Cara Trading dengan Wyckoff Pattern & Memahami Manipulasi Pasar

Wyckoff Pattern merupakan salah satu metode yang terkenal dalam dunia trading, terutama bagi investor besar.
Mungkin Anda bertanya-tanya bagaimana investor terbesar di pasar (modal institusional) menjalankan operasinya? Apakah mereka membeli dan menjual dalam jumlah besar sekaligus atau membuka dan menutup posisi dalam jumlah kecil?

Dalam panduan trading menggunakan metode Wyckoff ini, kami akan memberikan gambaran bagaimana pemain besar beroperasi berdasarkan ilmu dari seorang investor, Richard Wyckoff. Kemudian, kita akan melihat alasan mengapa metode ini populer dengan sebutan metode “Wyckoff” beserta beberapa pilar utama dalam analisisnya.
Yuk, simak untuk tahu lebih jelas!
👉 Strategi Trading Terbaik: Cara Menjadi Trader Profesional Dari Awal
Siapa Pencipta Wyckoff Pattern?
Metode Wyckoff merupakan analisis yang tercipta dari Richard D. Wyckoff (1873-1934), seseorang berdarah Amerika. Ia sangat berbaik hati karena bersedia membagikan seluruh pengetahuannya pasar keuangan yang berfokus pada analisis volume sebagai perantara untuk mendeteksi manuver manipulasi dari para trader besar pada waktu itu.

Richard Wyckoff adalah tokoh terkemuka di awal abad ke-20 dalam analisis teknis. Sehingga, masih satu jaman dengan tokoh terkenal lainnya seperti Charles Dow dan Jesse Livermore.
Meskipun sangat relevan, metode yang ia wariskan belum mendapatkan pengakuan yang sama seperti rekan-rekannya. Ini karena analis teknis modern berfokus pada indikator dan pola yang kompleks. Sehingga, berlawanan dengan metode sederhana dari Wyckoff.
Ia memulai karirnya di pasar saham saat masih muda dengan bekerjasama dengan tokoh-tokoh terkemuka dan mendirikan dua majalah keuangan penting pada waktu itu. Berikut kedua majalah keuangan yang didirikan oleh Wyckoff dan rekan-rekannya:
- “ The Magazine of Wall Street ”, menjadi majalah paling populer di AS.
- “ The Trend Letter ,” sebuah layanan konsultasi keuangan tempat ia berbagi pandangannya tentang pasar keuangan berdasarkan analisisnya terhadap harga dan volume.

Menjelang akhir tahun 1920-an, Wyckoff mengalami masalah pribadi dan kesehatan sehingga harus mengasingkan diri ke French Rivera. Kemudian, tahun 1929 ia menyadari bahwa pasar akan runtuh dan kembali ke AS untuk memperingatkan teman-teman dan kliennya. Namun hal itu tidak berhasil.
Kemudian, pada tahun 1931, ia mendirikan sekolah untuk mengajarkan teknik investasinya dan berhasil dalam waktu yang cepat.
👉 Temukan Saham Dow Jones Terbaik 2025 untuk Investor Indonesia
Karya-Karya Terkenal dari Wyckoff
Sebagai seseorang yang populer, Wyckoff sangat produktif dalam menciptakan karya tulis. Selain dua majalah yang telah kami sebutkan pada bagian sebelumnya.
Ia menerbitkan beberapa buku dan mendirikan sekolah pada tahun 1931. Berikut beberapa buku yang populer dari Richard Wyckoff:
- Studies in Tape Reading: Pertama kali terbit tahun 1910 dengan nama alias Rollo Tape.
- Stock Market Technique 1 dan Stock Market Technique 2: Berisikan kumpulan artikel yang ia publikasikan ke dalam jurnalnya.

- Wall Street Ventures and Adventures Trough Forty Years: Novel yang luar biasa dengan gaya “Memoirs of a Stock Trader” karya Jesse Livermore.
- The Richard D. Wyckoff Method of Trading and Investing in Stocks: A Course of Instruction in Stock Market Science and Technique: Materi studi untuk sekolah milik Wyckoff yang ia terbitkan untuk umum.
👉 Cara Belajar Trading dari Nol, Ini Tipsnya!
