Bursa
Mana yang lebih cuan return S&P 500 vs Big Banks Indonesia, sempat menjadi pembicaraan hangat di kalangan para influencer keuangan Indonesia. Saham big banks Indonesia yang mereka jadikan perbandingan adalah BBCA beserta return-nya tahun 2005 hingga 2025.
Perdebatan antara perbandingan S&P 500 vs BBCA di media sosial semakin memanas karena terpicu oleh pernyataan Timothy Ronald, seorang trader kripto terkenal. Berikut pernyataannya:
"Saham BBCA dari tahun 2005 sampai sekarang hanya naik 4x lipat dalam USD. Biasanya, orang yang beli saham BBCA dibanding indeks S&P500 kekayaannya kalah jauh."
Timothy Ronald
Berdasarkan pernyataan itu, banyak influencer keuangan merasa tidak setuju. Ini karena ada fakta yang berlawanan dengan apa yang ia sampaikan.
Return BBCA sebagai salah satu saham blue chip naik hingga 30 kali lipat dalam USD dalam rentang waktu 20 tahun (2005-2025). Sehingga, imbal hasil tersebut bisa kita katakan menang telak daripada return S&P 500 pada periode yang sama.
Menarik untuk kita bahas bersama, kenapa indeks S&P 500 sering dibanding-bandingkan dengan saham big banks. Padahal, perbandingan tersebut tidaklah apple to apple. Ini karena S&P500 merupakan indeks saham, sementara saham big banks merupakan saham biasa.
Berikut adalah penjelasan perbandingan head to head antara S&P500 vs saham big banks. Kemudian, kami juga akan menjelaskan apa saja kelebihan dan kekurangan investasi pada kedua instrumen tersebut bagi investor.
Sebelum Rankia Indonesia membahas mana yang lebih menguntungkan, berinvestasi di S&P500 atau saham big banks. Investor wajib tahu terlebih dahulu apa itu S&P500 dan saham big banks.
Di dunia saham, kita mengenal adanya istilah saham big banks. Istilah saham ini bukan hanya ada di pasar saham Indonesia saja, melainkan juga populer di dunia investasi saham luar negeri seperti Amerika Serikat, Inggris, Australia, dan Eropa.
Sederhananya, saham big banks di Indonesia bisa kita ibaratkan seperti istilah big four yang populer di kompetisi Liga Inggris. Dalam Liga tersebut julukan big four di era tahun 2000 sampai 2010 di liga Inggris terdiri dari Manchester United, Arsenal, Liverpool, dan Chelsea. Keempat klub liga Inggris tersebut adalah tim besar di Inggris yang saat itu selalu bersaing secara ketat untuk menjadi yang terbaik di setiap musimnya.
Hal ini sama dengan istilah big banks yang ada di Indonesia, julukan big banks di Indonesia merujuk pada 4 bank besar seperti Bank BCA, Mandiri, BRI, dan BNI. Keempat bank tersebut menguasai pasar perbankan Indonesia dengan jumlah nasabah terbanyak dan memiliki jaringan pelanggan yang luas.
Selain itu, keempat saham bank tersebut juga merupakan tulang punggung IHSG. Sehingga, tak heran jika keempat saham bank tersebut jatuh maka akan mempengaruhi pergerakan harga IHSG dan juga menjadi saham yang paling cepat rebound setelah market crash.
Berikut ada 4 profil saham big banks di Indonesia:
Bank BCA adalah bank swasta terbesar di Indonesia. Bahkan, nama besar bank BCA sendiri mendapat pengakuan dunia sebagai salah satu bank terbaik di dunia. Selama dua tahun beruntun, Bank BCA memperoleh penghargaan sebagai brand perbankan terkuat di dunia versi Brand Finance.
Bank Central Asia sendiri sudah melantai di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2000 dengan kode saham BBCA dan termasuk saham big banks dengan harga termahal daripada saham bank lainnya di Indonesia. Hingga Maret 2025, tercatat bank BCA sudah melayani lebih dari 41 juta rekening nasabah.
