Harry Browne: Strategi Investasi Portofolio Permanen

Pernahkah Anda berpikir untuk bisa tetap tenang apapun yang terjadi saat memiliki portofolio saham? Seperti yang dilakukan oleh Harry Browne, dalam keadaan apa pun? Atau sesuatu yang memberikan Anda ambang batas keuntungan namun tetap meprioritaskan konservatisme keuangan, terlebih pada keadaan inflasi saat ini guna melindungi kekayaan yang telah Anda peroleh selamat bertahun-tahun?

Strategi investasi Harry Browne

Pada artikel ini kami akan membahas strategi dari Harry Browne yaitu portofolio permanen. Yuk, simak artikel ini untuk tahu lebih banyak tentang portofolio permanan!

Strategi Investasi Harry Browne: Siapa Harry Browne?

Harry Browne merupakan seorang tokoh yang unik dalam dunia keuangan dan banyak orang mengenalnya berkat visinya pada strategi investasi dan keuangan.

Lahir tahun 1933, Harry Browne menunjukkan pemahaman yang mendalam berkaitan dengan pasar dan perekonomian sejak muda. Padahal Browne tidak memiliki latar belakang pendidikan formal dalam bidang keuangan.

Browne menjadi dikenal banyak orang setelah meramalkan akhir dari standar emas pada tahun 1960-an (sebuah pandang yang memiliki stigma radikal dan anti kemapanan pada saat itu). Standar emas adalah sistem moneter saat nilai Dolar AS berkaitan langsung dengan emas. Ramalan tersebut menjadi kenyataan ketika pada tahun 1971 Presiden Richard Nixon memberhentikan konvertabilitas Dolar ke emas.

Dengan terjadinya peristiwa itu, ia tidak hanya berhasil membuktikan perubahan besar pada kebijakan moneter namun berhasil memanfaatkannya. Browne memahami bahwa berakhirnya standar emas, timbul ketidakpuasan para politisi untuk mencetak uang serta “menginflasikan” mata uang demi membayar kesalahan mereka. Hal tersebut menjadi fakta yang mengakibatkan terjadinya inflasi sepanjang dekade, sehingga harga emas mengalami peningkatan.

Pada gambar di bawah, kita dapat mengetahui bahwa Browne tidak salah. Perhatikan pada tingkat inflasi di Amerika Serikat sepanjang dekade 70-an, terjadi dua kali inflase yang tingkatnya lebih dari 10%.

Tingkat inflasi amerika di tahun 70-an

Browne sebenarnya melakukan hal yang cukup sederhana, yaitu berinvestasi pada emas sebelum Nixon membuat pengumuman. Hasilnya, ia mendapatkan kuntungan yang cukup besar ketika harga emas mengalami lonjakan.

Sebagai tambahan, ia pernah menjadi kadidat presiden dari Partai Libertarian (terbesar ketiga di AS) pada dua kali pemilihan, tahun 1996 dan 2000.

Terlepas dari keberhasilannya memprediksi dan memanfaatkan peristiwa ekonomi, Browne menjadi terkenal berkat memiliki pendekatan yang konservatif dan protektif terhadap investasi. Ia memiliki folosofi investasi yang berfokus pada perlindungan kekayaan daripada mencari keuntungan yang besar. Baginya, investasi bukan tentang menjadi kaya dengan cepat, namun menjaga kekayaan dalam jangka panjang dan mampu menghadapi segala kesulitan ekonomi.

Filosofi ini tercermin dalam strategi portofolio permanen yang ia ciptakan. Mari kita lihat dengan lebih jelas.

👉 Strategi Trading Terbaik: Cara Menjadi Trader Profesional Dari Awal

👉 Model Markowitz: Konsep dan Implementasinya dalam Teori Portofolio dan Batas Efisiensi

Strategi Investasi Harry Browne: Apa itu portofolio permanen?

Portofolio Permanen merupakan strategi investasi yang Browne ciptakan dengan tujaun memberikan pertumbuhan modal dan perlindungan terhadap berbagai siklus ekonomi. Hal ini atas gagasan dasarnya yang mencari portofolio seimbang guna mengurangi risiko dan volatilitas. Caranya dengan diversifikasi adalah investasi pada berbagai jenis aset yang memiliki kinerja berbeda dalam berbagai kondisi ekonomi.

Bagaimana cara kerja strategi portofolio permanen?

Portofolio Permanen terbagi merata ke dalam empat kategori aset, yaitu:

Sehingga, dari empat kategori aset tersebut, investor masing-masing memiliki bagian 25% dari seluruh portofolio. Hal tersebut saling melengkapi satu sama lain sehingga membuat portofolio menjadi seimbang dan dapat mengahadapi berbagai keadaan ekonomi.

Tujuan utama dari strategi ini adalah memberikan jaminan ketika sebagian portofolio sedang berkembang, kita tidak terlalu terdampak pada siklus ekonomi yang sedang berlangsung (kesejahteraan, inflasi, deflasi, atau resesi). Browne berharap dengan strategi ini, para investor semacam mendapatkan polus asuransi yang melindungi kekayaan mereka terhadap ketidakpastian keadaan ekonomi.

