Pahami Perbedaan Reksadana dan Saham

Reksadana dan saham merupakan dua instrumen investasi yang populer di kalangan para investor Indonesia. Ini karena ketika kita akan mulai masuk ke pasar modal, kebanyakan investor pasti akan merekomendasikan keduanya. Kedua instrumen investasi tersebut memiliki potensi keuntungan yang bagus dan cocok menjadi pilihan sesuai dengan kebutuhan investor.

Tidak sedikit investor yang dapat membedakan keduanya, terutama bagi investor pemula. Secara singkat saham adalah dokumen berharga yang menunjukkan bagian dari kepemilikian suatu perusahaan. Sedangkan dalam reksadana, manajar investasi akan menginvestasikan modal Anda dalam saham yang ada di BEI.
Salah manajer investasi terkemuka adalah MNC Sekuritas dari PT MNC Kapital Indonesia Tbk (BCAP). MNC Sekuritas tidak hanya menyediakan layanan investasi saham, namun juga menyediakan beragam produk reksadana.
Dalam artikel ini, kami akan membahas perbedaan saham dan reksadana. Kemudian, kami juga akan membahas beberapa karakteristik penting seperti tingkat risiko, likuiditas, biaya, dan pajak yang berkaitan dengan kedua produk ini. Yuk, simak untuk tahu lebih jelas!
👉 Jika Anda ingin memulai berinvestasi, baca artikel yang kami tulis: Memulai Investasi bagi Pemula & Anak Muda: Panduan
Pengertian Reksadana dan Saham
Reksadana
Reksadana adalah instrumen investasi di mana manajer investasi mengumpulkan dan mengelola dana dari banyak investor. Kemudian mereka menginvestasikan dana tersebut ke dalam beberapa aset seperti saham, obligasi, maupun pasar uang. Ketika investor ingin berinvestasi pada instrumen investasi ini, mereka membeli unit penyertaan reksadana.
Pendistribusian keuntungan maupun kerugian pada instrumen ini sesuai dengan jumlah unit yang investor miliki. Selain itu, reksadana menawarkan diversifikasi investasi, manajemen profesional, serta kemudahan akses bagi pemodal kecil.
Namun, tentu saja hal ini memiliki risiko tersendiri dan bergantung pada pemilihan jenis asetnya. Anda dapat memilih berbagai jenis reksa dana, yaitu pasar uang, pendapatan tetap, dan saham.
👉 Pahami juga kelebihan dan kekurangan berinvestasi reksa dana: Investasi Reksa Dana: Kupas Tuntas Kelebihan dan Kekurangannya
Saham
Saham merupakan surat berharga yang mewakili kepemilikan bagian dari suatu perusahaan. Dengan membeli instrumen ini, investor menjadi pemiliki sebagian perusahan. Sehingga mereka berhak atas bagian dari keuntungan perusahan, yang kita sebut dengan dividen. Selain itu kita juga akan mendapatkan keuntungan dari kenaikan harganya.
Perdagangan aset ini terjadi di bursa efek, di Indonesia kita mengenalnya sebagai Bursa Efek Indonesia. Harga dari saham dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kinerja perusahaan, kondisi ekonomi, dan sentimen pasar. Investasi pada aset ini menawarkan potensi keuntungan yang tinggi.
Namun, tentu saja terdapat risiko yang signifikan, misalnya kemungkinan akan hilangnya sebagian atau seluruh modal jika mengalami penurunan harga. Sehingga perlu pertimbangan yang matang dalam menentukan saham perusahaan yang akan Anda pilih.
