pengeluaran, prioritas belanja dan rencana penggunaannya. Tujuan loud budgeting adalah mendapatkan lingkungan yang mendukung satu sama lain untuk bisa konsisten mengelola keuangan, yang pada akhirnya mengubah kebiasaan pamer konsumtif jadi lebih melek pada pengelolaan keuangan.

Namun, hal pertama Anda harus lakukan dalam menerapkan loud budgeting adalah membuang jauh-jauh rasa gengsi dan malu untuk mengakui kemampuan finansial kepada orang lain. Kemudian, jangan terlalu memikirkan apa kata orang lain, misalnya mereka menganggap Anda pelit dan lain sebagainya.

Ini karena orang yang paling tahu kondisi keuangan Anda adalah diri Anda sendiri, bukan orang lain. Mencoba jujur terhadap kondisi keuangan diri Anda adalah langkah awal yang baik dalam menyusun rencana finansial yang realistis.

👉 Baca juga: Budget Itu Apa? Ini Arti, Fungsi dan Jenis-jenisnya!

Tren Loud Budgeting Indonesia dan Dunia

Tren loud budgeting pertama kali viral di dunia maya lewat Tiktok. Akun yang pertama kali memopulerkannya adalah Lukasbattle melalui video yang ia unggah sejak akhir 2023 dan sudah ditonton jutaan kali.

Lukasbattle memberikan pendapat bahwa Anda bisa menolak ajakan untuk berbelanja berlebihan bukan karena tidak memiliki uang. Ini karena Anda memiliki tujuan finansial yang lebih jelas dan lebih menekankan pentingnya memiliki kondisi keuangan yang seimbang. Sehingga, hal tersebut tidak mengacaukan rencana keuangan Anda dalam mempersiapkan tujuan-tujuan di masa depan.

Lebih bijak lagi, jika Anda berkata jujur terkait kondisi keuangan dan memberi tahu berapa budget yang bisa Anda anggarkan untuk belanja. Cara ini merupakan cara yang lebih terbuka dan lebih sopan dalam menolak ajakan teman untuk tujuan konsumtif.

Prinsip Loud Budgeting

Dalam menerapkan loud budgeting, ada beberapa prinsip penting yang perlu Anda ketahui. Kami sudah merangkumnya dalam tabel berikut:

Berkata jujur dan apa adanya (transparansi)Berkata jujur terkait budget yang bisa Anda anggarkan untuk pengeluaran konsumtif menjadi hal yang utama. Sehingga, Anda dapat menolak ajakan belanja impulsif dengan lebih bijak dan sopan.
Terbuka Tidak perlu malu dengan kondisi keuangan Anda saat ini. Sebaiknya Anda bisa menolak secara terbuka ajakan untuk menghabiskan uang jika tidak sesuai dengan budget.
Fokus pada tujuan finansial Anda tidak harus selalu mengikuti arus tren gaya hidup yang berkembang. Sehingga, bisa lebih fokus pada tujuan finansial jangka panjang.
Punya pengendalian diriMemiliki prinsip pengendalian diri akan membantu mengurangi belanja impulsif. Selain itu, Anda juga dapat mempertimbangkan seluruh pengeluaran dengan lebih bijak.
Membina hubungan pertemanan yang sehatPenerapan loud budgeting dalam keuangan bisa membantu Anda membentuk lingkungan pertemanan yang sehat. Ini karena Anda akan pasti berteman dengan orang-orang yang memiliki kondisi keuangan dan pemahaman yang sama.
Akuntabilitas dalam keuangan pribadiBertanggung jawab atas segala keputusan keuangan yang dibuat. Misalnya, Anda menolak untuk tidak makan malam di restoran dan lebih memilih makan di rumah. Uang tersebut dapat Anda gunakan untuk tujuan keuangan yang lebih jelas, bukan untuk memenuhi gaya hidup.

Manfaat Loud Budgeting bagi Gen Z dan Milenial

Berani berkata jujur dan terbuka perihal kondisi keuangan Anda kepada orang lain memang bukan hal yang mudah. Meskipun terkadang Anda pasti merasa malu, hal tersebut memberikan berapa manfaat positif. Berikut penjelasannya:

1. Tidak Mudah Terbawa Arus Tren Gaya Hidup

Membatasi diri dari hal-hal yang bersifat konsumtif membuat Anda terhindar dari arus tren gaya hidup yang dapat menguras isi dompet. Misalnya, tidak FOMO membeli handphone keluaran terbaru karena belum membutuhkannya. Ini karena FOMO bisa berdampak besar terhadap keuangan dan rencana masa depan Anda.

2. Meningkatkan Kesadaran Finansial

Memiliki anggaran tersendiri untuk pengeluaran konsumtif, membuat Anda lebih bijak. Ini karena Anda akan berusa sebaik mungkin untuk mengurangi pengeluaran yang tidak perlu. Sehingga, Anda semakin disiplin dan bijak dalam mempertimbangkan pengeluaran apa saja yang boleh dilakukan.