Tahapan siklus ekonomi menurut Browne

Ada empat tahapan siklus ekonomi menurut Browne. Sehingga, berinvestasi pada keempat jenis aset tersebut memungkinkan kita untuk menyeimbangkan portofolio pada berbagai skenario. Berikut keempat tahapan siklus ekonomi:

Skenario 1: Kesejahteraan

Pada skenarion ini keadaan ekonomi sedang berkembang. Suku bunga yang rendah hingga mencapai nol dan angka pengangguran yang rendah. Namun, akan terjadi banyak gelembung yang menjadi saat yang tepat untuk memanfaatkan peluang.

Anda sebaiknya berfokus pada investasi bursa saham yang memberikan keuntungan berlimpah. Selain itu, obligasi juga dapat memberikan imbal hasil yang baik.

Selain itu, emas atau yang paling utama uang tunai dalam likuiditas, akan menjadi aset yang dapat menyeimbangkan portofolio Anda.

Skenario 2: Inflasi

Ketika terjadi gelembung, cepat atau lambat akan terjadi inflasi. Jangan takut, karena pada skenario ini emas dapat menjadi penyelamat bagi Anda.

Berinvestasi emas pada skenario ini bukanlah hal yang sia-sia. Pada saat inflasi tinggi global (terlihat dari kebijakan The Fed) terjadi sekitar baru-baru ini, harga meas mencetak rekor baru. Per Mei 2024 emas spot sempat menyentuh US$ 2.449,78 per troy ons atau dalam rumpiah Rp 40.15 juta. Jauh lebih tinggi dari harga pada April-Mei 2021 yang saat itu telah mengalami kenaikan lebih dari 20% dan bisa mencapai Rp 26 juta per ons.

Harga emas per ons dalam Dolar AS

Uang tunai dalam likuiditas akan berkurang dan menyeimbangkan portofolio Anda dalam situasi inflasi ini. Sementara pada saham, apabila terjadi perkiraan kenaikan suku bunga dalam jangka pendek, dapat berdampak buruk.

Skenario 3: Kelangkaan uang tunai

Pada skenario ini bank sentral akan mulai menaikkan suku bunga, kredit akan semakin jarang, dan aktivitas ekonomi akan melambat. Hal tersebut bisa mengakibatkan terjadinya resesi ketika terjadi penurunan secara tiba-tiba.

Likuiditas akan menjadi pilihan tepat ketika terjadi kelangkaan uang serta ancaman resesi. Hal tersebut membuat Anda tetap waspada jika terjadi crash dan memungkinkan Anda untuk membeli emas atau saham dengan harga yang sangat rendah.

Pilihan lain yang dapat Anda lakukan adalah membeli aset yang sangat likuid seperti obligasi pemerintah atau deposito bank (memperoleh keuntungan dari kenaika suku bunga bank sentral).

Skenario 4: Deflasi

Menurunnya tingkat konsumsi akibat resesi dapat mengakibatkan terjadinya deflasi. Dalam keadaan ini, bank sentral akan menurunkan suku bunga untuk merangsang aktivitas ekonomi, namun hanya dalam jangka waktu pendek.

Obligasi jangka menengah pada pasar sekunder menjadi pilihan tepat ketika terjadi deflasi. Apabila suku bunga mengalami penurunan hingga menjadi nol, imbal hasil pada obligasi yang baru diterbitkan akan lebih rendah. Hal tersebut membuat harga obligasi pada pasar sekunder akan mengalami kenaikan dan memungkinkan Anda untuk menjualnya dengan harga yang lebih tinggi.

Potensi keuntungan strategi investasi Harry Browne

Mungkin Anda masih ragu terhadap kemampuan strategi yang sangat konservatif ini dalam menghasilkan keuntungan. Faktanya, strategi ini telah menghasilkan keuntungan dalam jumlah yang banyak.

Strategi ini berpegang teguh pada hal yang mendasarinya, yaitu cenderung pada manajemen aset dari pada mencari keuntungan. Harry Browne telah menetapkan target imbal hasil sebesar 4%-5% setelah strategi ini dapat menghadapi inflasi.

Faktanya, berdasarkan penelitian dari Icaria Capital, portofolio permanen memiliki CAGR (Compound Annual Growth Rate) atau bisa kita sebut tingkat rata-rata pertumbuhan investasi per tahun, sebesar 7%-9% pada tahun 1972 hingga 2022. Untuk strategi keuangan yang sangat konservatif, hasil yang diperoleh merupakan hasil yang tidak buruk sama sekali. Bisa kita bandingkan, pada periode yang sama, Warren Buffet (salah satu investor terbaik) memiliki rerata imbal hasil sebesar 20% dengan mengambil risiko yang lebih besar.