Wyckoff Pattern: Tiga Hal Utama dalam Spekulasi
Menurut Wyckoff ada tiga hal yang harus trader kuasai dalam melakukan spekulasi saham, yaitu ilmu pengetahuan, teknik, dan sedikit seni. Mari kita lihat penjelasan dari ketiganya.
a. Ilmu Pengetahuan
Pertama, ilmu pengetahuan harus kita perkuat dengan mempelajari hal-hal yang mempengaruhi pasar atau aset tertentu yang sedang kita analisis. Dalam hal ini ada tiga hukum yang menjadi fokus utama Wyckoff, yaitu:
- Pasokan dan Permintaan
- Sebab akibat
- Usaha vs Hasil
Nanti kita akan melihat pembahasannya dengan lebih detil.
b. Teknik
Kedua, teknik atau metode adalah aspek mekanis yang kita gunakan untuk menganalisis “ilmu pengetahuan”. Dalam hal ini, Wyckoff menggunakan bebepara grafik, yaitu:
- Grafik vertikal (atau grafik batang)
- Point and figure charts (P&F)
- Wave charts
Wyckoff menggunakan grafik tersebut untuk menganalisis saham dari sudut pandang tertentu namun ia juga menggunakannya analisis sektor dan pasar. Kemudian, yang terakhir kami menyebutnya dengan “analisis gaya relatif” dan ini adalah hal penting dalam analisis Wyckoff. Namun, kami akan membahasnya dalam artikel yang lain.
c. Seni
Suka tidak suka, spekulasi memiliki unsur seni yang tinggi. Seorang trader yang baik, tidak peduli akan seberapa tinggi ilmunya dalam analisis dan menafsirkan pasar. Ini karena yang lebih penting dari itu keinginan untuk mengembangkan keterampilan sehingga membutuhkan banyak pengalaman, latihan, dan sedikit bakat (seni) untuk menerjemahkan semua konsep tersebut menjadi strategi spesifik yang menguntungkan dan berkelanjutan dalam jangka panjang.
👉 Ini 10 Chart Pattern (Pola Grafik) Utama: Strategi untuk Sukses Trading
Hukum Pasar Menurut Wyckoff Pattern
Salah satu filosofi analisis teknis yang paling menentukan, aspek yang paling menonjol dari metode Wyckoff adalah analisis menyeluruh terhadap prinsip dan hukum dasar yang mengatur pergerakan harga. Dengan kata lain, kita harus menguasai ilmu pengetahuan tentang terlebih dahulu dengan mempelajari variabel harga dan volume.
Ada tiga hukum pasar utama menurun Wyckoff, yaitu:
- Pasokan dan permintaan
- Sebab akibat
- Usaha vs hasil
Berikut penjelasannya:
1. Wyckoff Pattern: Hukum Pasokan dan Permintaan
Hukum ini menunjukkan bahwa harga suatu aset akan naik ketika permintaannya melebihi penawarannya. Kemudian, harga aset akan turun karena pasokannya melebihi permintaan. Grafik di bawah merupakan grafik ekonomi yang mungkin pernah kita pelajari sewaktu sekolah atau belajar ilmu ekonomi.
Sumbu X menggambarkan jumlah barang atau jasa (atau aset keuangan dalam dunia investasi). Kemudian sumbu Y menggambarkan harga perdagangan (atau harga barang maupun jasa).
Umumnya, garis permintaan akan memiliki kemiringan negatif. Ini karena ketika harganya meningkat, permintaan akan menurun. Kemudian, permintaan akan meningkat ketika harganya rendah.
Mengapa harganya bisa mengalami peningkatan dan penurunan? Mari kita lihat pada bagian selanjutnya!
Korelasi antara Pasokan dan Permintaan
Berdasarkan pandangan penawaran dan permintaan, ada dua hal yang dapat menyebabkan harga dari suatu aset dapat naik, yaitu:
- Adanya peningkatan permintaan, ceteris paribus (yaitu keadaan untuk menjaga variabel lainnya tetap stasi).
- Jumlah pasokan atau penawaran yang menurun.
Berikut kami berikan grafik yang menjelaskan kondisi tersebut:

Lalu, mengapa harga aset dapat turun? Berikut dua hal yang menjadi penyebabnya:
- Harganya turun karena pasokan yang lebih tinggi daripada permintaan.
- Harga turun karena permintaannya menurun (ceteris paribus).
Berikut grafik yang menjelaskan kondisi tersebut:

Peningkatan dan penurunan harga dapat terjadi karena adanya hukum antara pasokan dan permintaan. Ketidakseimbangan dapat terjadi ketika permintaan melebih pasokan (terjadi pergerakan ke atas) atau ketika pasokan melebihi permintaan (terjadi pergerakan ke bawah).
