FED Rate Turun: Investasi di 10 Saham Terbaik Ini!

Tren suku bunga tinggi kini mulai berakhir ketika The FED memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan ke level 4,75%-5% pada September 2024 lalu. Maka dari itu kami telah menganalisa 10 saham terbaik yang layak dibeli ditengah fenomena turunnya FED Rate dan juga akan berdampak langsung terhadap perekonomian secara global, terutama bagi negara-negara berkembang di dunia seperti Indonesia.
Indonesia adalah termasuk emerging market dengan potensi pertumbuhan ekonomi yang masif di dunia, bahkan diprediksi akan menjadi raksasa ekonomi di dunia. Maka, tak heran jika tren kenaikan maupun penurunan FED rate sangat begitu berdampak terhadap perekonomian di Indonesia secara keseluruhan khususnya pada sektor perbankan, ekspor, dan konsumsi.
Melihat tren penurunan FED Rate yang kemungkinan besar akan berlanjut hingga akhir tahun 2024, hal ini bisa menjadi momentum bagi investor untuk masuk ke pasar saham dengan mempertimbangkan saham-saham mana saja yang banjir sentimen positif dari tren turunnya FED Rate di Indonesia.
Memahami Dampak Turunnya FED Rate bagi Indonesia

Ada beberapa poin penting yang perlu investor cermati ketika The FED memutuskan untuk memangkas suku bunga acuannya dan akan berpengaruh pada sektor-sektor berikut ini.
Nilai Tukar Rupiah
Kebijakan The FED dalam menurunkan suku bunga acuan akan berdampak besar bagi nilai tukar rupiah. Dimana, penurunan suku bunga di Amerika Serikat cenderung akan melemahkan nilai tukar rupiah. Pada kondisi tersebut, Bank Indonesia (BI) bisa saja mempertahankan atau menurunkan suku bunga di Indonesia dengan mempertimbangkan tren inflasi, nilai tukar rupiah, dan pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
Pasar Saham
Selain berimbas terhadap nilai tukar rupiah, pemangkasan FED Rate juga akan berdampak positif bagi kinerja pasar dan saham terbaik di Indonesia. Karena kini selisih BI Rate dan FED Rate menjadi semakin lebar yaitu 1% dari sebelumnya 0,75% yang membuat aliran dana modal asing akan semakin banyak masuk ke pasar saham Indonesia.
Ekspektasi Inflasi di Indonesia, Ekspor, dan Investasi Modal Asing
Semakin rendahnya FED Rate juga akan mengubah ekspektasi inflasi di Indonesia yang cenderung dianggap masih stabil dan terkendali. Dalam kondisi ini, harga barang-barang dalam negeri akan lebih stabil dan dapat meningkatkan permintaan ekspor dalam negeri.
Naiknya permintaan ekspor dalam negeri akan turut meningkatkan aliran dana asing yang masuk ke Indonesia dan menambah cadangan devisa negara dan akan juga berdampak pada 10 saham terbaik di Indonesia untuk investasi jangka panjang
Sektor-sektor Ekonomi yang Diuntungkan dari Pemangkasan FED Rate
- Keuangan dan perbankan: Turunnya FED Rate akan membuat industri keuangan dan perbankan dapat menurunkan suku bunga pinjaman jika BI Rate juga ikut turun yang membuat penyaluran kredit akan semakin meningkat.
- Ekspor dan manufaktur: Tren suku bunga tinggi yang mulai melandai adalah sentimen positif bagi sektor ekspor dan manufaktur di Indonesia. Dengan suku bunga yang semakin rendah, perusahaan manufaktur bisa mendapatkan pinjaman uang dari bank dengan biaya yang lebih rendah untuk meningkatkan hasil produksi.
- Konsumsi: Suku bunga yang lebih rendah juga akan mengubah kebiasaan konsumsi di masyarakat. Pada kondisi di saat suku bunga menurun banyak masyarakat yang akan berbondong-bondong mengajukan pinjaman dengan biaya lebih murah dan berimbas terhadap naiknya daya beli masyarakat.