Namun, tabel ini memiliki trik karena dibuat berdasarkan portofolio yang dikelola dalam dolar, tanpa risiko perubahan mata uang.

Bagaimana cara mempraktekan strategi investasi Portofolio Permanen?

Hanya dengan menggabungkan 4 jenis aset yang telah disebutkan di atas, Anda dapat menerapkannya untuk diri Anda sendiri. Kami akan memberikan contoh menggunakan aset di Indonesia

Likuiditas

Untuk melakukan pendekatan investasi yang bersifat konservatif, Anda hanya perlu berinvetasi ke dalam beberapa aset, yaitu:

  • Deposito bank dengan bunga yang tinggi, sekitar 2% hingga 3%
  • Surat Berharga Negara (SBN)
  • Obligasi perusahaan maupun pemerintah. Sebaiknya obligasi tersebut memiliki kualitas kredit yang tinggi dalam jangka pendek

Pendapatan Tetap

Obligasi pemerintah menjadi salah satu pilihan dengan jangka waktu yang panjang. Sebagai contoh, obligasi yang dikeluarkan oleh negara-negara dengan kualitas kredit yang tinggi dalam jangka waktu 10 tahun.

Anda harus ingat, bahwa ada pilihan lain yang dapat diambil, yaitu berinvestasi pada ETF atau reksa dana pendapatan tetap pada jenis aset ini apabila Anda merasa lebih nyaman.

Pasar Uang

Pada jenis aset, terdapat dua pilihan, yaitu:

  • Melakukan pemilihan saham pada perusahaan dengan kinerja baik pada beberapa tahun terakhir. Anda dapat membeli saham luar negeri seperti Nestlé, Apple, Amazon, dan lain-lain. Bisa juga dengan saham-saham konstituen indeks IDX30, LQ45 atau HighDividen20. Tidak hanya mendapatkan keuntungan sepanjang tahun, namun Anda juga dapat memperoleh keuntungan jangka pendek dengan dividen, karena pertumbuhan yang bertahap namun dengan mantap.
  • Berinvestasi reksa dana pasar uang yang bernilai tinggi.

Emas

Berikut adalah pilihan yang paling nyaman untuk berinvestasi emas:

  • Cara yang paling konservatif adalah membeli emas batangan atau koin dan menyimpannya di rumah, brankas, atau bank.
  • Jika pilihan pertama tidak sesuai, Anda dapat berinvestasi dalam ETC yang didukung oleh emas fisik karena bersifat lebih likuid.

Sekali lagi, bagian pada setiap aset harus 25%. Namun, apabila Anda ingin memberikan sebagian tambahan pada portofolio, Anda dapat memberikan bagian lebih banyak pada aset yang memiliki kinerja yang lebih baik. Hal tersebut tergantung pada siklus ekonomi yang terjadi.

Sebagai contoh, saat terjadi skenario 3, yaitu kelangkaan uang. Anda dapat menyeimbangkan portofolio Anda dengan mengalokasikan 35% investasi pada deposito dan mengurangi investasi pada saham sehingga menjadi 15%.

Contoh menerapkan strategi Harry Browne pada Reksa Dana

Dan karena telah ada beberapa contoh menerapkan strategi Harry Browne pada beberapa saham, kali ini kami akan memberikan contoh dengan beberapa reksa dana:

Reksa DanaJenisISINKeuntungan 10 Tahun
BRI Melati Pendapatan UtamaPendapatan TetapIDN00014050692,21%
Syailendra Fixed Income FundPendapatan TetapIDN00012760289,83%
Mega Dana KasPasar UangIDN00049680980,91%
Maybank Dana Pasar UangPasar UangIDN00011940173,14%
Sumber: Bareksa

Sebagai kesimpulan, portofolio permanen adalah strategi yang berdasarkan pada strategi investasi yang konservatif. Strategi ini bertujuan agar Anda dapat menyesuaikan investasi yang Anda miliki dalam berbagai jenis situasi ekonomi.

Pertanyaan yang sering diajukan (FAQ)

Apakah strategi Portofolio Permanen baik untuk dilakukan?

Secara historis, kinerja dari portofolio permanen menunjukkan hasil yang baik. Terbukti dengan rata-rata keuntungan yang diperoleh sebanyak 7% hingga 9% dalam beberapa dekade. Keuntungan lain dari portofolio permanen adalah dapat meminimalisir risiko kerugian ketika pasar sedang lemah sehingga bermanfaat bagi investor tertentu.

Kapan saya harus melakukan alokasi kembali pada portofolio permanen?

Walaupun disarankan untuk mebagi investasi dalam bagian yang sama yaitu 25% pada empat jenis aset, Anda tentunya dapat mengubah alokasi investasi. Hal tersebut dapat Anda lakukan dengan melihat skenario yang sedang terjadi (kesejahteraan, inflasi, resesi, atau deflasi). Dengan begitu, Anda dapat melakukan penyeimbangan portofolio.

Artikel Terkait