Prospek Saham Pertambangan di Indonesia, Masih Menarik?

Saham pertambangan bisa menjadi pilihan yang menarik. Terutama karena sektor ini masuk dalam sektor terbesar pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor pertambangan menyumbang sekitar 8,99% terhadap perekonomian Indonesia.

Selain itu di pasar saham Indonesia, sektor pertambangan menjadi sektor paling besar kedua di IHSG. Sektor ini menyumbang sekitar 27,1% bobot IHSG. Tak heran, sektor pertambangan masih jadi saham yang banyak diincar oleh investor.
Lalu bagaimana prospek saham pertambangan dan apa yang harus investor perhatikan apabila ingin membeli saham di sektor pertambangan?
👉🏻 Cara Investasi di Komoditas: Panduan Lengkap Investasi
Apa itu saham pertambangan?
Saham sektor pertambangan adalah saham dari perusahaan yang bergerak di sektor pertambangan. Nah sektor pertambangan ini terbagi menjadi:
- Minyak dan gas bumi: PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC)
- Bahan bakar mineral atau energi (batu bara dan mineral radioaktif lainnya): PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO)
- Mineral logam (emas, perak dan nikel): PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO)
- Mineral bukan logam (fosfat, belerang, marmer, gamping dan intan): PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dan PT Semen Baturaja Tbk (SMBR)

Perusahaan-perusahaan yang masuk di sektor pertambangan melakukan kegiatan eksplorasi, eksploitasi, pengolahan dan distribusi hasil tambang.
Di Bursa Efek Indonesia (BEI), investor akan menemukan saham sektor pertambangan di dua indeks sektoral yaitu IDXENERGY dan IDXBASIC.
Kontribusi sektor pertambangan terhadap ekonomi di Indonesia cukup besar. Per April 2025, ekspor migas tercatat berkontribusi sebesar US$ 1,17 miliar dari total ekspor sebesar US$ 20,74 miliar. Sementara itu nilai ekspor non-migas tercatat sebesar US$ 19,57 miliar, di mana kontribusi sektor pertambangan sebesar US$ 3,15 miliar.
Nah, ekspor komoditas non-migas pertambangan unggulan di Indonesia adalah batu bara yaitu dengan kontribusi 9,89% sejak awal 2025 atau nilainya US$ 8,17 miliar.
Faktor-faktor yang memengaruhi kinerja saham pertambangan
- Harga komoditas global: sektor pertambangan sangat terkait erat dengan harga komoditas di pasar global. Saat harga mengalami peningkatan, maka kinerja perusahaan akan meningkat dan pada akhirnya mendorong harga sahamnya. Penyebab harga komoditas bergerak antara lain:
- Suku bunga acuan bank sentral
- Nilai tukar mata uang yang digunakan untuk perdagangan
- Kondisi ekonomi global
- Kebijakan moneter beberapa bank sentral
- Aktivitas spekulasi di pasar komoditas
- Kondisi geopolitik, kondisi keamanan suatu negara atau wilayah bisa memberikan kestabilan harga
- Permintaan global: semakin tinggi permintaan global terhadap bahan-bahan tambang maka kinerja perusahaan juga akan membaik. Misalkan di tengah era kendaraan listrik, permintaan tambang nikel semakin tinggi. Ini akhirnya akan terlihat pada angka penjualan yang juga meningkat. Sementara itu, jika ada oversupply maka harga akan tertekan.
- Kebijakan pemerintah: kebijakan proteksionisme seperti larangan mengirim bahan baku mentah, kuota ekspor hingga kebijakan emisi karbon akan sangat memengaruhi kinerja perusahaan pertambangan. Namun bisa menjadi hal positif ketika kebijakan larangan pengiriman bahan baku mentah dilaksanakan dengan baik. Sebab industri pengolahan dalam negeri akan meningkat seperti pengolahan nikel menjadi batu baterai. Larangan ekspor bijih nikel Indonesia sempat mendorong harga nikel global.
- ESG: kebijakan seperti net zero emission dan kebijakan yang mengutamakan aspek lingkungan, sosial dan tata kelola akan memengaruhi kinerja saham pertambangan. Perusahaan yang tidak mengikuti aspek ESG biasanya akan mendapat sentimen buruk di mata investor. Sementara itu banyak investor institusional yang kini mewajibkan adanya standar ESG tertentu sebelum berinvestasi.