10 Saham Indonesia Terbaik untuk Dibeli di Tengah Tren Penurunan FED Rate
Bank Central Asia (BBCA)

Seperti yang sudah kami jelaskan di poin sebelumnya bahwa industri perbankan dan keuangan adalah sektor industri yang mendapatkan banjir sentimen di tengah tren penurunan FED Rate. Salah satu saham perbankan yang wajib Anda cermati adalah saham BBCA yang dikenal investor sebagai Bank Central Asia (BCA).
Turunnya FED Rate akan berdampak besar bagi kinerja bank swasta ini melalui peningkatan penyaluran kredit dengan suku bunga pinjaman yang lebih rendah. Secara analisis keuangan, BBCA selalu mencatatkan laba bersih yang cenderung naik setiap tahunnya.
Tahun | Pendapatan Bersih |
2019 | Rp28,57 triliun |
2020 | Rp27,13 triliun |
2021 | Rp31,42 triliun |
2022 | Rp40,74 triliun |
2023 | Rp48,64 triliun |
Di tahun 2024, BBCA merupakan salah 10 satu saham terbaik dan pendapatan bersih BBCA diprediksi akan melampaui pendapatan bersih perusahaan pada tahun 2024 karena didorong adanya sentimen positif dari meningkatnya penyaluran kredit Bank BCA karena turunnya FED Rate. Per kuartal 3 2024, saham BBCA berhasil membukukan pendapatan bersih sebesar Rp41,4 triliun dengan rasio NPL di level 2,1%, pencadangan NPL 193,9% dan LAR 73,5%.
Soal dividen, saham BBCA termasuk perusahaan yang rutin dan konsisten membagikan dividen kepada pemegang saham setiap tahun.
Tahun | Dividend Payout Ratio (DPR) |
2019 | 47,9% |
2020 | 48,18% |
2021 | 49.02% |
2022 | 62,12% |
2023 | 68,47% |
Selama 5 tahun terakhir, harga saham BBCA sudah naik lebih dari 70% dan memiliki rasio PE saat ini 25,88%, serta termasuk saham berkapitalisasi besar di Indonesia dengan market cap sebesar Rp1.315 triliun.
Berdasarkan analisis keuangan tersebut, Bank BCA adalah perusahaan perbankan yang memiliki keuangan yang sangat sehat yang bisa kita lihat dari beberapa indikator yaitu pembagian dividen rutin setiap tahun, pendapatan perusahaan yang bertumbuh, dan rasio NPL yang rendah. Hal ini bisa menggambarkan bahwa saham BBCA memiliki potensi pertumbuhan bisnis yang baik di masa depan.
Astra International (ASII)
Rekomendasi pilihan 10 saham terbaik yang layak dipilih oleh investor selanjutnya adalah saham ASII. Perusahaan asal Jepang ini diketahui adalah perusahaan induk dari berbagai perusahaan yang bergerak di bidang energi, perkebunan, teknologi, konstruksi, pembiayaan, jasa keuangan, otomotif, serta infrastruktur dan logistik.
Salah satu sektor bisnis Astra International yang diuntungkan dari turunnya FED Rate adalah sektor pembiayaan dan otomotif. Dengan suku bunga yang lebih rendah, masyarakat bisa membeli mobil dengan metode cicilan dengan bunga yang lebih rendah dan berimbas terhadap naiknya penjualan mobil Astra International, serta dapat meningkatkan penyaluran kredit ke masyarakat.
Selain itu, ada pula sektor bisnis ASII yang perlu investor cermati yaitu yang berkaitan dengan aktivitas ekspor dan pengembangan infrastruktur yang juga memiliki potensi pertumbuhan di tengah tren penurunan FED Rate. Secara valuasi saham, dalam 5 tahun terakhir saham ASII memang tidak menunjukkan prospek pertumbuhan yang menjanjikan karena mengalami penurunan lebih dari 20%.
Namun, kabar turunnya FED Rate adalah sentimen positif bagi pertumbuhan saham ASII di masa depan. Selama 6 bulan terakhir, harga ASII sudah mengalami kenaikan lebih dari 7% dan diprediksi memiliki potensi kenaikan mengingat The FED akan kembali memangkas suku bunga di akhir tahun. Saham ASII saat ini memiliki rasio PE 6,62 yang dinilai masih layak untuk dibeli dan dikoleksi oleh investor.