Berikut penjelasnnya
- Pergerakan naik: Permintaan melebihi pasokan, baik karena permintaannya meningkat secara tiba-tiba melebihi pasokan yang ada atau karena pasokan berkurang secara signifikan daripada permintaannya.
- Pergerakan turun: Pasokan melebihi permintaan. Ini terjadi karena peningkatan pasokan secara mendadak atau karena permintaan berkurang secara signifikan daripada jumlah pasokan pada saat itu.
Jika kita melihat pasar atau aset tertentu, pasti ada “pertarungan” secara konstan atara pasokan dan permintaan.
2. Wyckoff Pattern: Hukum Sebab Akibat
Wyckoff mengajarkan kita bahwa setiap pergerakan tren harga pasti berasal dari proses akumulasi atau distribusi sebelumnya. Dengan kata lain, setiap akibat pasti ada penyebabnya.
Kami lebih suka mengartikan kedua istilah tersebut menjadi keseimbangan dan ketidakseimbangan, seperti yang telah kami sarankan sebelumnya ketika berbicara tentang pasokan dan permintaan.
Pada proses terbentuknya “sebab”, secara tegas tidak ada dominasi pasokan atas permintaan atau dominasi permintaan atas pasokan. Sehingga, harganya akan bergerak lateral dalam rentang tertentu, kita menyebutnya dengan koreksi atau sideways.
Dalam kondisi itu, harga aset berada dalam keseimbangan di mana trader besar sedang mengakumulasi atau mendistribusikan. Dengan kata lain mereka sedang “membangun tujuan”.
Namun, ketika salah satu dari kedua variabel ini melemah (pasokan berkurang terhadap permintaan atau sebaliknya), maka kita kembali pada kondisi di mana salah satu dari kedua variabel ini mendominasi variabel lainnya. Sehingga, pasar kembali ke dalam ketidakseimbangan, menciptakan pergerakan tren yaitu “akibat” dari “penyebab” sebelumnya.
3. Hukum Usaha vs Hasil dari Wyckoff Pattern
Terakhir, Wyckoff memberi tahu kita bahwa setiap usaha yang kita lakukan di pasar (atau dalam aset tertentu) harus memiliki hasil yang selaras dengan usaha tersebut. Artinya, harus ada hasil yang sepadang dengan usaha tersebut. Jika hasilnya tidak selaras, kemungkinan yang kita hadapi adalah pembalikan harga.
Lalu, bagaimana cara menerjemahkannya hukum ketiga ini ke dalam harga dan volume? Mari kita bahas pada bagian di bawah ini!
Cara Menerjemahkan Hukum Usaha & Hasil
Kita akan memahaminya dengan baik ketika kita membahas tentang pemahaman order book. Sehingga, ketika harga suatu aset berada di level support atau resistance yang signifikan, kita harus memperhatikan volumenya. Ini karena volume menjadi tolok ukur dari usaha dan reaksi harga akan menjadi hasilnya.
Prinsipnya, cara paling mudah untuk memastikan keselarasan antara usaha dan hasil ketika harga menembus area support atau resistance dengan candle yang memiliki rentang yang lebar, penutupan pada harga tinggi (atau rendah), dan peningkatan volume. Seringkali kami menyebutnya dengan intention candle (atau intention volume).

Grafik di atas menunjukkan pergerakan futures mini S&P dalam timeframe 5 menit. Ini merupakan contoh yang ekstrem, sangat hiperbola dan ideal, namun berguna untuk menyampaikan konsep dengan jelas.
Pada gambar tersebut, kita melihat pergerakan harga berada pada area sideways yang bisa kita tandai dengan fase dan peristiwa menurun skema Pruden. Dapat kita amati, bahwa setelah fase C (Spring), harga mulai bergerak melawan arus. Akan sangat logis jika pada area tersebut masih ada tekanan penjual, yaitu residu supply yang bisa menjadi hambatan bagi harga untuk menembus resistance.
Oleh karena itu, perlu adanya usaha agar permintaan dapat menembus zona tersebut. Kemudian harga harus mampu menyerap seluruh sisa pasokan yang masih ada di jalurnya. Situasi ini tentu saja membuatnya semakin menantang. Hasil dan usaha ini tercermin dalam peningkatan volume, melebarnya rentang candle, dan penutupan candle di titik tertingginya.
👉 Indeks VIX: Apa itu dan Bagaimana Cara Kerjanya?
Perbedaan Akumulasi & Distribusi dalam Wyckoff Pattern
Dalam hukum ketiga tentang sebab dan akibat ini lah kita menemukan satu kontribusi terbesar Wyckoff pada teori analisis teknikal secara menyeluruh.