Perbedaan Pengelolaan Investasi Reksadana dan Saham
Selanjutnya dari segi pengelolaan investasi keduanya memiliki perbedaan. Berikut merupakan penjelasan pengelolaan investasi pada masing-masing instrumen:
Reksa Dana
Pada instrumen investasi ini, yang menjadi pengelola dananya adalah manajer investasi. Mereka bertugas dalam pengumpulan dana dari berbagai investor, kemudian menginvestasikannya dalam saham, obligasi, dan instrumen pasar uang lainnya. Manajer investasi juga memiliki beberapa tugas, yaitu mengelola portofolio, analisis pasar, dan menentukan strategi investasi yang optimal.
Sehingga, investor tidak perlu secara aktif mengelola investasinya karena semua prosesnya telah manajer investasi kerjakan secara aktif. Singkatnya, reksa dana menawarkan diverisifikasi risiko, likuiditas yang tinggi, dan cocok bagi investor pemula maupun yang telah berpengalaman.
👉 Apa itu Diversifikasi: Pengertian, Kriteria & Cara
Saham
Pengelolaan investasi pada instrumen ini melibatkan pembelian dan penjualan saham perusahaan pada pasar modal, tujuannya memperoleh keuntungan. Sehingga investor dapat mengelolanya secara mandiri. Pengelolaan instrumen ini membutuhkan analisis fundamental maunpun teknikal untuk mengevaluasi kinerja perusahaan serta tren pasar.
Sehingga investor harus menentukan profil risikonya oleh karena aset ini memiliki volatilitas yang tinggi. Strategi yang dapat investor terapkan adalah dengan menentukan waktu yang tepat untuk masuk atau keluar perdagangan. Sealin itu, investor juga harus mengikuti perkembangan ekonomi dan berita perusahaan.
Tujuannya adalah mendapatkan capital gain dan dividen dari saham yang mereka miliki. Pelajari Bagaimana Cara Menerima Dividen Bulanan?
Perbedaan Tingkat Risiko Reksadana dan Saham
Reksa Dana
Instrumen ini cenderung memiliki tingkat risiko yang lebih rendah daripada berinvestasi dalam saham langsung. Hal ini karena OJK mewajibkan para manajer investasi untuk mendiversifikasi portofolionya. Investasi dananya tersebar pada berbagai jenis sektor sehingga dapat meminimalkan risiko kerguian.
Instrumen investasi tersebut memiliki risiko pasar di mana nilai aset dapat turun karena pasar yang berfluktuasi. Risiko lainnya adalah risiko kredit pada pendapatan tetap yang terjadi ketika penerbit obligasi gagal bayar. Selanjutnya, terdapat risiko likuiditas ketika manajer tidak dapat menjual aset saat dibutuhkan sehingga terjadi penundaaan penarikan dana.
Risiko lain yang harus Anda perhatikan adalah manajerial. Hal ini terjadi ketika pengelola mengambil keputusan yang kurang tepat dan berpengaruh pada kinerja reksa dana.
👉 Kecerdasan Buatan (AI): Berinvestasi dalam Saham, Reksa Dana, dan ETF
Saham
Instrumen investasi ini memiliki risiko yang lebih tinggi jika kita bandingkan dengan reksa dana. Hal tersebut terjadi karena informasi yang manajer investasi ketahui berbeda dengan investor individu. Sehingga keputusan investasi dari manajer investasi akan lebih matang daripada investor individu.
Selain itu, tidak semua investor individu memiliki pengetahuan yang baik akan analisis teknikal maupun analisis fundamental. Perlu pengalaman bertahun-tahun untuk mempelajari dan menerapkan beberapa strategi dari analisis yang telah investor lakukan. Sehingga Anda juga harus mempersiapakan dana yang tidak sedikit untuk belajar dari pengalaman.
👉 Berinvestasi di Taiwan melalui Saham, ETF, dan Reksa Dana
Potensi Pengembalian: Reksadana vs Saham
Reksa Dana
Potensi pengembalian pada instrumen investasi ini bergantung pada jensi reksa dana yang investor pilih. Jenis yang memiliki pengembalian paling tinggi adalah reksa dana saham dan obligasi. Namun, keduanya memiliki risiko yang sebanding dengan pengembaliannya.