ASII juga merupakan perusahaan yang diketahui rutin dan konsisten membagikan dividen setiap tahun kepada pemegang saham. Hal ini dapat menunjukkan bahwa perusahaan Astra International memiliki keuangan yang sehat dan layak untuk dipertimbangkan untuk investasi jangka panjang.
Telekomunikasi Indonesia (TLKM)
Salah satun 10 Saham terbaik Indonesia lainnya yang mendapatkan banjir sentimen positif di tengah turunnya FED Rate adalah saham TLKM yang dikenal investor sebagai perusahaan provider jaringan telekomunikasi terbesar di Indonesia. Sentimen positif datang dari potensi semakin banyaknya konsumen yang menggunakan layanan telekomunikasi milik TLKM.
Pendapatan TLKM sendiri didorong oleh layanan mobile broadband dan fixed broadband dengan infrastruktur telekomunikasi yang kuat dan memiliki menara BTS yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Sehingga, perusahaan TLKM bisa menjangkau pengguna hingga ke pelosok-pelosok daerah sekalipun.
Transformasi bisnis digital di Indonesia juga menguntungkan bagi saham TLKM, dimana kebutuhan akan internet untuk membuka sosial media, website, dan platform digital lainnya akan berimbas terhadap jumlah konsumsi internet di Indonesia yang akan semakin meningkat.
Sejalan dengan kebijakan perusahaan TLKM, turunnya FED Rate membuat perusahaan telekomunikasi ini bisa mengajukan pinjaman dengan biaya yang lebih murah untuk digunakan untuk membangun infrastruktur telekomunikasi di Indonesia untuk memperluas layanan TLKM.
Bank Rakyat Indonesia (BBRI)

Selain Bank BCA, ada saham perbankan lain yang juga wajib dibeli oleh investor di tengah tren suku bunga yang menurun yaitu BBRI atau biasanya dikenal oleh investor sebagai Bank BRI dan menjadi salah satu dari 10 saham terbaik di Indonesia. Dampak turunnya FED Rate bagi BBRI sangatlah signifikan mengingat Bank BRI memiliki segmentasi pasar yang besar di sektor microfinance dan layanan perbankan di pedesaan.
Dengan bunga pinjaman yang semakin rendah akan ada banyak usaha kecil yang akan mengajukan kredit di Bank BRI untuk meningkatkan pertumbuhan bisnis dan hal ini tentu sangat menguntungkan bagi nasabah Bank BRI. Di lain sisi, Bank BRI juga akan mendapatkan tambahan jumlah nasabah dan juga mengalami peningkatan penyaluran kredit ke masyarakat.
Tahun | Laba Bersih |
2019 | Rp34,37 triliun |
2020 | Rp18,65 triliun |
2021 | Rp31,07 triliun |
2022 | Rp51,17 triliun |
2023 | Rp60,10 triliun |
Selama 5 tahun terakhir, harga saham BBRI sudah mengalami kenaikan lebih dari 15% dan bank milik pemerintah ini memiliki pertumbuhan laba bersih yang konsisten. Pada tahun 2023, saham BBRI berhasil membukukan laba bersih senilai Rp60,10 triliun. Walaupun saat ini saham BBRI sedang dalam tren penurunan, namun momentum ini bisa investor gunakan untuk melakukan pembelian saham di harga bawah atau melakukan akumulasi pembelian sebelum harga BBRI kembali naik.
Tahun | Dividen Payout Ration (DPR) |
2019 | 60% |
2020 | 65% |
2021 | 85% |
2022 | 85% |
2023 | 80,35% |
Sebagai perusahaan yang profitable, BBRI rutin dan konsisten membagikan dividen setiap tahun bagi investor. Sehingga, investor bukan hanya mendapatkan keuntungan investasi saham melalui capital gain saja tetapi juga dividen.
Bukit Asam (PTBA)

Selain sektor perbankan dan keuangan yang mendapatkan banjir sentimen positif dari kebijakan The FED menurunkan suku bunga, ada saham komoditas seperti Bukit Asam (PTBA) yang juga tidak kalah menarik untuk dilirik investor. Selama 5 tahun terakhir, saham PTBA setidaknya sudah naik lebih dari 20%.
