Aksi Demo & IHSG Anjlok: Apa Kaitannya?

Peristiwa IHSG anjlok yang terjadi sejak 29 Agustus 2025 bertepatan dengan gelombang aksi demo mahasiswa (demo DPR) yang terjadi di berbagai kota. Kondisi politik yang memanas ini membuat investor cemas dan memilih menahan diri atau bahkan menjual sahamnya. Sehingga, IHSG mengalami pelemahan cukup tajam dan Rupiah juga ikut tertekan terhadap Dolar AS.

Apakah gejolak karena demo DPR ini hanya bersifat jangka pendek atau justru menjadi sinyal risiko politik yang lebih serius bagi pasar?

Demo Tuntutan Rakyat ke DPR dan Pemerintah membuat IHSG Anjlok

Bagi investor asing, hal ini memiliki makna sederhana, yaitu ketidakpastian yang membuat arus modal asing keluar (net sell), sementara permintaan terhadap Dolar meningkat sehingga Rupiah melemah. Saham-saham dengan risiko tinggi biasanya menjadi yang paling terpukul, sedangkan sektor defensif relatif lebih aman.

Dalam artikel ini, kami akan mengajak Anda untuk mencermati situasi yang terjadi karena aksi demo mahasiswa dan masyarakat karena gaji DPR yang fantastis. Sehingga, Anda dapat menilai sendiri apakah momen ini menjadi peluang beli dengan harga murah atau justru menjadi risiko yang harus Anda hindari. Yuk, simak untuk tahu lebih jelas!

👉 Awal tahun 2025, IHSG juga mengalami penurunan sehingga BEI melakukan Trading Halt

Apa Penyebab Demo yang Berlangsung Sejak 29 Agustus 2025?

Gelombang aksi demo mahasiswa dan masyarakat sipil ini tidak muncul secara tiba-tiba. Masyarakat telah lama merasa terbebani oleh ketidakadilan ekonomi dan kebijakan pemerintah yang dianggap tidak berpihak ke rakyat kecil. Puncaknya, saat isu kenaikan tunjangan DPR mencuat bersamaan dengan kondisi ekonomi yang semakin melemah.

Hal tersebut menyebabkan demonstrasi besar-besaran pecah dan meluas ke berbagai daerah. Berikut beberapa faktor utama yang memicu gelombang demo mahasiswa dan masyarakat sejak akhir Agustus 2025:

Sumber: IG @bbcindonesia
  • Tunjangan DPR yang terlalu tinggi: Kenaikan gaji dan tunjangan anggota DPR menjadi sorotan utama. Nilai jauh melebihi upah minimum rata-rata nasional (mencapai lebih dari Rp 100 juta), sehingga menimbulkan kecaman luas dari masyarakat. Kontrasnya, saat rakyat menghadapi tekanan ekonomi, para pejabat legislatif menerima fasilitas yang sangat besar.
  • PHK massal dan lapangan kerja yang mandek: Sejak awal tahun, terjadi gelombang pemutusan hubungan kerja di berbagai sektor. Janji pemerintah untuk menciptakan 19 juta lapangan kerja baru melalui program-program unggulan tidak berjalan sesuai target. Hal tersebut menambah rasa frustasi, terutama bagi kalangan buruh dan angkatan kerja muda.
  • Kematian Affan Kurniawan: Tragedi pelindasan oleh Brimob yang membunuh Affan, seorang pengemudi ojek online yang sedang mengantar makanan saat terjadi demonstrasi, semakin memicu gelombang kemarahan publik. Kejadian ini, menjadi simbol ketidakpuasan masyarakat terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan cara pemerintah merespons aspirasi rakyat.

Rangkaian faktor di atas menunjukkan bahwa demonstrasi yang pecah bukan sekadar reaksi spontan, melainkan akumulasi kekecewaan publik terhadap kebijakan pemerintah dan kondisi ekonomi yang memburuk. Kombinasi ketiga isu tersebut memperkuat alasan masyarakat untuk turun ke jalan dan menekan stabilitas sosial maupun pasar.

👉 Data Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 5 Tahun Terakhir & Proyeksi 2025!

Tuntutan Masyarakat Selama Demo

Selama masa demonstrasi ini, rakyat memiliki beberapa tuntutan yang harus segera dilaksanakan dalam waktu 1 minggu. Berikut beberapa hal dari apa yang dituntut demo mahasiswa hari ini, melansir akun instagram milik Jerome Polin dan Malaka Project:

1. Bekukan Kenaikan Gaji DPR

Ini termasuk kenaikan tunjangan fasilitas dan pensiun seumur hidup bagi para anggota DPR. Kemudian, rakyat juga menuntut DPR untuk mempublikasikan transparansi anggaran (gaji DPR, tunjangan, rumah, serta fasilitas). Selain itu, rakyat juga menuntut Badan Kehormatan DPR untuk memeriksa anggota yang bermasalah (ini termasuk penyelidikan melalui KPK).