Ia mengemukakan bahwa berdasarkan rangkaian hubungan antara sebab dan akibat (yaitu antara keseimbangan dan ketidakseimbangan), pasar dapat berada dalam tiga fase utama, yaitu:
- Akumulasi
- Distribusi
- Fase tren
Kemudian, kita dapat merepresentasikan konsep tersebut melalui gambar berikut:

Selanjutnya, mari kita melihat penjelasan lebih jelas dari ketiga fase ini, terutama dari sisi sebab-nya. Untuk itu, kami akan menggunakan skema dari Hank Pruden. Skema ini menjadi salah satu representasi terlengkap dan kini menjadi standar analisis pasar berdasarkan pendeketan Wyckoff.
Mari kita bahas satu per satu langkah-langkah Wykoff pattern di chart!
Fase Akumulasi (Wyckoff Accumulation Pattern)
Berikut ini merupakan bagan buatan Jim Forte namun pembuatannya berdasarkan grafik Pruden.

Gambar tersebut menunjukkan gambaran dasar dari fase-fase dan peristiwa yang umum terjadi dalam sebuah proses akumulasi.
Sehingga, kita bisa melihat dua hal. Pertama rangkaian fase (dari A hingga E) kemudian yang kedua adalah rangkaian peristiwa yang mencerminkan perilaku berbeda antara pasokan dan permintaan.
Baik fase maupun peristiwa, keduanya membantu kita untuk membaca menginterpretasikan, dan menyusun urutan bagaimana pertarungan antara supply dan demand terjadi. Selain itu, kita juga dapat mengidentifikasi area-area kunci di mana kemungkinan pergerakan besar akan terjadi.
👉 Apa itu ICT Trading dan Cara Menggunakannya untuk Pemula
1. Fase A dalam Wyckoff Pattern
Fase ini menjadi tempat di mana karakter pasar berubah. Kita berpindah dari tren bearish yang jelas, dengan ketidakseimbangan yang jelas pada pasokan menuju kondisi keseimbangan. Ini karena mulai munculnya permintaan yang signifikan yang mampu menghentikan penurunan.
Fase ini menjadi awal dari proses akumulasi.
- PS (Preliminary Support): Dalam fase A ini, muncul peristiwa besar pertama. Sehingga, aktivitas beli dalam jumlah besar mulai terjadi, menciptakan area support dan resistance yang penting. Pada titik ini, umumnya terjadi peningkatan signifikan pada volume yang menunjukkan munculnya permintaan baru (new demand).
- SC (Selling Climax): Pada momen ini, tekanan jual mencapai puncaknya. Sehingga, aksi jual yang masih ini dibalas dengan aksi beli dari pelaku profesional. Titik SC ini menandai dasar cari channel akumulasi dan menjadi area yang sangat penting. Umumnya, volume perdagangan pada momen SC meningkat secara signifikan.
- AR (Automatic Rally): AR menjadi peristiwa terakhir dari fase A. Ini adalah reaksi bullish yang logis akibat masuknya gelombang pembelian pada peristiwa PS dan SC.
Titik tertinggi dari AR membantu kita untuk menentukan batas atas dari area koreksi dan menjadi area yang penting. Salah satu murid Wyckoff, Evans menyebut zona ini sebagai “The Creek“. Sebuah perumpamaan yang menggambarkan resistance yang sulit untuk dilewati.
Ibaratnya, anggota pramuka yang harus menyeberangi sungai kecil saat berjalan di hutan. Anggota pramuka menggambarkan permintaan dan sungai kecil menggambarkan resistance yang harus dihadapi.
2. Fase B Wyckoff Pattern
Fase B adalah fase keseimbangan sesungguhnya dari supply dan demand. Sehingga, pergerakan harganya berada dalam batas area koreksi yang telah titik AR dan SC tentukan. Fase ini memiliki durasi yang tidak pasti, namun umumnya berlangsung lebih lama daripada fase lainnya.
Baik dalam fase B maupun fase lainnya, biasanya muncul Secondary Test (Uji Sekunder). Yaitu, memen ketika harga melakukan uji ulang ke area batas atas atau bawah dari rentang. Namun, pengujian ini terjadi tanpa tekanan atau kekuatan yang berarti.
Oleh karena itu, pergerakan biasanya ditandai dengan candle dengan range yang sempit dan volume yang kecil. Terutama ketika mendekati zona support atau resistance, kemudian harga akan berbalik arah kembali ke dalam area koreksi.