Penerapan loud budgeting dalam keuangan bisa meningkatkan kesadaran akan pentingnya memprioritaskan tujuan jangka panjang. Sehingga, Anda tidak menghabiskan uang untuk kesenangan sesaat yang terkadang kurang rasional.

👉 Jika ingin meningkatkan pengetahuan finansial, baca: Literasi Finansial: Apa itu, Contoh, Manfaat, Aspek, Cara Meningkatkannya

3. Menghemat Uang Demi Masa Depan

Lebih baik mengemat uang daripada membuat uang untuk hal-hal yang bersifat konsumtif dan tidak jelas tujuannya. Oleh karena itu, tidak perlu terlalu memikirkan apa kata orang lain terkait keputusan finansial Anda.

Ada beberapa manfaat gaya hidup hemat dalam penerapan loud budgeting, yaitu:

  • Punya kebiasaan hidup hemat dapat meningkatkan alokasi uang ke tabungan dan investasi Anda.
  • Terhindar dari utang konsumtif.
  • Membantu mencapai tujuan keuangan seperti mempersiapkan dana darurat hingga dana pensiun.
  • Mengurangi risiko keuangan yang dapat terjadi karena faktor konsumtif dan gaya hidup boros.

4. Membangun Keseimbangan Finansial

Memberikan batasan untuk jenis pengeluaran tertentu akan membantu Anda menjadi lebih mudah dalam mengelola keuangan. Hal ini bukan berarti Anda tidak bisa menikmati hidup dengan bersenang-senang. Namun, frekuensinya saja yang lebih terbatas sehingga tidak melebih budget yang sudah Anda tentukan setiap bulannya.

Sehingga, Anda tetap masih bisa menikmati hidup dengan jalan-jalan atau berbelanja barang yang disukai. Misalnya dengan memanfaatkan promo atau diskon dari berbagai marketplace. Cara ini bisa Anda terapkan sehingga dapat semakin berhemat dalam pengeluaran konsumtif.

Dampak Negatif Loud Budgeting pada Kehidupan Sosial

Meskipun memberikan manfaat terhadap keuangan Anda, loud budgeting juga memiliki beberapa pengaruh pada kehidupan sosial. Berikut dampak negatif dari loud budgeting pada kehidupan sosial Anda:

Risiko dijauhi banyak teman Jika Anda terus menolak ajakan teman atau kerabat dekat, ini bisa membuat hubungan menjadi tidak baik. Sehingga, banyak teman atau kerabat dekat Anda yang perlahan-lahan mulai menjauh.
Depresi Terlalu sering menolak ajakan teman untuk belanja konsumtif dapat mengganggu kesehatan mental Anda. Oleh karena itu, sempatkan sesekali untuk belanja konsumtif dengan teman.
Dianggap orang pelitMeskipun berhemat berbeda dengan pelit, Anda harus siap mental jika teman menganggap Anda pelit.
Cuma dianggap FOMO Selama menjalani loud budgeting pasti Anda sering mendapatkan sindiran dari teman-teman. Ini karena mereka menganggap penerapan loud budgeting cuma tren sesaat akibat sempat viral di TikTok.

Contoh Loud Budgeting dalam Kehidupan Sehari-hari

Ada banyak contoh penerapan loud budgeting yang menunjukkan bahwa Anda sedang menjalankan gaya hidup hemat. Berikut beberapa hal yang dapat Anda lakukan:

  • Menolak untuk tidak ikut liburan ke luar negari yang bisa memakan biaya tinggi. Mungkin Anda bisa berasalan akan menggunakan uang tersebut dalam waktu dekat untuk biaya sekolah anak.
  • Menolak akan teman untuk makan di restoran mahal. Namun, Anda bisa memberikan alternatif restoran yang lebih terjangkau sehingga tidak menguras isi dompet.

Cara Praktis Loud Budgeting untuk Milenial dan Gen Z

Sebelum memulai metode ini, pastikan Anda sudah memiliki komitmen pada diri sendiri. Sehingga, Anda bisa lebih konsisten dan disiplin dalam menjalankan prinsip-prinsip yang sudah kami jelaskan sebelumnya. Kemudian, Anda dapat melakukan beberapa cara berikut sehingga lebih mudah dalam menerapkan loud budgeting:

#1 Menetapkan Rencana Anggaran yang Paling Realistis

rulo of loud budgeting 50-30-20
(Sumber: Ramsey Solution)

Dalam menyusun rencana anggaran yang realistis, Anda adalah orang yang paling tahu terkait bagaimana kondisi keuangan saat ini. Anda bisa mulai membuat rencana anggaran dengan berfokus kepada 3 skala prioritas keuangan utama, yaitu:

  1. Pengeluaran untuk kebutuhan (50% dari pendapatan)
    • Merupakan biaya yang terdiri dari tagihan listrik dan air, internet, telepon, sewa rumah, serta tagihan lainnya. Biaya ini merupakan pengeluaran wajib yang harus Anda bayarkan terlebih dahulu.
  2. Pengeluaran untuk keinginan dan gaya hidup (30% dari pendapatan)
    • Pos keuangan ini berisi dana yang Anda siapkan jika ingin makan bersama teman atau sekedar minum kopi di cafe. Sehingga, seluruh pengeluaran yang bersifat konsumtif masuk dalam pos keuangan ini.
  3. Menabung dan Investasi (20% dari pendapatan)
    • Terakhir, Anda wajib menyisihkan pendapatan setiap bulannya untuk menabung dan investasi. Tabungan tersebut juga bisa Anda jadikan dana darurat atau dana pensiun guna memberikan proteksi di masa depan.