2. Tarik TNI dari Pengamanan Sipil

Tuntutan ini menyebutkan bahwa TNI harus segera kembali ke barak dan menghentikan keterlibatan dalam pengamanan sipil. Selanjutnya, rakyat juga menuntut penegakan disiplin internal TNK sehingga tidak mengambil alih fungsi Polri. Kemudian, TNI diminta untuk menjaga komitmen untuk tidak memasuki ruang sipil selama krisis demokrasi.

3. Bentuk Tim Investigasi Independen

Tim investigasi harus mengusut tuntas kasus kematian Affan, Umar Amarudin, serta semua korban kekerasan aparat saat terjadi aksi demo mahasiswa. Proses investigasi ini juga harus berjalan dengan transparan.

4. Jamin Kebebasan Menyampaikan Pendapat

Masyarakat berhadap bisa menyampaikan aspirasinya tanpa ada rasa takut karena ada tekanan. Hak ini penting agar suara rakyat tetap terdengar dalam proses pembentukan kebijakan, sehingga pemerintah bisa menyeimbangkan kepentingan publik dan negara. Jika kebebasan berpendapat dibatasi, kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah akan menurun dan potensi konflik sosial semakin besar.

5. Pastikan Upah Layak untuk Pekerja di Seluruh Indonesia

Pekerja harus menerima gaji yang sesuai dengan kebutuhan hidup layak, bukan sekedar untuk menutupi biaya dasar. Kemudian, pemerintah melalui kementrian ekonomi harus mengambil langkah darurat untuk mencegah PHK massal dan melindungi buruh kontrak.

6. Reformasi Politik yang Nyata

Hal ini berarti ada perubahan sistem yang memastikan penyusunan kebijakan pemerintah ditujukan untuk kepentingan masyarakat luas, bukan hanya kelompok elit. Transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi publik harus menjadi prinsip utama dalam setiap proses pengambilan keputusan. Dengan demikian, kepercayaan rakyat terhadap lembaga negara dapat pulih dan arah pembangunan berjalan lebih adil serta berkelanjutan.

Keseluruhan tuntunan masyarakat ini mencerminkan keinginan kuat untuk memperbaiki arah kebijakan negara agar lebih adil, transparan, dan berpihak pada rakyat. Jika pemerintah mampu merespons secara bijak, stabilitas sosial dan kepercayaan publik dapat kembali terbangun. Namun, apabila pemerintah mengabaikan tuntutan tersebut, risiko ketidakpastian politik dan tekanan pasar bisa terus berlanjut.

IHSG Anjlok pada Penutupan Jumat, 29 Agustus 2025

Pada penutupan pasar hari Jumat 29 Agustus 2025, IHSG anjlok sebesar 1,53% ke level 7.830,40. Bahkan pada hari itu, IHSG sempat mengalami penurunan sebesar 2,35% ke level 7.765,596. Penurunan terjadi saat ada aksi demo mahasiswa.

Di sisi arus modal, investor asing mencatat net outflow sebesar Rp 1,12 triliun atau sebesar US$ 68,24 juta. Sehingga total akumulasi outflow asing sejak tahun 2025 menjadi Rp 50, 949 triliun atau US$ 3,095 miliar.

IHSG mengalami penurunan signifikan akibat outflow asing yang besar.
Data Pergerakan IHSG Jumat, 29 Agustus 2025 | Sumber: IDX

IHSG hari ini (1 September 2025) juga mengalami penurunan 1,21% dari level sebelumnya (29 Agustus 2025). Meskipun penurunannya tidak sebesar hari Jumat kemarin, net outflow asing mengalami peningkatan hampir dua kali lipat, yaitu sebesar Rp 2,15 triliun atau US$ 130,89 juta.

Di sisi lain, Rupiah juga melemah sekitar 1% menjadi Rp 16.475 per 29 Agustus 2025, mencapai level terendah sejak 1 Agustus 2025. Ini terjadi karena penjualan rupiah besar-besaran oleh investor asing. Kondisi ini juga menyebabkan nilai tukar non-deliverable forward (NDF) dolar/rupiah ikut naik. Kondisi ini menandakan ekspektasi penurunan rupiah lebih lanjut.

Oleh karena itu, melansir Reuters, Bank Indonesia (BI) melakukan intervensi aktif di pasar valuta asing (spot maupun non-derivable forward) untuk meredam tekanan pada Rupiah.

Kemudian, BI juga melanjutkan pembelian obligasi pemerintah di pasar sekunder. Hal ini bertujuan untuk menambah likuiditas, menjaga stabilitas pasar keuangan, dan menahan volatilitas yang meningkat.