Jika mencari pengembalian yang stabil namun lebih rendah, Anda dapat memilih reksa dana pendapatan tetap. Kemudian, jenis reksa dana yang berinvesasi pada instrumen yang likuid seperti deposito juga memberikan pengembalian yang rendah dengan risiko yang minim. Singkatnya, pengembalian pada instrumen ini bergantung pada manajer investasi yang mengelola portofolio, kondisi pasar, dan durasi investasi.
👉 Ini Rekomendasi Reksa Dana Terbaik di Indonesia
Saham
Instrumen investasi ini memiliki potensi pengembalian yang sangat tinggi, namun hal ini juga memiliki risiko yang tinggi. Pengembalian dari saham dapat investor melalui dua hal, yaitu capital gain (kenaikan harga saham) dan dividen. Keduanya adalah cara investor untuk mendapatkan keuntungan dari investasi saham.
Mari, kita bahas satu per satu cara mendapatkan keuntungan. Pertama, capital gain merupakan keuntungan yang investor peroleh dari kenaikan harga saham. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya sentimen pasar dari kinerja perusahaan yang baik.
Kemudian, selain melalui capital gain, investor mendapatkan keuntungan dari dividen. Dividen merupakan pembagian keuentungan yang perusahaan peroleh dan jumlahnya sesuai dengan kepemilikan saham. Biasanya, perusahaan akan membagikan dividen pada periode tertentu.
👉 Saham Terbaik di Indonesia, Layak Dibeli!
Perbedaan Likuiditas Reksa Dana dan Saham
Reksa Dana
Likuiditas merupakan kemudahan investor dalam melakukan pencairan atau penjualan investasinya. Umumnya, reksa dana memiliki likuiditas yang tinggi. Terutama apabila Anda berinvestasi pada reksa dana pasar uang dan pendapatan tetap yang berinvestasi pada instrumen yang mudah dijual.
Biasanya, ketika melakukan pencairan dana pada instrumen ini akan membutuhkan waktu 2 – 7 hari kerja. Waktu yang cukup lama apabila kita membutuhkan dana dengan cepat, sehingga Anda harus memperkirakan waktu yang tepat untuk melakukan penarikan. Hal ini tentunya membuat likuiditasnya lebih rendah daripada saham yang akan kita bahas di bawah ini.
Saham
Instrumen investasi ini memiliki likuiditas yang lebih tinggi apabila kita bandingkan dengan reksa dana. Ini karena kita dapat dengan mudah membeli atau menjual saham tanpa memepengaruhi harganya secara siginifikan. Jika ingin berinvestai pada aset yang sangat likuid, sebaiknya Anda berinvestasi pada saham-saham bluechip, yaitu saham yang memiliki banyak pembeli dan penjual.
Hal tersebut memungkinkan Anda untuk melakukan transaksi dengan cepat dan pada harga yang wajar. Namun, ada juga saham dengan likuiditas yang rendah, biasanya saham dengan volume perdagangan yang kecil.
Beda Saham dan Reksadana dalam Hal Biaya
Reksadana
Terdapat beberapa biaya yang harus Anda pahami terlebih dulu sebelum membeli reksadana. Biaya pada instrumen ini terbagi menjadi 2, yaitu biaya transaksi dan biaya operasional. Berikut penjelasannya
Biaya Transaksi
Pembebanan biaya transaksi terjadi secara langsung atas jumlah transaksi dana Anda. Berikut merupakan pengenaan biaya transaksi pada reksadana:
- Front Load: Pembebanan biaya ini terjadi pada awal pembelian dan persentasenya mencapai 2,5%. Misalnya, jika Anda berinvestasi sebesar Rp 1 juta, maka dengan front load jumlah investasi Anda menjadi Rp 975 ribut. Hal ini karena terdapat potongan Rp 25 ribu di awal.