Kelebihan | Kekurangan | ||
✅BCA memiliki brand image yang sangat baik. | ❌ Harga per lembar saham yang mahal. | ||
✅ Memiliki kinerja keuangan yang solid. | ❌Kurang sesuai bagi investor jangka pendek. | ||
✅Pergerakan saham BCA stabil. | |||
✅ Pembagian dividen yang rutin. |
Kelebihan | Kekurangan |
✅BCA memiliki brand image yang sangat baik. | ❌ Harga per lembar saham yang mahal. |
✅ Memiliki kinerja keuangan yang solid. | ❌Kurang sesuai bagi investor jangka pendek. |
✅Pergerakan saham BCA stabil. | |
✅ Pembagian dividen yang rutin. |
Bank BRI (BBRI) adalah salah satu bank "plat merah" terbesar di Indonesia. Saham bank ini sudah lebih dulu eksis di pasar modal Indonesia daripada saham BBCA. Sejak 10 November 2003, perusahaan perbankan milik pemerintah ini sudah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode saham BBRI.
Berdasarkan jumlah pengguna aplikasi BRImo hingga Juni 2024, tercatat jumlah pengguna aplikasi tersebut sebanyak 35,2 juta pengguna. Angka tersebut belum termasuk nasabah BRI yang belum terintegrasi ke aplikasi BRImo.
Kelebihan | Kekurangan | ||
✅BRI memiliki brand image yang sangat baik. | ❌ Kurang sesuai bagi investor jangka pendek | ||
✅ Memiliki kinerja keuangan yang solid. | ❌Merupakan bank milik pemerintah yang akan mudah terdampak jika ada pembangunan yang dilakukan oleh perusahaan BUMN lainnya yang menggunakan fasilitas pinjaman dari BRI. | ||
✅Pergerakan saham BBRI stabil. | |||
✅ Pembagian dividen yang rutin. | |||
✅Harga saham termasuk murah |
Kelebihan | Kekurangan |
✅BRI memiliki brand image yang sangat baik. | ❌ Kurang sesuai bagi investor jangka pendek |
✅ Memiliki kinerja keuangan yang solid. | ❌Merupakan bank milik pemerintah yang akan mudah terdampak jika ada pembangunan yang dilakukan oleh perusahaan BUMN lainnya yang menggunakan fasilitas pinjaman dari BRI. |
✅Pergerakan saham BBRI stabil. | |
✅ Pembagian dividen yang rutin. | |
✅Harga saham termasuk murah |
👉Bagaimana Cara Beli Saham BRI (BBRI)?
Bank BNI resmi melantai di pasar modal Indonesia pada 25 November 1996 dengan kode saham BBNI. Sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia, Bank BNI tercatat punya 64,03 juta nasabah pada Februari 2024. Bank "plat merah" ini adalah bank BUMN pertama di Indonesia yang berdiri pada 5 Juli 1946.
Pada awalnya, Bank BNI merupakan bank sentral dan bank umum di Indonesia, Namun, saat ini BNI menjadi salah satu saham bank yang paling diincar investor di pasar saham dengan harga saham yang relatif lebih murah daripada saham BBCA. Selain itu, saham BBNI juga menawarkan keuntungan jangka panjang bagi investor.