Dengan melihat data tersebut, jelas bahwa gejolak politik berdampak nyata pada pasar keuangan Indonesia. Tekanan jual asing yang cukup besar, pelemahan Rupiah, serta IHSG hari ini turun menunjukkan rapuhnya sentimen investor di tengah ketidakpastian.

Namun, langkah cepat BI melalui intervensi valas dan pembelian obligasi pemerintah menjadi sinyal kuat bahwa otoritas siap menjaga stabilitas. Sehingga, volatilitas tidak berkembang menjadi krisis yang lebih dalam.

👉 Cara Beli Obligasi Pemerintah: ORI, SBR,ST & Obligasi FR!

Apa yang Terjadi Apabila Investor Asing Terus Menarik Modalnya dari Pasar Saham?

Jika investor asing terus menarik modal keluar dari pasar saham Indonesia, dampaknya bisa sangat signifikan bagi pasar keuangan dan ekonomi.

Investor asing berkontribusi sekitar 30-40% dari total transaksi harian di BEI. Jika mereka terus menjual sahamnya, tekanan jual akan besar sehingga IHSG turun. Hal ini bisa menular secara psikologis ke investor domestik yang ikut panik karena melihat harga saham IHSG hari ini anjlok. Contohnya, ketika The Fed mengumumkan pengurangan stimulus pada saat Taper Tantrum 2013, investor asing melakukan net sell Rp 40 triliun sehingga IHSG anjlok sekitar 20%.

Namun kabar baiknya, sebenarnya sejak awal tahun investor asing telah mencatatkan net foreign sell hingga Rp 53 triliun. Namun IHSG tercatat tetap naik 9,27% sejak awal 2025. Menunjukkan saat ini IHSG lebih banyak didominasi investor dalam negeri yang masih percaya pada kondisi fundamental Indonesia.

Sumber: IDX

Selanjutnya, ketika asing menjual saham atau obligasi, mereka membawa pulang hasil penjualan tersebut dalam bentuk Dolar AS. Permintaan Dolar yang tinggi secara otomatis membuat Rupiah melemah. Jika Rupiah terus melemah, harga impor (misalnya BBM atau elektronik) akan lebih mahal dan menambah tekanan inflasi.

Kemudian, banyak pihak asing yang memegang SBN. Melansir VOI, BI menunjukan kepemilikan asing di SBN mencapai 14,64% per 19 Agustus 2025. Jika mereka melepas obligasi, harganya akan turun dan otomatis yield (imbal hasil) obligasi otomatis naik. Hal tersebut menyebabkan pemerintah harus menawarkan bunga yang lebih tinggi setiap kali menerbitkan obligasi baru untuk menarik pembeli.

Artinya, biaya utang negara meningkat dan beban bunga dalam APBN juga semakin berat.

Jika tekanan jual asing terus berlangsung, pasar modal Indonesia akan menghadapi risiko-risiko tersebut. Namun, bagi investor yang sabar, kondisi seperti ini juga bisa menjadi peluang untuk masuk di harga yang lebih murah.

Dampak Langsung ke Perekonomian

Dampak dari banyaknya investor asing yang menarik modalnya tidak hanya terjadi pasar modal, namun hal tersebut juga langsung menekan perekonomian sehari-hari. Berikut penjelasannya:

1. Harga Barang Naik (Inflasi Impor)

Ketika Rupiah melemah, barang impor menjadi lebih mahal. Sehingga harga BBM, pangan, elektronik, hingga bahan baku industri bisa mengalami kenaikan harga. Kondisi memicu inflasi impor yang menyebabkan biaya hidup masyarakat Indonesia semakin tinggi.

2. Daya Beli Masyarakat Tertekan

Kenaikan harga barang paling terasa oleh kelompok menengah ke bawah. Ini karena pendapatan mereka cenderung stagnan, sementara biaya kebutuhan pokok terus naik. Akibatnya, daya beli masyarakat melemah dan konsumsi rumah tangga ikut turun.

3. Kenaikan Suku Bunga BI

Untuk menahan Rupiah yang semakin melemah, biasanya Bank Indonesia akan merespons dengan menaikkan suku bunga acuan. Hal ini membuat aset Rupiah lebih menarik bagi investor asing. Namun, hal tersebut juga akan menambah beban dunia usaha dan rumah tangga.

👉 Suku Bunga BI Rate Agustus 2025 Turun 25 bps jadi 5%

4. Kredit Jadi Mahal, Ekonomi Riil Melambat

Dengan naiknya BI Rate, bunga kredit bank juga akan ikut naik. Sehingga, akan berdampak pada pinjaman konsumsi (seperti KPR atau kredit kendaraan) maupun pinjaman usaha yang menjadi semakin mahal. Kemudian, ekonomi riil juga akan ikut melambat karena masyarakat menunda konsumsi besar dan perusahaan menunda ekspansi.