Daftar saham pertambangan di Indonesia
Daftar saham di sektor pertambangan di Indonesia terbagi di dua indeks sektoral utama yaitu IDXENERGY dan IDXBASIC. Kami akan memberikan daftar saham dengan kapitalisasi terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI):
Sektor Energi | Sektor Bahan Baku |
AADI | AMMN |
ADRO | ANTM |
ADMR | BRPT |
AKRA | BRMS |
BUMI | ESSA |
BYAN | INCO |
CUAN | INKP |
DEWA | INTP |
DSSA | MBMA |
ENRG | MDKA |
GEMS | NCKL |
ITMG | TINS |
MEDC | |
PGAS | |
PTBA | |
PTRO | |
RATU | |
TCPI |
Risiko investasi di saham pertambangan
- Kondisi geopolitik: konflik antarnegara atau krisis global akan sangat memengaruhi harga komoditas. Misalkan saat konflik Rusia-Ukraina, harga komoditas meningkat tajam. Begitu juga saat ada rencana penutupan Selat Hormuz di Iran yang akan menaikkan harga minyak dunia. Hal ini terjadi karena adanya gangguan rantai pasok dan perdagangan. Kondisi ini akan berdampak pada biaya operasional dan pendapatan perusahaan tambang.
- Risiko operasional: risiko ini bisa berupa bencana alam, pencabutan izin hingga kegagalan eksplorasi yang bisa menurunkan nilai perusahaan. Kondisi ini bisa menyebabkan kerugian pada perusahaan dan akhirnya akan terlihat pada harga saham yang turun, karena investor akan mencari perusahan lain yang bisa menjanjikan keuntungan.
- Volatilitas pada saham pertambangan: saham pertambangan biasanya diperdagangkan dengan valuasi tinggi saat harga komoditas naik. Namun bisa turun sewaktu-waktu apabila ada sentimen negatif. Kondisi ini akan dimanfaatkan investor spekulatif yang akan mendorong volatilitas yang tinggi pada saham pertambangan.
👉🏻 Menarik untuk disimak: Cara Investasi Kakao dari Indonesia
Prospek saham pertambangan di Indonesia
Prospek saham pertambangan di Indonesia tahun ini dipengaruhi oleh tantangan global dan regulasi terbaru. Saat ini pemerintah menetapkan royalti terbaru untuk sektor pertambangan:
- Royalti untuk nikel ore naik dari 10% ke 14-19%, nikel matte naik dari 2% ke 4,5%-6,5%, ferro nikel hingga 6% dari harga per ton.
- Tarif royalti untuk batu bara maksimal 17% tergantung tingkat kalorinya, dari yang sebelumnya 13,5% (PP Nomor 18 Tahun 2025).
- Tarif royalti emas terbaru 16% dari yang sebelumnya maksimal 10% (PP Nomor 19 Tahun 2025) dari harga per troy ounce
- Untuk timah, tarif royalti berlaku progresif dari 3-10% dari yang tadinya berlaku tarif tunggal 3%
- Tembaga: 7-10% dari harga per ton
- Perak: 5% dari harga per troy ounce
- Titanium: 3,5% dari harga per ton
👉🏻 Apa itu Bullion Bank, Bank Emas yang diluncurkan oleh Prabowo
1. Nikel: alami kondisi oversupply
Sektor nikel saat ini banyak didorong oleh penjualan mobil listrik. Saat ini permintaan nikel masih cukup kuat. Sepanjang semester I-2025, penjualan mobil listrik global tercatat mencapai lebih dari 7 juta unit, naik 28% sepanjang tahun. Penjualan mobil listrik diperkirakan mencapai sekitar 20 juta unit.
Sepanjang tahun 2024, permintaan baterai EV global mencapai 950 GWh, naik 25% dari tahun sebelumnya. Sayangnya ada tekanan oversupply pada nikel yang menyebabkan harga turun signifikan. Harga benchmark nikel anjlok hingga 50% dalam tiga tahun berlebih.
2. Sektor batu bara: pelemahan permintaan dan harga jual
Sepanjang kuartal I-2025 harga batu bara global telah mengalami penurunan 21%. Lebih lanjut, harga batu bara global di tahun ini diperkirakan turun 27% secara tahunan menjadi sekitar US$ 100 per ton. Kondisi ini terjadi karena adanya penurunan produksi listrik berbasis batu bara di Asia hingga 3% sepanjang kuartal satu. Kemudian, Indonesia juga mengalami penurunan ekspor batu bara ke China hingga 12,3% dan India turun 14,3% sejak awal tahun hingga Mei 2025.
