logo RankiaIndonesia

Prediksi Harga Emas 2030, Bisa Capai US$ 6.000?

Prediksi harga emas capai US$ 6.000 di 2030

Prediksi harga emas di tahun 2030 terus menjadi perbincangan hangat.

Beberapa minggu terakhir, pasar keuangan global seolah tidak memberi kita jeda. Baik itu indeks S&P 500, Bitcoin yang kembali mendekati rekor US$ 124 ribu meskipun harganya jatuh lagi, sektor properti, maupun emas, semuanya bergerak dinamis.

Namun, ada satu hal yang mulai menjadi pola yang umum. Selama perekonomian global masih beada dalam fase inflasi (serta melihat hasil pertemuan The Fed), tampaknya bank sentral mulai mengalihkan fokusnya. Mereka tidak lagi sepenuhnya menekan inflasi ke angka ideal, melainkan menjaga agar perekonomian tetap tumbuh di tengah tekanan harga.

Dalam situasi seperti ini, aset nyata (real asset) kembali menjadi primadona. Bukan lagi uang fiat (karena nilainya terus tergerus inflasi), namun instrumen seperti emas, properti, dan komoditas yang mampu menjaga nilai riil kekayaan investor.

Menariknya, harga emas telah naik lebih dari 100% dalam dua tahun terakhir, hal yang jarang terjadi dalam sejarah modern. Lalu, bagaimana prediksi harga emas ke depan? Berapa harga emas di tahun 2030?

Oleh karena itu, melalui dalam artikel ini kami akan menjawab pertanyaan tersebut. Kemudian, kami akan membahas bagaimana tren makroekonomi global, kebijakan moneter, dan perubahan perilaku investor dapat memengaruhi arah harga emas dalam jangka panjang.

Simak artikel ini untuk tahu lebih jelas!

Berapa Prediksi Harga Emas dalam Beberapa Waktu ke Depan?

Sepanjang tahun ini, harga emas telah melonjak sekitar 55,38%, mendekati level US$ 4.100 per ons. Meskipun beberapa harga emas mengalami koreksi, hal tersebut wajar terjadi sebelum melanjutkan tren kenaikannya.

Prediksi harga emas
Kenaikan Harga Emas YTD | Sumber: TradingView

Menurut Gustavo, tren ini belum berakhir. Dalam pemaparannya di Rankia Markets Experience, iya menyampaikan bahwa:

"Ada alasan kuat mengapa harga emas berpotensi mencapai US$ 5.000 hingga US$ 6.000 per ons dalam lima tahun ke depan."

Lebih jauh lagi, ia menjelaskan bahwa emas dan Bitcoin akan menjadi dua aset paling menonjol dalam dekade ini. Keduanya dinilai mampu mempertahankan daya beli di tengah ketidakpastian ekonomi global dan kebijakan moneter yang longgar. Kami punya artikel menarik yang khusus membahas keduanya Emas vs Bitcoin: Mana yang Cocok untuk Investasi Jangka Panjang?

Pandangan ini memperkuat persepsi bahwa emas bukan hanya aset lindung nilai tradisional. Namun, emas juga menjadi instrumen strategis yang berpotensi memberikan keuntungan besar dalam siklus ekonomi selanjutnya.

👉 Cuan dari Emas, Ini 5 Aplikasi Investasi Emas Digital Terpercaya

Penyebab Prediksi Harga Emas Terus Meningkat

Berikut beberapa alasan yang membuat prediksi harga Emas terus meningkat

Peran BRICS dan Strategi "Anti-Dolar"

Sejak awal dekade ini, AS tampak nyaman dengan kebijakan ekonomi yang mereka buat. Sehingga, bisa mengimpor segala kebutuhan dengan mudah, sementara di sisi lain "mengekspor" inflasi ke seluruh dunia.

Saat jumlah uang beredar (money supply) di AS mendekati 21 triliun Dolar, The Fed terpaksa menaikkan suku bunga untuk menahan inflasi yang mereka ciptakan sendiri. Oleh karena itu, kebijakan ini secara tidak langsung membuat Dolar AS sangat kuat jika kita bandingkan dengan mata uang lain.

Penguatan Dolar tersebut menekan nilai tukar berbagai mata uang global. Salah satu contoh yang paling nyata adalah fenomena carry trade di Jepang. Banyak investor internasional beralih ke dolar karena menawarkan imbal hasil yang lebih menarik dan lebih aman.

Kemudian, beberapa negara yang tidak ingin terombang-ambing oleh kekuatan Dolar mulai mencari alternatif. Maka lahirlah kelompok BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) yang berupaya menciptakan sistem keuangan baru yang tidak tergantung dengan AS.

Salah satu langkah penting mereka adalah menggunakan Yuan China (Renminbi) sebagai alat tukar alternatif. Kemudian, mereka juga memperkuat stabilitas mata uang masing-masing dengan memperkuat cadangan emas (collateralized by gold). Ini karena dalam beberapa tahun terakhir, bank sentral Rusia, China, dan Jepang secara agresif menambah cadangan emas mereka.