3. Fase C pada Wyckoff Pattern
Ini menjadi awal dari berakhirnya keseimbangan antara supply dan demand. Fase ini memiliki tanda terjadinya breakout sementara ke area bawah demand. Sehingga, seolah-olah supply akan menembus support dan melanjutkan tren turun.
Namun, yang menjadi perbedaan utamanya yaitu tekanan ini bersifat sementara, seperti kejutan sesaat. Ini karena harga kembali masuk ke dalam area koreksi yang menunjukkan bahwa demand masih memegang kendali.
Peristiwa false breakout ini kita kenal sebagai SPRING dan secara praktis berfungsi sebagai “shake-out” yang menyebabkan dua hal terjadi, yaitu:
- Menjebak pelaku pasar yang berpikir bahwa tren turun akan berlanjut.
- Memicu stop-loss dari trader yang sudah berada di posisi beli (bullish) yang benar, namun memasang proteksi di bawah level support.
Spring terkadang disertai oleh Secondary Test, yang mengkonfirmasi bahwa supply sudah tidak lagi memberikan tekanan besar pada demand. Kemudian, melakukan konfirmasi bahwa pasar siap memberikan dorongan naik dan menghadapi resistance utama (The Creek).
4. Fase D Metode Wyckoff
Dalam fase D, area akumulasi mulai melemah atau mengalami breakout ke atas. Melanjutkan perumpamaan anggota pramuka tadi, keadaan ini ibaratnya anggota pramuka menemukan bagian sungai (creek) yang lebih dangkal (floating supply sudah sangat sedikit) sehingga ia bisa menyeberang tanpa rasa takut.
Kita menyebut lompatan ini sebagai JAC (Jump Across the Creek), yang menjadi tanda dari SOS (Signal of Strength) bagi demand. Oleh karena itu, permintaan tidak lagi menghadapi hambatan besar dari floating supply dan siap untuk melanjutkan pergerakan naik.
Umumnya, peristiwa ini memiliki beberapa tanda, yaitu:
- Candle yang panjang (wide range)
- Penutupannya terjadi di dekat level tertinggi (closing at highs)
- Peningkatan volume secara signifikan
Semua ini menunjukkan bahwa pasar mulai dikendalikan sepenuhnya oleh demand dan siap memasuki fase tren naik yang lebih kuat.
5. Fase E dala Wyckoff Pattern
Terakhir, harga berhasil breakout dari area akumulasi. Namun, biasanya harga akan melakukan uji ulang ke area “creek” yang sebelumnya berhasil mereka tembus. Uji ulang ini kita sebut sebagai Back to the Creek (BU) atau Last Point of Support (LPS).
Peristiwa ini berfungsi sebagai uji ulang untuk mengkonfirmasi bahwa supply tidak memiliki kekuatan untuk mendorong harga kembali ke area koreksi. Dengan kata lain, demand benar-benar menguasai pasar, imbalance telah kembali berpihak ke pembeli, dan satu-satunya arah logis pada harga yaitu mulainya tren naik (bullish trend).
Fase Distribusi (Wyckoff Distribution Pattern)
Penjelasan fase ini sebenarnya mirip dengan Wyckoff accumulation pattern. Meskipun ada beberapa perbedaan kecil, esensinya tetap sama. Mari kita lihat penjelasan singkatnya!

Pada gambar berikut, kami juga melakukan pendekatan teoretis dari Pruden untuk menjelaskan fase distribusi beserta Wyckoff pattern.
1. Fase A Distribusi Wyckoff Pattern
Dalam fase ini, kita menemukan beberapa elemen penting, yaitu:
- PSY (Preliminari Supply), yaitu munculnya pasokan awal secara signifikan sehingga mengubah karakter pasar.
- BC (Buying Climax), menjadi upaya terakhir dari permintaan untuk mempertahankan tren naik.
- AR (Automatic Responses), menunjukkan batas bawah dari area distribusi. Kita juga dapat menyebut ini sebagai ICE. Jika kita menggunakan perumpamaan, ini seperti anggota pramuka yang berjalan di atas sungai beku yang nantinya akan pecah di fase D.
2. Fase B Distribusi Wyckoff Pattern
Selanjutnya, pada fase ini akan muncul kembali beberapa hal, yaitu:
- Secondary Test (ST), menunjukkan lemahnya permintaan yang mendorong harga untuk naik.
- Terkadang, harganya sedikit menembus batas area, baik ke atas (Upthrust) maupun ke bawah (SOW – Sign of Weakness).