Pada kondisi tren suku bunga rendah, permintaan ekspor akan batu bara diprediksi akan meningkat dan pihak perusahaan juga bisa mendapatkan suntikan modal usaha dari bank dengan bunga pinjaman yang rendah untuk digunakan sebagai modal eksplorasi dan pengembangan infrastruktur.
Tanggal | Dividen |
10 Juli 2020 | Rp 326,46 |
7 Mei 2021 | Rp 74,69 |
24 Juni 2022 | Rp 688,51 |
14 Juli 2023 | Rp 1.094,05 |
7 Juni 2024 | Rp397,71 |
Berdasarkan data dividen di atas, saham PTBA termasuk perusahaan yang rutin dan konsisten dalam membagikan dividen setiap tahun kepada investor. Saat ini, saham PTBA menawarkan dividen yield sebesar 13,53% kepada investor di saat harga saham PTBA diperjual-belikan di level Rp2.940 per lembar saham.
Dengan pembagian dividen yang rutin dan konsisten kepada pemegang saham dan didorong naiknya permintaan batu bara karena suku bunga turun. Sentimen-sentimen positif tersebut bisa Anda jadikan pertimbangan untuk berinvestasi di saham batu bara ini.
Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP)
Naiknya tren konsumsi masyarakat di saat FED Rate turun memberikan angin segar bagi saham-saham consumer goods seperti Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP). Saham ICBP adalah saham yang mendapatkan banjir sentimen positif di pasar setelah The FED menurunkan suku bunga.
Sentimen positif bagi ICBP datang dari naiknya daya beli di masyarakat, dimana masyarakat bisa mendapatkan kredit yang lebih murah dari bank dan berimbas terhadap naiknya daya beli mereka di masyarakat. Salah satu produk yang akan dibeli oleh banyak masyarakat adalah Indomie, produk mie instan yang sudah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat Indonesia saat ini.
Dengan begitu, penjualan Indomie akan meningkat dan berimbas terhadap pendapatan perusahaan ICBP.
Semen Indonesia (SMGR)
Investasi salah satu saham dari 10 Saham terbaik lain yang diuntungkan dari turunnya FED Rate adalah saham-saham yang bergerak pada bidang kontruksi, salah satunya kami menyoroti ada saham Semen Indonesia (SMGR). Dengan semakin mudahnya pengembang properti dan kontraktor dalam meminjam uang di bank. Hal ini akan membuat aktivitas konstruksi akan bergairah dan Semen Indonesia yang menjadi penyuplai material konstruksi akan untung besar dengan naiknya permintaan semen dari pengembang properti dan kontraktor.
Adaro Energy (ADRO)
Suku bunga rendah yang terjadi saat ini juga menguntungkan saham Adaro Energy secara operasional. Lantaran, Adaro Energy bisa mendapatkan suntikan modal usaha dari bank dengan biaya yang lebih rendah untuk digunakan sebagai modal eksplorasi, pengembangan infrastruktur, dan meningkatkan hasil produksi.
Selain itu, suku bunga yang rendah juga dapat meningkatkan permintaan ekspor batu bara yang memang menjadi komoditas utama dari saham pertambangan ini dengan keuntungan biaya operasional yang lebih rendah karena harga-harga seperti minyak dan lain sebagainya relatif stabil.
XL Axiata (EXCL)
Saham TLKM bukanlah satu-satunya saham telekomunikasi yang mendapatkan sentimen positif dari pemangkasan suku bunga oleh The FED. Melainkan, masih ada saham lain seperti XL Axiata (EXCL) yang juga bisa Anda lirik pada sektor telekomunikasi.
Kabar terbaru, XL Axiata sebentar lagi akan merger dengan Smartfren. Aksi korporasi ini bisa menjadi sentimen positif bagi saham EXCL. Karena hasil merger kedua perusahaan telekomunikasi ini akan membentuk jaringan operator terbesar kedua di Indonesia dan juga akan didorong semakin meningkatnya konsumsi internet di Indonesia gegara adanya transformasi bisnis ke arah digital.
Alternatif Investasi Selain Saham Bagi Investor Indonesia

Selain Anda bisa berinvestasi di 10 saham terbaik di Indonesia yang sudah kami jelaskan sebelumnya, investor Indonesia juga melirik instrumen investasi lain yang tidak kalah menarik dibanding saham seperi ETF, reksa dana, obligasi, komoditas, dan DIRE yang juga mendapatkan sentimen positif dari turunnya FED Rate.