Kelebihan | Kekurangan | ||
✅ Memiliki modal inti yang kuat. | ❌ Harga saham cukup fluktuatif. | ||
✅Memiliki kinerja keuangan yang solid dengan tetap mempertahankan pertumbuhan laba. | ❌Brand image tidak sekuat BBCA. | ||
✅ Rutin membagikan dividen. | ❌ Merupakan bank milik pemerintah yang akan mudah terdampak jika ada pembangunan yang dilakukan oleh perusahaan BUMN lainnya yang menggunakan fasilitas pinjaman dari BBNI. | ||
✅Reputasi perusahaan sangat baik. | ❌Tidak cocok untuk tujuan investasi jangka pendek. | ||
✅ Harga saham yang murah daripada bank di kategori yang sama (BUKU/BKMI IV). |
Kelebihan | Kekurangan |
✅ Memiliki modal inti yang kuat. | ❌ Harga saham cukup fluktuatif. |
✅Memiliki kinerja keuangan yang solid dengan tetap mempertahankan pertumbuhan laba. | ❌Brand image tidak sekuat BBCA. |
✅ Rutin membagikan dividen. | ❌ Merupakan bank milik pemerintah yang akan mudah terdampak jika ada pembangunan yang dilakukan oleh perusahaan BUMN lainnya yang menggunakan fasilitas pinjaman dari BBNI. |
✅Reputasi perusahaan sangat baik. | ❌Tidak cocok untuk tujuan investasi jangka pendek. |
✅ Harga saham yang murah daripada bank di kategori yang sama (BUKU/BKMI IV). |
👉Begini lo Kinerja, Prospek & Cara Beli Saham BBNI!
Saham big banks di Indonesia terakhir adalah BMRI atau kita kenal dengan Bank Mandiri. Di antara saham-saham bank "plat merah" yang termasuk big banks, saham BMRI adalah saham bank yang harganya hampir mendekati harga saham BBCA.
Pada tahun 2024, jumlah nasabah Bank Mandiri yang terdaftar di aplikasi Livin' by Mandiri sebanyak 29,3 juta nasabah. Tercatat, Bank Mandiri sudah listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak 14 Juli 2003. Salah satu produk bank Mandiri yang paling populer di masyarakat adalah Mandiri Taspen, sebuah layanan perbankan dari anak usaha Bank Mandiri yang disesuaikan dengan kebutuhan pensiunan untuk PNS, TNI/Polri, dan UMKM.
Kelebihan | Kekurangan | ||
✅ Memiliki modal inti yang kuat. | ❌ Harga saham cukup Mahal. | ||
✅Memiliki kinerja keuangan yang solid dengan tetap mempertahankan pertumbuhan laba. | ❌Kurang baik untuk investasi jangka pendek. | ||
✅ Rutin membagikan dividen. | ❌ Merupakan bank milik pemerintah yang akan mudah terdampak jika ada pembangunan yang dilakukan oleh perusahaan BUMN lainnya yang menggunakan fasilitas pinjaman dari Mandiri. | ||
✅Reputasi perusahaan sangat baik. |
Kelebihan | Kekurangan |
✅ Memiliki modal inti yang kuat. | ❌ Harga saham cukup Mahal. |
✅Memiliki kinerja keuangan yang solid dengan tetap mempertahankan pertumbuhan laba. | ❌Kurang baik untuk investasi jangka pendek. |
✅ Rutin membagikan dividen. | ❌ Merupakan bank milik pemerintah yang akan mudah terdampak jika ada pembangunan yang dilakukan oleh perusahaan BUMN lainnya yang menggunakan fasilitas pinjaman dari Mandiri. |
✅Reputasi perusahaan sangat baik. |
S&P 500 atau SNP500 adalah salah satu indeks saham dunia terpopuler di mata investor asing dan juga investor Indonesia. Indeks saham satu ini bisa kita sejajarkan dengan beberapa indeks saham dunia populer lainnya seperti Nikkei 225 (Jepang), Nasdaq Composite (Amerika Serikat), Hang Seng (Hong Kong), dan Dow Jones Industrial Average (Amerika Serikat).
Di kalangan investor, indeks S&P 500 juga dikenal dengan INX, sebuah indeks saham yang diwakili oleh 500 perusahaan dengan modal yang sangat besar. Mayoritas saham-saham ada pada indeks tersebut merupakan perusahaan asal Amerika Serikat.