Namun, ha yang paling penting yaitu menunggu UTAD (Upthrust After Distribution) yang menjadi tanda berakhirnya fase B dan awal dari fase C.
3. Fase C hingga E dalam Wyckoff Pattern
Apabila supply benar-benar menguasai pasar, seharusnya harga bergerak ke bagian bawah area distribusi dan menembusnya. Peristiwa ini kita kenal dengan istilah BTI (Break the Ice) atau SOW (Sign of Weakness) yang menjadi tanda bahwa kita telah masuk ke fase D.
Kemudian, jika skenarionya berjalan lancar, harga akan kembali menguji area ICE sebelum melanjutkan tren turun ke fase E.
Penjelasan ini merupakan dasar teoretis dari fase distribusi pada Wykcoff Pattern. Kami menyajikannya dengan ringkas sehingga Anda tidak kebingungan dalam memahaminya.
Pentingnya Volume dalam Analisis Pasar dengan Wyckoff Pattern
Satu pertanyaan mendasar yang perlu di jawab, yaitu:
Mengapa volume dan pergerakan harga dapat memberikan informasi berharga terkait bagaimana supply dan demand bertarung di pasar? Apakah volume benar-benar bisa menjadi indikator yang menjawab semua pertanyaan di atas?
Kemungkinan jawaban yang muncul pertama kali adalah TIDAK. Memang kelihatannya volume tidak begitu berguna karena setiap satuan volume selalu terdiri dari jumlah beli dan jual yang sama (satu pihak membeli dan satu pihak menjual). Sehingga, jika satu bar volume selalu menunjukkan jumlah beli dan jual yang seimbang, seberapa bergunanya informasi tersebut?
Kita perlu memahami cara kerja order flow untuk menjawab pertanyaan tersebut. Ini karena peningkatan atau penurunan volume yang signifikan dapat memberikan petunjuk untuk melihat minat beli atau jual dari trader besar, baik peningkatan maupun penurunan. Sehingga, hal tersebut menjadi informasi yang sangat bernilai.
Contoh Sederhana
Perhatikan grafik saham META dalam timeframe bulanan. Dapat kita lihat bagaimana volume melonjak tajam saat harganya turun, terutama di dua bulan terakhir tahun 2023.

Apa yang mungkin terjadi dari sudut pandang supply dan demand? Tidakkah kita merasa volume sebesar itu cukup mengejutkan? Terutama karena ini terjadi sebelum harga mulai naik.
Ini karena volume besar yang muncul pada dua momen tersebut hampir pasti merupakan respons dari masuknya permintaan baru dalam jumlah yang besar. Ini karena para trader besar mulai mengakumulasi saham META di kisaran harga US$ 200 dan US$ 125.
Oleh karena itu, volume yang sangat tinggi dapat memberikan petunjuk berarti yang dapat kita pelajari, tafsirkan, dan manfaatkan dalam strategi investasi kita.
👉 Kenali Saham Teknologi FAANG dan Cara Berinvestasi di dalamnya!
Strategi Trading Menggunakan Wyckoff Pattern
Metode Wyckoff memiliki beberapa kelemahan, salah satunya adalah Wyckoff pattern bukanlah sistem investasi yang konkret. Sehingga, metode ini tidak memberikan setup entry dan exit yang spesifik dan tidak semua trader dapat menggunakannya secar universal.
Ini karena metode Wyckoff pada dasarnya hanyalah kerangka teoretis untuk membaca grafik sehingga membantu kita menginterpretasikan apa yang mungkin terjadi berdasarkan supply dan demand pada level harga tertentu. Namun, jangan salah, kegunaannya menjadi nilai tambah yang sangat besar bagi metode ini.
Meskipun demikian, kita tetap bisa menyusun strategi yang lebih spesifik sehingga Anda dapat menyesuaikannya dengan strategi investasi Anda sendiri.
Selanjutnya, kami akan menjelaskan salah satu jenis entry yang menurut kami menarik. Kami harap, ini bisa menjadi “tips” sederhana yang membantu Anda melihat bagaimana metode Wyckoff bisa diterapkan secara praktis dalam mengambil keputusan investasi.