Tujuannya, melindungi nilai mata uang domestik dan mengurangi ketergantungan terhadap Dolar AS.

👉 Indonesia Gabung BRICS, Apa Keuntungan dan Risikonya?

Negara Pembeli Emas Terbanyak

Berikut data negara dengan pembelian emas terbanyak hingga pertengahan 2023:

Negara20 Tahun10 Tahun5 Tahun3 TahunTotal hingga pertengahan 2023Jumlah presentasi 3 tahun terakhir terhadap total
China1.513,51.059,4270,9165,22.113,57,8%
India439,6239,6231,2136,0797,417,1%
Singapura97,997,997,997,9225,343,5%
Thailand166,491,890,290,2244,236,9%
Jepang80,880,880,880,8846,09,6%
Hongaria91,491,491,463,094,566,7%
Brasil96,162,562,462,3129,748,0%
Polandia174,2174,2174,148,4277,117,5%
Qatar92,881,066,048,193,451,5%
Mesir50,050,148,046,0125,736,6%

Jika strategi ini tidak berjalan, maka negara-negara tersebut hanya akan terus terjebak dalam lingkaran ekonomi AS (mencetak uang, memperbesar utang, dan membuat seluruh dunia menanggung dampak inflasinya). Kembalinya era Trump juga membuat dinamika ekonomi global kembali memanas. Sehingga, hal tersebut memperkuat alasan negara-negara lain untuk mempercepat transisi menuju sistem moneter yang lebih mendiri.

Nilai Intrinsik Emas

Meskipun topik ini sudah biasa kita bahas, nilai intrinsik emas tetap menjadi faktor penting dalam memahami kekuatannya sebagai aset investasi.

Pasokan emas
Ilustrasi Jumlah Emas yang Pernah Ditambang

Sepanjang sejarah peradaban manusia, sekitar 201.000 ton emas telah berhasil ditambang. Meskipun terdengar besar, jumlah ini sebenarnya tidak sebanyak yang kita bayangkan. Ini karena emas yang pernah ditambang di dunia masih bisa muat di dalam stadion tempat final Wimbledon berlangsung.

Melihat perumpamaan tersebut, ternyata pasokan emas global tidaklah sebesar yang kita kira, bukan?

Hal ini membuat rasio pasokan terhadap aliran (stock-to-flow ratio) emas menjadi salah satu yang tertinggi di antara seluruh komoditas, yaitu 67 tahun. Sehingga, membutuhkan waktu 67 tahun untuk menggandakan total stok emas yang beredar.

Bahkan, angka ini akan terus meningkat karena menambang emas baru akan menjadi semakin sulit dan mahal secara teknologi. Hingga saat ini, emas yang tersisa dan masih bisa diekstraksi dengan kemampuan teknologi yang ada hanya sekitar 50.000 ton

Dengan pasokan yang terbatas sementara kebijakan moneter cenderung longar, emas terus mempertahankan posisinya sebagai aset lindung nilai. Sejak Presiden Richard Nixon secara resmi mengakhiri sistem Bretton Woods dan memutuskan keterikatan Dolar terhadap emas (1971), harga emas nail lebih dari 114 kali. Semula harga emas US$ 35 per ons dan saat ini menjadi US$ 4.000 per ons.

Keterbatasan pasokan yang berkombinasi dengan kebijakan moneter dan ketidakpastian global, membuat emas bukan sekadar logam mulia. Namun, ini juga menjadikan emas sebagai simbol kestabilan nilai di dunia yang terus berfluktuasi.

👉 Standar Emas: Pengertian dan Alasan Mulai Ditinggalkan

Pasar Telah Menyadari "gertakan" Bank Sentral

Pasar global mulai menyadari bahwa ada hal menarik di balik semua ini. Untuk memahaminya, mari kita bahas dari dasarnya terlebih dahulu.

Emas dan Hubungannya dengan Suku Bunga Riil

Secara teori, emas tidak hanya berfungsi sebagai tempat berlindung dari inflasi, namun emas juga menjadi tempat berlindung dari suku bunga riil negatif.

Ketika suku bunga riil (suku bunga nominal dikurangi inflasi) bernilai negatif, harga emas cenderung naik. Ini karena investor ingin menjaga daya beli dari pelemahan mata uang akibat inflasi. Sebaliknya, jika suku bunga riil positif, harga emas seharusnya turun karena bank sentral menjamin kekuatan mata uang.

👉 Suku bunga Bank sentral Indonesia, BI Rate September Turun jadi 4,75%

Cara Menghitung Suku Bunga Riil

Suku Bunga Riil = US Treasury (Nominal) - Breakeven Inflation Rate (perkiraan inflasi dari The Fed)

Alternatifnya, kita juga bisa melihat langsung TIPS (Treasury Inflation-Projection Securities) yang mencerminkan harsil riil tersebut. Berikut gambar yang menunjukkan TIPS:

Suku bunga riil
Suku Bunga Riil (per 13 Oktober 2025) | Sumber: Trading Economics

Saat ini, nilai suku bunga riil berada di level 1,742%, sehingga nilainya positif. Menariknya, harga emas justru terus menanjak dan mencetak rekor tertinggi dalam setahun terakhir.