- Back Load: Biaya ini muncul saat Anda menjual reksa dana. Besaran back load pada umumnya adalah 2,5% dan dapat mengalam penurunan, biasanya setelah 1 tahun.
- Biaya Switching: Pembebanan biaya ini terjadi ketika Anda melakukan transfer investasi dari sebuah reksa dana ke reksa dana lainnya.
Biaya Operasional
Biaya ini terjadi secara berulang yang berkontribusi terhadap pergerakan NAV secara menyeluruh pada reksa dana. Pemberitahuan persentasenya akan terjadi setiap tahunnya. Berikut merupakan penjelasan dari biaya operasional:
- Biaya Manajemen: Merupakan biaya tahunan yang mencakup seluruh biaya langsung dalam pengelolaan investasi. Hal ini mencakup biaya memperkerjakan manajar portofolio dan tim investasi.
- Bank Kustodian: Merupakan biaya yang dibebankan oleh Bank Kustodian setiap tahunnya.
Saham
Sebelum berinvestasi pada instrumen investasi ini, Anda perlu memahami biaya yang timbul terlebih dahulu. Dalam berinvestasi saham terdapat dua biaya utama yang akan dikenakan, yaitu komisi broker dan biaya transaksi. Berikut merupakan penjelasannya:
Komisi Broker
Pertama, biaya yang muncul dalam berinvetasi saham adalah komisi broker. Broker adalah perantara antara penjual dan pembeli pada transaksi saham. Selain itu, broker juga menjadi penghubung antara investor dengan Bursa Efek Indonesia.
Komisi broker merupakan biaya yang sebelumnya telah ditentukan oleh pihak sekurtas. Biaya ini akaun muncul jika investor melakukan permintaan jual maupun beli kepada BEI. Sehingga penting bagi Anda untuk mempertimbangkan biaya pada masing-masing broker sebelum memilihnya.
Biaya Transaksi
Merupakan biaya yang harus investor bayarkan ketika melakukan jual beli saham dan memakai fasilitas BEI. Sehingga, dengan kata lain biaya transaksi merupakan biaya jasa yang harus kita bayarkan kepada BEI. Besarnya biaya transaksi tersebut terbilang cukup ringan sehingga tidak memberatkan investor.
BEI sendiri telah menentukan biaya transaksi yang harus investor bayarkan, yaitu sebesar 0,04%. Berikut merupakan rinciannya:
- 0,01% untuk Bursa Efek Indonesia (BEI)
- Sebesar 0,1% untuk Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).
- 0,01% Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI)
- Terakhir 0,01% untuk jaminan KPEI.
Cara Membeli Reksadana dan Saham
Selanjutnya, kami akan membahas proses pembelian kedua instrumen investasi ini. Secara umu, proses dalam melakukan pembelian reksa dana lebih panjang daripada membeli saham.
Dalam melakukan pembelian reksa dana, proses yang harus Anda lalui lebih panjang. Pertama, ketika akan membeli reksa dana, Anda harus membelinya melalui APERD (Agen Penjual Reksa Dana). Kemudian, setelah melakukan pembelian, Anda akan dihubungkan dengan manajer investasi dan bank kustodian.
Namun, saat ini Anda dapat dengan mudah melakukannya melalui market place reksa dana seperti Bareksa. Platform ini memudahkan berinvestasi reksa dana hanya dengan menggunakan smartphone.
Hal ini berbeda jika Anda berinvestasi pada saham. Proses investasinya cenderung lebih sederhana dan telah tersedia banyak sekuritas untuk berinvestasi dalam aset ini, seperti Indo Premier Sekuritas (IPOT). Anda hanya perlu mendaftarkan diri pada sekuritas dan membuar RDN (Rekening Dana Nasabah).
Setelah melakukan verifikasi, Anda sudah bisa mulai berinvestasi saham melalui platform tersebut.