Untuk bisa masuk ke dalam indeks saham S&P 500, setiap perusahaan wajib memenuhi kriteria penilaian berikut ini:
No | Nama Perusahaan | Sektor | |||
1 | Microsoft Corporation | Teknologi Informasi | |||
2 | Nvidia Corporation | Teknologi Informasi | |||
3 | Apple Inc | Teknologi Informasi | |||
4 | Amazon.com | Konsumsi Diskresioner | |||
5 | Meta Platforms Inc Class A | Layanan Komunikasi | |||
6 | Broadcom Inc. | Teknologi Informasi | |||
7 | Alphabet Inc Class A | Layanan Komunikasi | |||
8 | Tesla | Konsumsi Diskresioner | |||
9 | Berkshire Hathaway Inc. Class B | Finansial | |||
10 | Alphabet Inc Class C | Layanan Komunikasi |
No | Nama Perusahaan | Sektor |
1 | Microsoft Corporation | Teknologi Informasi |
2 | Nvidia Corporation | Teknologi Informasi |
3 | Apple Inc | Teknologi Informasi |
4 | Amazon.com | Konsumsi Diskresioner |
5 | Meta Platforms Inc Class A | Layanan Komunikasi |
6 | Broadcom Inc. | Teknologi Informasi |
7 | Alphabet Inc Class A | Layanan Komunikasi |
8 | Tesla | Konsumsi Diskresioner |
9 | Berkshire Hathaway Inc. Class B | Finansial |
10 | Alphabet Inc Class C | Layanan Komunikasi |
Komposisi saham yang ada di S&P500 selalu diupdate secara berkala per kuartal pada bulan Maret, Juni, September, dan Desember setiap tahunnya.
Berdasarkan update terakhir per 30 Mei 2025, komposisi saham terbesar yang menguasai indeks S&P500 adalah sektor teknologi dengan bobot lebih dari 30%.
👉 Warren Buffett Pensiun: Ini 5 Pelajaran Investasi Terpenting
Ada sejumlah faktor ekonomi yang dapat mempengaruhi cuan S&P500 dan saham big banks yang sudah kami rangkum dalam tabel di bawah ini. Berikut daftarnya:
S&P 500 | Saham Big Banks | ||
Suku bunga AS yang rendah dapat meningkatkan margin dan imbal hasil saham-saham yang ada di S&P500. Ini karena perusahaan akan banyak mengajukan pinjaman di bank dengan keuntungan bunga yang lebih rendah dan menggunakan uang hasil pinjaman untuk berbelanja bisnis dan konsumsi. | Risiko kenaikan dan penurunan harga saham big banks dapat dipengaruhi pergerakan suku bunga seperti bunga The FED dan Bank Indonesia (BI). | ||
Banyaknya masyarakat yang terkena PHK juga bisa mempengaruhi kinerja S&P 500. Hal ini disebabkan ketika daya beli masyarakat sedang rendah, mereka tidak akan belanja kebutuhan tersier dan lebih memprioritaskan membeli barang-barang kebutuhan pokok. | Regulasi The FED dan Bank Indonesia (BI) dalam memangkas atau menaikkan suku bunga akan berdampak langsung terhadap harga saham BBNI, BBRI, BMRI, dan BBCA. | ||
Naiknya harga komoditas akan berdampak langsung terhadap Harga Pokok Penjualan (HPP,) biaya operasional, hingga keuntungan perusahaan. | Psikologi investor. | ||
Rendahnya daya beli masyarakat akan mengurangi tingkat konsumsi masyarakat. Dalam hal ini, menurunnya tingkat konsumsi bisa membuat saham-saham di S&P500 ikut menurun dan akan sangat mempengaruhi kinerja indeks saham tersebut. | Faktor internal bank seperti kinerja keuangan, kualitas aset, efisiensi operasional, dan kebijakan dividen. | ||
Krisis ekonomi global dapat mempengaruhi kinerja S&P500. | Faktor eksternal yang meliputi kebijakan moneter, regulasi pemerintah, ekonomi makro, dan perkembangan teknologi, | ||