Kita mengenal metode ini dengan aturan 50/30/20. Metode ini diperkenalkan oleh Elizabeth Warren, seorang politikus dan mantan senator senior di AS.

Saat ini, sudah tersedia banyak aplikasi pengatur keuangan yang dapat Anda gunakan sehingga memudahkan dalam melakukan pencatatan keuangan.

👉Temukan rekomendasi aplikasi pengatur keuangan terbaik dalam artikel: Aplikasi Pengatur Keuangan Terbaik OJK untuk Pemula

#2 Jangan Takut Berbicara Jujur Soal Keuangan

Setelah membuat anggaran keuangan yang paling realistis untuk Anda, langkah selanjutnya adalah berani berkata jujur. Anda bisa berkata jujur ketika hendak menolak ajakan teman untuk makan di luar atau nonton di bioskop. Sebaiknya, berikan alasan mengapa Anda menolak ajakan tersebut, misalnya karena sedang fokus pada tujuan keuangan yang lebih penting sehingga harus berhemat.

#3 Prioritaskan Pengeluaran untuk Kebutuhan

Jangan lupa bahwa loud budgeting adalah metode keuangan yang berfokus terhadap pengeluaran untuk kebutuhan dan tujuan keuangan jangka panjang Anda. Dengan semakin mengurangi belanja impulsif, Anda bisa semakin menghemat pengeluaran. Selain itu, alokasi uang pada hal yang jauh lebih produktif seperti menabung dan investasi jangka panjang menjadi lebih banyak.

👉 Investasi Jangka Panjang, Ini Produk yang Aman dan Menguntungkan

#4 Kurangi Pergaulan dengan Orang-orang yang Punya Kebiasaan Hidup Boros

Pergaulan yang buruk dapat merusak kebiasaan baik. Ini juga dapat terjadi ketika Anda sedang menerapkan loud budgeting dalam keuangan pribadi.

Jika masih sering hangout bersama teman-teman yang memiliki kebiasaan boros, Anda akan sulit untuk berhemat. Ini karena adanya pengaruh dan tekanan sosial dari teman-teman.

Hanya ada 2 pilihan, yaitu tetap bertemen degan mereka yang memiliki kebiasaan menghabiskan uang atau menarik diri. Anda bisa mencari lingkungan pertemanan baru yang memiliki tujuan keuangan yang sama. Sehingga, dapat mengerti satu sama lain alasan berhemat daripada menghabiskan uang untuk memenuhi gaya hidup.

Strategi Loud Budgeting, Apakah Cocok dengan Semua Orang? - Pendapat Kami

Gaya hidup hemat dan berani berkata jujur untuk menolak ajakan konsumtif merupakan hal yang ditekankan pada konsep loud budgeting. Namun, sebenarnya ini adalah cara berkomunikasi langsung dan terbuka ala Gen Z serta milenial yang lebih mengedepankan transparansi.

Tidak semua orang bisa langsung berkata jujur dan to the point kepada orang lain terkait kondisi keuangan saat ingin menolak ajak teman. Banyak dari mereka yang menganggap bahwa kondisi keuangan pribadi adalah hal yang privat. Sehingga, mereka tidak perlu memberitahukannya kepada orang lain.

Kesimpulannya, loud budgeting lebih cocok bagi Anda yang bisa terbuka dan jujur tentang kondisi keuangan, berfokus terhadap tujuan jangka panjang, dan suka membangun lingkungan pertemanan yang sehat.

Dengan menerapkan strategi loud budgeting, Anda bisa bersikap tegas untuk menolak ajakan berbelanja konsumtif. Ini karena Anda sudah memiliki beberapa kesadaran finansial seperti berikut:

  • Tidak semua ajakan teman menghabiskan banyak uang untuk tujuan konsumtif harus selalu Anda terima.
  • Jangan terjebak bahwa perilaku konsumtif termasuk bagian dari self care atau self reward.
  • Dengan berkata jujur, Anda sudah menghargai uang yang dimiliki. Ini karena Anda tidak menggunakan uang tersebut untuk hal yang sia-sia hanya untuk memenuhi gaya hidup.

👉 Anda juga dapat menggunakan metode lain seperti Zero Based Budgeting (ZBB), pelajari selengkapnya dalam: Apa itu Zero Based Budgeting (ZBB), Strategi Atur Keuangan Anda!

👉 Orang dengan kekayaan yang luar biasa juga membutuhkan pengelolaan keuangan yang baik, pelajari: Wealth Management ala Orang Kaya: Strategi Praktis untuk Pemula

Pertanyaan yang sering diajukan (FAQ)

Iklan
Artikel terkait