Entry pada SPRING atau UP-THRUST
Jika kami harus memilih satu jenis setup entry saat menggunakan Wyckoff pattern, maka entry pada saat spring atau upthrust adalah pilihan utama kami. Berikut beberapa alasan yang membuat banyak trader lebih memilih entry di zona spring:
- Saat pola ini muncul, biasanya kita sudah memiliki riwayat di sebelah kiri grafik berupa fase dan peristiwa yang pernah terjadi sebelumnya. Sehingga, membantu kita untuk memahami struktur pasar serta menentukan secara lebih presisi batas-batas area dari akumulasi dan distribusi.
- Spring merupakan peristiwa yang mencolok karena diawali dengan breakout yang tampak “niat” (ada keseimbangan angara usaha dan hasil). Namun, ternyata hal ini hanyalah jebakan (terjadi ketidakseimbangan atara usaha dan hasil). Momen pemulihan kembali dalam rentang ini seringkali sulit untuk kita prediksi secara real-time, sehingga tindakan yang paling aman adalah menunggu terjadinya uji ulang (ST) sebelum melakukan entry.
- Setup ini memungkinkan kita untuk menempatkan Stop Loss yang relatif ketat. Baik di bawah titik spring (atau di atas Up-thrust) maupun di luar batas atas/bawah pada area akumulasi atau distribusi.
- Potensi kenaikan pertama biasanya terdapat pada area stream (ICE). Yaitu, di mana supply (atau demand) cenderung muncul kembali. Jika pada akhirnya harga menembus level ini (break the ice), potensi keuntungannya bisa jauh lebih besar, sekaligus memberikan peluang dalam mengoptimalkan rasio risiko dan imbal hasil.
Contoh Teoretis Ideal pada Bitcoin
Grafik di bawah ini menunjukkan level terendah Bitcoin di akhir tahun 2022, ketika harganya sempat turun di bawah US$ 20.000 per BTC. Pada gambar tersebut kami telah memberikan label pada berbagai peristiwa Wyckoff yang sudah kita bahas sebelumnya. Namun, kamit tidak menyertakan pembagian fase sehingga grafiknya tidak terlihat terlalu padat.

👉 Apakah Mungkin Harga Bitcoin Tembus 120.000 USD? Begini Proyeksinya!
Apa ide di balik entry pada Spring?
Inti dari entry pada momen spring adalah menunggu harga kembali masuk ke dalam area range perdagangan. Semakin awal kita masuk saat harganya belum benar-benar pulih ke dalam range, semakin besar risiko yang kita ambil. Ini karena demand belum menunjukkan kekuatannya dengan optimal.
Namun, saat harganya berhasil masuk kembali ke dalam range, situasinya berubah. Di titik ini muncul peluang menarik bagi Anda untuk “mencoba peruntungan” secara terukur.
Tentu saja, tidak mudah untuk melakukan entry seperti ini. Gambaran ini hanyalah contoh ideal yang bertujuan untuk menyampaikan konsep dasar karena pasar nyata lebih kompleks dan jarang memberikan sinyal sejelas ini.
Namun, jika berhasil melakukan entry di zona Spring, Anda memiliki potensi profit setidaknya mencapai batas atas dari area channel. Batas tersebut menjadi target pertama yang perlu dicapai.
Dalam banyak kasus, dengan hanya mencapai target range ini saja, Anda sudah bisa berpuas diri dan menutup posisi dengan imbal hasil yang layak.
Namun, yang menjadi potensi sesungguhnya yaitu ketika harga berhasil menembus batas atas range. Di situlah peluang keuntungannya jauh lebih besar.
Kapan Harus Keluar dari Posisi dan Bagaimana Cara Mengelolanya?
Ingat, Anda harus selalu melakukan perencanaan exit position sebelum melakukan entry.
Sehingga, penting untuk mengetahui batasan harga yang secara otomatis akan membatalkan prakiraan entry Anda sejak awal. Oleh karena itu, jika harga mencapai level tersebut, Anda harus menutup posisi tanpa ragu dan menerima kerugian yang sesuai dengan toleransi Anda.
Kerugian ini harus berada dalam batas yang dapat diterima berdasarkan manajemen risiko terhadap total modal Anda. Wyckoff memberikan saran supaya kita tidak pernah membuka posisi dengan rasio risk/reward kurang dari 1:3. Artinya, jika Anda mengharapkan keuntungan 10 poin, maka Anda tidak boleh mengambil risiko lebih dari 3,3 poin jika pasar tidak berjalan sesuai dengan prediksi Anda.
Pertanyaan kunci sebelum melakukan entry
Apakah potensi kenaikan harga cukup besar untuk menutup minimal tiga kali jarak ke Stop Loss saya?