Psikologi Investor. | Nilai Non Performing Loan (NPL). | ||
Faktor internal perusahaan seperti kinerja keuangan, kualitas aset, efisiensi operasional, dan kebijakan dividen. | |||
Faktor eksternal yang meliputi kebijakan moneter, regulasi pemerintah, ekonomi makro, dan perkembangan teknologi. |
S&P 500 | Saham Big Banks |
Suku bunga AS yang rendah dapat meningkatkan margin dan imbal hasil saham-saham yang ada di S&P500. Ini karena perusahaan akan banyak mengajukan pinjaman di bank dengan keuntungan bunga yang lebih rendah dan menggunakan uang hasil pinjaman untuk berbelanja bisnis dan konsumsi. | Risiko kenaikan dan penurunan harga saham big banks dapat dipengaruhi pergerakan suku bunga seperti bunga The FED dan Bank Indonesia (BI). |
Banyaknya masyarakat yang terkena PHK juga bisa mempengaruhi kinerja S&P 500. Hal ini disebabkan ketika daya beli masyarakat sedang rendah, mereka tidak akan belanja kebutuhan tersier dan lebih memprioritaskan membeli barang-barang kebutuhan pokok. | Regulasi The FED dan Bank Indonesia (BI) dalam memangkas atau menaikkan suku bunga akan berdampak langsung terhadap harga saham BBNI, BBRI, BMRI, dan BBCA. |
Naiknya harga komoditas akan berdampak langsung terhadap Harga Pokok Penjualan (HPP,) biaya operasional, hingga keuntungan perusahaan. | Psikologi investor. |
Rendahnya daya beli masyarakat akan mengurangi tingkat konsumsi masyarakat. Dalam hal ini, menurunnya tingkat konsumsi bisa membuat saham-saham di S&P500 ikut menurun dan akan sangat mempengaruhi kinerja indeks saham tersebut. | Faktor internal bank seperti kinerja keuangan, kualitas aset, efisiensi operasional, dan kebijakan dividen. |
Krisis ekonomi global dapat mempengaruhi kinerja S&P500. | Faktor eksternal yang meliputi kebijakan moneter, regulasi pemerintah, ekonomi makro, dan perkembangan teknologi, |
Psikologi Investor. | Nilai Non Performing Loan (NPL). |
Faktor internal perusahaan seperti kinerja keuangan, kualitas aset, efisiensi operasional, dan kebijakan dividen. | |
Faktor eksternal yang meliputi kebijakan moneter, regulasi pemerintah, ekonomi makro, dan perkembangan teknologi. |
Untuk memudahkan Anda untuk mengetahui mana yang lebih cuan antara S&P500 atau big banks Indonesia. Rankia Indonesia sudah menyiapkan tabel perbandingan returnnya berikut ini.
Berdasarkan tabel perbandingan return di atas, kita bisa melihat bahwa return indeks S&P 500 dalam 20 tahun terakhir vs big banks Indonesia hanya unggul atas saham BBNI saja. Tercatat, S&P 500 hanya mencatatkan return sebesar 6,86% dan kalah jika dibandingkan dengan BBCA (10,93%), BBRI (10,34%), dan BMRI (9,78%).
Return tersebut sudah memperhitungkan faktor tingkat inflasi yang lebih tinggi di Indonesia dan depresiasi Rupiah terhadap USD. Kekalahan S&P 500 index terhadap big banks Indonesia dalam return 20 tahun terakhir karena pada awal tahun 2000-an, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang sangat baik pasca krisis moneter tahun 1998.
Bahkan jika tidak menghitung inflasi, perbandingan return saham BBCA vs S&P 500 adalah 5.000% vs 555%. Pantas saja financial influencer mengatakan saham BBCA memiliki kinerja saham yang luar biasa!