ETF Terbaik bagi Investor Indonesia
Ada 43 produk ETF yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang bisa investor pilih, namun jika kita mempertimbangkan kondisi pasar saat ini dimana tren suku bunga mulai menurun, investor bisa memilih produk ETF yang didominasi saham-saham keuangan, telekomunikasi, consumer goods, dan energi.
Nama ETF | TICKER |
iShares MSCI Indonesia ETF | EIDO |
HSBC MSCI Indonesia UCITS ETF | HIDR |
MSCI Indonesia Swap UCITS ETF | XMIN/XMID |
Ketiga produk ETF terbaik di atas diisi oleh saham-saham terbaik yang ada di Indonesia seperti BBCA, BBRI, BMRI, TLKM, dan ASII. Anda mencari tahu produk ETF terbaik di Indonesaia selengkapnya di sini.
Produk Reksa Dana yang Layak Dipertimbangkan
Untuk produk reksa dana, Anda bisa berinvestasi di produk reksa dana pendapatan tetap terbaik dan reksa dana saham terbaik yang didominasi saham-saham keuangan, telekomunikasi, consumer goods, dan energi. Kami juga menyediakan bagaimana investasi di Reksa Dana untuk Pemula.
Nama Reksa Dana | Jenis Reksa Dana |
Capital Fixed Income Fund | Reksa dana pendapatan tetap |
Avrish Prime Income Fund | Reksa dana pendapatan tetap |
Sucorinvest Monthly Income Fund | Reksa dana pendapatan tetap |
Bahana Icon Syariah Kelas G | Reksa dana saham |
Starbank Infobank 15 Kelas Utama | Reksa dana saham |
Obligasi, DIRE, dan Komoditas
Di tengah tren suku bunga yang menurun, investor juga bisa menjajaki peluang investasi di obligasi seperti ORI, SBR, hingga ST. Bagi Anda yang tertarik untuk membeli ORI, SBR, hingga ST, Anda bisa mengikuti panduan membeli obligasi di artikel berikut.
Selain itu, investasi DIRE juga tidak kalah menarik untuk diinvestasikan investor di saat suku bunga yang cenderung menurun dan biasanya akan diikuti naiknya penjualan properti. Anda bisa mengetahui produk DIRE Indonesia terbaik yang saat ini ditawarkan melalui artikel berikut.
Alternatif investasi lainnya yang bisa Anda jadikan peluang investasi di tengah turunnya FED Rate adalah komoditas. Pada investasi komoditas, Anda bisa berinvestasi di berbagai komoditas utama yang banyak diperjual-belikan di pasar seperti emas, batu bara, perak, kopi, dan komoditas lainnya. Untuk memulai investasi komoditas, pemula bisa mengikuti panduan dalam berinvestasi komoditas selengkapnya di sini.
Kesimpulan
Keputusan The FED dalam memangkas suku bunga sebenarnya memberikan peluang investasi yang menguntungkan bagi investor Indonesia jika Anda bisa berinvestasi di instrumen investasi yang tepat. Salah satu strategi invetasi terbaik di tengah tren suku bunga yang menurun adalah melakukan diversifikasi portofolio investasi. Dalam hal ini, investor bisa berinvestasi di saham-saham perbankan, telekomunikasi, energi, otomotif, dan consumer goods, serta bisa menjajaki peluang investasi lain di reksa dana saham, reksa dana pendapatan tetap, DIRE, obligasi, dan juga komoditas untuk mengurangi risiko kerugian dengan menyebar dana investasi ke berbagai instrumen investasi.
Pertanyaan yang Sering Diajukan (FAQ) Tentang Saham yang Diuntungkan Saat FED Rate Turun
Saham perbankan, telekomunikasi, energi, otomotif, dan consumer goods bisa menjadi pilihan saham terbaik yang diuntungkan saat FED Rate turun.
Tren inflasi di AS yang mulai terkendali memberikan sinyal bagi The FED untuk menurunkan suku bunga.
Saham (perbankan, telekomunikasi, energi, otomotif, dan consumer goods), reksa dana pendapatan tetap, reksa dana saham, komoditas, dan obligasi