5. Risiko PHK dan Lapangan Kerja Tertekan

Ketidakpastian membuat investor menunda ekspansi, sehingga lapangan kerja baru yang seharusnya tercipta menjadi terhambat. Perusahaan yang bergantung pada impor juga menghadapi kenaikan biaya produksi. Supaya perusahaan bisa bertahan dalam kondisi ini, mereka biasanya melakukan efisiensi melalui PHK yang pada akhirnya memperburuk kondisi ketenagakerjaan.

Apa yang Perlu Dilakukan Investor ketika IHSG Anjlok?

Dalam kondisi pasar yang bergejolak, ada beberapa hal penting yang dapat investor lakukan untuk menjaga portofolionya. Berikut daftar beberapa hal yang dapat investor lakukan agar tetap bisa berinvestasi dengan tenang:

  • Jaga likuiditas: Pastikan dana darurat tersedia dalam bentuk likuid (tabungan atau deposito jangka pendek). Ini penting karena Anda tidak perlu menjual aset saat harganya turun saat ada kebutuhan mendesak.
  • Lakukan diversifikasi: Sebar investasi Anda dalam berbagai instrumen (saham, obligasi, reksa dana pasar uang, emas, hingga deposito). Hal tersebut membantu Anda mengurangi kerugian ketika saham IHSG anjlok karena tidak semua aset bergerak searah.
  • Fokus pada fundamental: Bedakan penurunan harga karena sentimen jangka pendek dengan penurunan kinerja perusahaan. Biasanya ketika outflow asing besar, saham big caps yang paling terpukul. Jika fundamental perusahaan bagus, hal ini justru menjadi peluang untuk akumulasi di harga lebih murah.
  • Terapkan strategi DCA: Dengan membeli secara rutin dalam jumlah yang sama, Anda tidak perlu kebingungan menebak timing terbaik. Strategi ini membantu merata-rata harga beli dan mengurangi risiko volatlitas.
  • Waspadai sektor sensitif: Sektor yang berbasis impor (otomotif, farmasi, dan teknologi) rawan tertekan ketika Rupiah melemah. Biaya produksi bisa melonjak dan margin tertekan. Sebaliknya, sektor berbasis komoditas atau ekspor bisa lebih diuntungkan.
  • Kendalikan psikologis Anda: Pasar saham memang selalu penuh gejolak, namun secara historis pasar selalu dapat pulih kembali. Misalnya krisis yang terjadi tahun 1998, 2008, 2013 (Taper Tantrum), hingga pandemi 2020 menunjukkan bahwa setelah penurunan tajam, IHSG mampu bangkit lagi. Investor yang sabar dan disiplin biasanya bisa memetik hasil jangka panjang.

👉 Strategi DCA juga dapat Anda lakukan pada aset kripto, baca selengkapnya: Apa itu DCA Crypto & Bagaimana Caranya?

Kunci menghadapi gejolak pasar saham IHSG anjlok adalah tetap disiplin dan rasional. Sehingga, investor dapat bertahan dari tekanan jual dari asing yang membuat IHSG dan Rupiah terus melemah. Sejarah membuktikan bahwa pasar Indonesia selalu mampu bangkit dari krisis, yang terpenting adalah konsistensi strategi dan kesabaran untuk menuai hasil jangka panjang.

Pertanyaan yang sering diajukan (FAQ)

Mengapa aksi demo mahasiswa 29 Agustus -1 September 2025 bisa membuat IHSG anjlok?

Demo menimbulkan ketidakpastian politik. Hal tersebut langsung memengaruhi sentimen pasar keuangan di Indonesia. Sehingga, kebanyakan investor asing akan cenderung mengurangi risiko dengan melakukan aksi jual saham. Oleh karena kontribusi investor asing sebesar 30-40% dari transaksi harian, aksi jual tersebut membuat IHGS anjlok secara signifikan.

Bagaimana dampak demo DPR dan IHSG turun terhadap investor ritel?

Investor ritel cenderung panik ketika melihat IHSG turun tajam, apabila ketika aksi demo mahasiswa besar-besar terus muncul. Harga saham big caps bisa anjlok meskipun fundamental perusahaan masih kuat. Namun, bagi investor jangka panjang, kondisi ini bisa menjadi peluang akumulasi di harga yang lebih murah.

Apa tuntutan utama rakyat dalam demo DPR yang terjadi sejak 29 Agustus 2025?

Masyarakat menuntut pembatalan kenaikan gaji dan fasilitas DPR yang dinilai berlebihan jika melihat kondisi ekonomi rakyat. Selain itu, mereka juga menekan pemerintah agar ada transparansi anggaran, penarikan TNI dari pengamanan sipil, serta mendorong Badang Kehormatan DPR untuk lebih independen.

Artikel Terkait