Untuk menjawabnya, Anda harus tahu beberapa hal berikut:
- Di mana sebaiknya menempatkan Stop Loss
- Berapa minimum potensi pergerakan harga jika analisis berjalan sesuai dengan skenario
Jawaban secara umum sudah kami sampaikan sebelumnya. Stop loss dan exit target harus Anda tempatkan pada level harga di mana hipotesis entry Anda dapat secara otomatis batal atau selesai.
Menentukan stop dan exit berdasarkan Spring
Misalnya, prakiraan entry pada saat harga telah kembali ke dalam area akumulasi setelah peristiwa Spring. Artinya demand kembali mendominasi dan supply mulai melemah atau tidak lagi menekan harga.
Berikut lebih detilnya:
- Stop Loss: Pada level harga mana kita dapat menyimpulkan bahwa “spring” ternyata tidak benar-benar terjadi? Jawabannya jelas, ada di bawah level terendah dari spring tersebut. Pada BTC, artinya berada di bawah level US$ 16.000.
- Exit Target: Pada level harga mana kita bisa mulai melihat adanya potensi tekanan supply baru yang dapat menghambat kenaikan harga? Jawabannya adalah bagian atas dari range akumulasi. Yaitu, area harga yang terbentuk oleh AR, kita juga mengenalnya sebagai stream.
Contoh ini adalah salah satu cara untuk menerapkan konsep dasar Wyckoff secara praktis, meskipun metode ini bukan sistem penghitungan yang objektif dan tidak memberikan aturan entry maupun exit tertentu.
Sehingga, tanggung jawab atas penerapan konsep Wyckoff ini berada pada masing-masing trader. Oleh karena itu, setiap trader maupun investor harus merancang sendiri aturan entry dan exit yang sesuai dengan strategi mereka. Tergantung apakah mereka menggunakan pendekatan murni Wyckoff atau menggabungkannya dengan metode analisis teknikal maupun fundamental lainnya.
Ingat, kreativitas manusia tidak terbatasnya. Bisa jadi ada strategi-strategi berhasil lainnya yang tidak pernah terpikirkan oleh kita meskipun sudah bertahun-tahun berada dalam dunia trading.
👉 Order Saham: Pahami Jenis dan Penggunaannya
Wyckoff Pattern: Opini Rankia
Prinsip dasar dari metode Wyckoff sebenarnya cukup mudah unuk kita pahami. Oleh karena itu, metode ini sangat populer bagi ribuan investor di seluruh dunia. Namun, sayang Wyckoff bukanlah “holy grail” dalam dunia trading.
Metode ini memiliki banyak keunggulan, misalnya membantu kita membaca grafik dengan lebih mendalam dan bukan sekadar mencari pola grafik. Volume dan harga memberikan informasi yang sangat berharga sehingga kita bisa memahami apa yang sedang terjadi di pasar dari sisi supply dan demand. Strategi yang dibangun dengan dasar metode Wyckoff memiliki fundamental yang lebih kuat daripada strategi lainnya.
Namun, tetap ada kritik, keterbatasan, dan ketidakjelasan dari metode ini yang perlu kita pelajari lebih detil. Jika Anda ingin mendapatkan lebih lanjut tentang informasi ini, pantau terus artikel-artikel terbaru dari Rankia.
Kesimpulannya, metode Wyckoff adalah suatu folosofi dalam membaca pasar, bukan sekadar startegi teknikal. Metode ini bertujuan memprediksi pergerakan harga berdasarkan proses akumulasi dan distribusi. Kemudian, metode ini juga membahas keseimbangan antara usaha (effort) dan hasil (result) dengan mempertimbangkan apa yang digerakkan oleh kekuatan supply dan demand saat ini.
Selamat datang di dunia Wyckoff!
Pertanyaan yang sering diajukan (FAQ)
Wyckoff Pattern adalah pendekatan analisis teknikal yang memetakan pergerakan harga berdasarkan interaksi antara supply (penawaran) dan demand (permintaan). Pola ini mengidentifikasi fase akumulasi, distribusi, dan transisi harga, membantu trader memahami niat pelaku pasar besar dan menentukan waktu terbaik untuk entry atau exit.
Wyckoff cocok untuk trader yang berfokus pada analisis teknikal mendalam. Meskipun tidak memberi sinyal entry/exit otomatis, pola ini bermanfaat bagi swing trader dan investor jangka menengah-panjang yang ingin memahami konteks pasar, bukan hanya sinyal jangka pendek. Namun, trader harian mungkin perlu mengombinasikannya dengan indikator tambahan untuk keputusan yang lebih cepat.