Mengapa Teori Ini Tidak Seutuhnya Berlaku?

Pasar tampaknya mulai menyadari "gertakan" dari bank sentral yang berusaha menampilkan citra kekuatan mata uangnya. Faktanya, negara-negara Barat sangat bergantung pada pertumbuhan berbasis utang untuk menjaga ekonomi tetap hidup.

Kemudian, cara yang paling mudah untuk membayar utang tersebut adalah dengan menciptakan inflasi baru. Dengan kata lain, "mengekspor" inflasi ke seluruh dunia.

Tidak heran jika Dolar AS dan Euro mendominasi lebih dari 70%-75% cadangan uang fiat global. Nilai kedua mata uang ini terus bergantung pada kepercayaan dan kebijakan moneter jangka pendek.

Dunia dalam Siklus Utang dan Inflasi

Saat ini, dunia berada dalam fase pertumbuhan ekonomi semu yang bergantung pada utang beserta gelombang inflasi berulang dalam 4 tahun terakhir. Bank sentral pernah mengatakan bahwa inflasi hanya terjadi sementara, namun faktanya inflasi transitori tersebut kini sudah memasuki tahun keempat.

Pasar akhirnya menyadari bahwa stabilitas yang bank sentral janjikan hanyalah ilusi. Ini karena sistem ekonomi global masih rapuh akibat bergantung pada pencetakan uang.

Semuanya Mengarah ke Emas dan Bitcoin

Semua akhirnya mengarah ke emas. Jika kita melihat tren global, mungkin mereka juga mengarah ke Bitcoin.

Ini karena emas dan Bitcoin menjadi aset lindung nilai paling efektif di saat inflasi tidak terkendali. Sehingga menjadi pilihan yang sesuai bagi investor yang ingin menjaga kekayaan riil mereka dalam jangka panjang.

👉 Emas vs Bitcoin: Mana yang Cocok untuk Investasi Jangka Panjang?

Cara Berinvestasi Emas

Anda dapat berinvestasi emas melalui berbagai cara seperti membeli saham emas dunia, ETF yang berbasis emas fisik, futures emas, hingga membeli emas fisik secara langsung.

Membeli saham emas dunia membuat Anda solah-olah membeli emas dengan harga 30% lebih murah. Ini karena adanya risiko geopolitik dan biaya eksplorasi serta ekstraksi yang terus meningkat. Sehingga, tercipta barrier to entry yang tinggi pada sektor ini.

Namun, ada sisi positifnya, yaitu ketika harga komoditas utama naik tajam. Lonjakan tersebut baru akan terasa oleh perusahaan produsen beberapa bulan setelahnya, saat kenaikan harga mulai tercermin dalam laporan keuangan mereka.

Contohnya dapat kita lihat pada industri minyak di tahun 2022. Harga minyak naik terlebih dahulu, kemudian saham-saham produsen minyak mengikuti reli besar beberapa bulan setelahnya.

👉 Berinvestasi Emas: Saham, ETF, Pendanaan Bersama, dan Emas Fisik

Hal yang sama juga terjadi pada saham-saham emiten emas. Jika kita lihat performanya sepanjang tahun 2025, banyak di antaranya melonjak lebih dari 100% hanya dalam waktu kurang dari satu tahun. Berikut beberapa contohnya:

Saham Perusahaan Tambang Emas Terbaik

Barrick Gold CorpGOLD+105,01%
Newmont CorporationNEM+121,89%
Agnico Eagle MinesAEM+100,49%
Franco-Nevada CorpTSE.TO+64,01%
Alamos GoldAGI+66,79%
Merdeka Copper GoldMDKA+48,59%
Archi IndonesiaARCI+408,20%
Bumi Resources MineralsBRMS+167,41%

Lima emiten emas teratas pada tabel merupakan pemain besar dalam industri tambang emas global. Selain itu Anda juga dapat membeli saham emas di Indonesia seperti MDKA, ARCI, dan BRMS. Ketiga saham emas di Indonesia tersebut memiliki kinerja yang baik di tahun ini.

Namun, berinvestasi saham tambang emas bukan satu-satunya cara untuk mendapatkan eksposur dari emas. Anda juga dapat berinvestasi dalam ETF berbasis emas fisik, reksa dana tematik logam mulia, atau membeli emas fisik secara langsung untuk investasi jangka panjang.

Bagaimana menurut Anda? Apakah prediksi harga emas tembus US$ 5.000 hingga US$ 6.000 per ons terlalu ambisius atau justru masuk akal di tengah tren makroekonomi saat ini?

Pertanyaan yang sering diajukan (FAQ)

Iklan
Artikel terkait