Pada saat itu, GDP Indonesia bisa mencapai di atas 5% dalam setahun. Namun, sekarang GDP Indonesia dirasa sulit untuk bisa mencapai di atas 5% dalam setahun. Inilah faktor yang membuat kinerja saham big banks Indonesia di masa depan belum tentu sebaik kinerjanya dalam 20 tahun terakhir jika dibandingkan dengan S&P500.
Selain itu, indeks saham S&P500 terdiri dari 500 perusahaan dengan modal yang sangat besar dan tentu tidak apple to apple jika Anda bandingkan dengan saham big banks Indonesia yang terdiri dari saham-saham bank terbaik di Indonesia yang hanya berjumlah 4 emiten saja.
Bagi Investor Indonesia yang ingin berinvestasi di S&P500, investor bisa menggunakan aplikasi investasi resmi OJK yang melayani transaksi jual-beli indeks saham seperti S&P500.
Untuk mengetahui informasi alternatif investasi S&P500 lainnya yang bisa investor eksplor lebih lanjut, investor bisa baca artikel keuangan berikut selengkapnya: Cara Beli S&P500 dari Indonesia: Panduan Pemula
👉 Apa itu Indeks Saham? Panduan Investasi Mudah
Anda bisa dengan mudah membeli saham big banks Indonesia melalui aplikasi saham terbaik di Indonesia berikut ini.
Langkah selanjutnya, Anda tinggal mengunduh salah satu aplikasi saham tersebut dan membuka RDN bank serta akun. Kemudian, lakukan top up RDN dan beli saham big banks Indonesia secara online di aplikasi saham tersebut. Perlu Anda ketahui bahwa saham BBCA, BBNI, BMRI, dan BBNI adalah saham-saham blue chip yang baik untuk investasi jangka panjang.
👉Rekomendasi 10 Sekuritas Fee Termurah bagi Investor Pemula
Berdasarkan tingkat risiko, sebenarnya berinvestasi di S&P500 lebih berisiko daripada saham-saham big banks.
Mengapa demikian?
Karena ada risiko mata uang (USD/rupiah) jika Anda memilih berinvestasi di S&P500, sementara saham big banks tidak ada. Misalnya, ketika USD melemah terhadap Rupiah, return S&P500 juga akan mengalami penurunan dalam IDR.
Untuk pembagian dividen, saham bank seperti BBCA, BBRI, BMRI, dan BBNI termasuk saham yang selalu membagikan dividen setiap tahun kepada pemegang saham. Bagaimana dengan S&P500?
Ada ETF S&P500 yang diketahui membagikan dividen rutin kepada investor seperti ETF Invesco & S&P500 High Dividend Low Volatility. Namun, ada beberapa ETF lainnya yang berinvestasi di S&P500, yaitu:
Namun, Anda juga harus memperhatikan aspek pajak. Dividen dari ETF S&P500 bisa terkena withholding tax AS (umumnya 30%). Sedangkan saat berinvestasi saham big bank, dividen akan terkena pajak final 10%.
Tidak ada jawaban mutlak mana yang lebih unggul antara S&P500 vs big banks. Investor yang percaya dengan perekonomian Indonesia, bisa memilih saham big banks. Sementara investor yang ingin memperoleh eksposur ke sektor teknologi global dapat mempertimbangkan S&P500 untuk mendiversifikasi portofolio mereka.
Kesimpulannya, ini semua tergantung pada tujuan investasi dan profil risiko dari masing-masing investor. Namun, kami selalu mengingatkan Anda untuk melakukan riset mendalam pada setiap aset sebelum berinvestasi di dalamnya. Lakukan beberapa analisis, baik fundamental maupun teknikal.
Sehingga, Anda dapat terhindar dari risiko kehilangan modal dan menghasilkan cuan yang maksimal. Selamat berinvestasi!