👉 Bareksa vs Bibit: Keunggulan, Layanan & Biaya
Aturan Pengenaan Pajak Reksadana vs Saham
Dengan mengacu UU No. 8 Tahun 1995 yang menjelaskan jika reksa dana merupakan kontrak investasi kolektif atau perseorangan. Sehingga kita dapat menyimpulkan bahwa reksa dana pasar uang, saham, dan pendapatan tetap tidak terkena pajak. Hal ini karena instrumen investasi ini merupakan produk investasi yang menghimpun modal dari masyarakat, kemudian manajer investasi mengelolanya.
Namun, Anda tetap harus melaporkannya lewat SPT tahunan. Pasalnya insturmen ini termasuk dalam harta kekayaan. Tidak hanya itu, instrumen ini juga merupakan harta yang sama halnya dengan emas, tanah, uang tunai hingga bangunan. Oleh karena itu, Anda harus tetap melaporkannya.
Berikutnya, kita akan membahas pengenaan pajak pada instrumen saham. Pada instrumen investasi ini, Anda akan mengalami pengenaan pajak ketika menjual saham dan memperoleh dividen. Menurut BEI, tarif PPh final pada transaksi penjualan saham adalah 0,1% dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan (Pasal 1 Ayat (2)a PP 14/1997).
Sehingga pengenaan pajak pada saat menjual saham tidak memperhatikan Anda mendapat keuntungan atau mengalami kerugian. Selain itu, jika Anda menerima dividen, akan ada pengenaan pajak sebesar 10% dari penghasilan bruto (Pasal 17 Ayat (2) huruf C UU PPh). Kemudian, investasi saham termasuk sebagai harta yang wajib Anda laporkan pada SPT pajak.
👉 Peraturan Pajak Penghasilan Terbaru: Pengertian PPh & Skemanya! 2024
Kesimpulan
Setelah melihat kedua penjelasan instrumen investasi ini, baik reksa dana dan saham memiliki karakteristik masing-masing. Sehingga ketika akan memilihnya, Anda harus menyesuaikannya dengan profil investasi dan risiko Anda. Hal ini agar Anda tidak salah memilih instrumen investasi yang berujung mengalami kerugian dan kehilangan modal.
Pertama, jika Anda ingin berinvestasi secara pasif dengan risiko yang minimal, reksa dana menjadi pilhan yang sesuai. Dengan berinvestasi di dalamnya, Anda tidak perlu memantau secara terus-menerus investasi Anda karena telah dikelola oleh Manajer Investasi. Namun, instrumen investasi ini memberikan imbal hasil yang cenderung kecil, tidak sebesar saham.
Kedua, jika Anda ingin berinvestasi secara aktif, saham menjadi pilihan yang sesuai. Anda bisa mendapatkan keuntungan yang besar melalui capital gain. Namun, Anda juga bisa mendapatkan keuntungan melalui pembagian dividen dari perusahaan. Perlu diperhatikan bahwa instrumen investasi ini memiliki risiko yang tinggi, sehingga harus berhati-hati dalam memilih saham perusahaan.
👉 Jika Anda ingin melakukan review reksa dana Bareksa, baca Review Bareksa: Kelebihan dan Cara Menggunakan!
Pertanyaan yang sering diajukan (FAQ)
Dalam saham, investor atau trader mengelola dana investasinya secara mandiri, sedangkan pada reksa dana saham, dana dikelola oleh Manajer Investasi. Investor hanya menerima laporan melalui fund fact sheet dan mendapatkan keuntungan dari hasil investasi.
Reksa dana cenderung memiliki risiko lebih rendah dibandingkan investasi saham langsung karena adanya diversifikasi. Di sisi lain, saham memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi dibandingkan reksa dana. Perbandingan antara pasar saham dan reksa dana selalu menjadi topik yang hangat dibahas. Penting untuk memahami kelebihan dan kekurangan dari kedua pilihan ini sebelum menentukan mana yang paling sesuai untuk Anda.