Di tengah pelemahan harga batu bara, Indonesia juga telah mengeluarkan aturan royalti terbaru.
3. Logam mulia: emas & timah alami kenaikan harga, sementara tembaga oversupply
Sejak awal tahun hingga Juni 2025, harga emas telah mengalami peningkatan hingga 26,98%. Kondisi ini terjadi karena gejolak geopolitik global, yang membuat banyak investor beralih ke aset safe haven. Adapun harga emas saat ini bergerak dikisaran US$ 3.330.
Sama halnya dengan emas, harga timah global mengalami kenaikan harga, dengan kinerja melebihi komoditas besar lainya di awal. Harga timah tercatat US$ 33,193 per ton pada 25 Juni 2025.
Logam | Kenaikan 2025 | Prediksi Pasokan | Sentimen |
Perak | + 24-27% (US$ 35 – US$ 36 per ounce) | Defisit 117-149 juta ounce | Didukung permintaan solar energy (panel surya) sejalan dengan tren teknologi hijau. |
Platinum | + 41-44% (US$ 1,27 – 1,31 per ons) | Defisit lebih dari 1 juta ounce | suplai terbatas akibat pemadaman listrik dan isu operasional di Afrika Selatan |
Palladium | + 17-18% (US$ 1,08 per ons) | mengalami penurunan demand | merupakan bahan baku konverter gasolin, sehingga tertekan oleh pergeseran ke mobil listrik. |
Dampak konflik Iran-Israel ke prospek sektor pertambangan: sentimen positif?
Iran-Israel kini tengah memanas, apalagi kita telah melihat keterlibatan Amerika Serikat dalam konflik tersebut. Asal tahu saja, menurut OPEC, Iran merupakan negara terbesar ketiga sebagai produsen minyak mentah dengan hasil 3,3 juta barel per hari di tahun 2024.
Saat eskalasi perang terus memanas, harga minyak bisa saja meningkat tajam. Menurut data Energy Institute, produksi minyak Iran pada tahun 2023 sekitar 4,6 juta barrel per hari. Angka ini menyumbang sekitar 4,8% produksi minyak dunia. Bahkan per Januari 2025, produksi minyak Iran mencapai 4,22 juta barrel per hari, naik 4,8% secara tahunan.

Nah, pada tahun 2024 sekitar 18-21 juta barrel per day (bpd) melewati Selat Hormuz yang dijaga oleh Iran. Pengiriman ini mencakup 20-25% konsumsi minyak dunia. Sementara itu, jalur alternatif di Saudi UAE hanya memiliki kapasitas pengiriman 8 juta bpd minyak, jauh di bawah kebutuhan dunia.
Kalau eskalasi konflik meningkat, artinya semakin panas dan semakin nlama maka ada risiko Selat Hormuz ditutup. Ini akan menyebabkan harga minyak dunia bisa naik ke level US$ 120 – US$ 130 per barel. Ini akan menyebabkan harga minyak naik dan mendorong harga emas, batu bara dan energi lainnya naik.
Hans Kwee – Analis Pasar Saham
Saat konflik memanas, investor akan cenderung memilih aset yang aman seperti harga emas. Selain itu, ketika Selat Hormuz ditutup maka orang akan beralih ke energi alternatif seperti batu bara, yang harganya bisa terdorong naik.
Kondisi lain yang perlu kita ketahui adalah ketika eskalasi konflik meningkat maka harga minyak yang tinggi bisa membuat APBN melemah. Selain itu orang akan cenderung mengalihkan kepemilikannya ke Dollar Amerika Serikat, sehingga bisa saja menyebabkan Rupiah melemah dan USD menguat, yang tentu ini akan merugikan Indonesia.
Cara memilih saham pertambangan untuk pemula
Kita telah membahas risiko dan prospek saham pertambangan, dan bagian inilah yang mungkin Anda tunggu. Lalu bagaimana cara memilih saham pertambangan untuk pemula? Jawaban paling mudah adalah pilih saham bluechips atau saham yang memiliki fundamental baik. Biasanya saham ini masuk dalam daftar indeks LQ45 dan IDX30.
Namun, memilih saham-saham tersebut tidaklah cukup. Anda perlu melakukan analisis pribadi. Berikut langkahnya:
- Kenali terlebih dulu profil risiko Anda sebagai investor. Misalkan Anda suka dengan keuntungan tinggi, namun tentu ini dibayangi risiko yang tinggi pula. Anda bisa pilih pertambangan nikel yang saat ini sedang terdorong pertumbuhan industri mobil listrik.
- Cek kinerja dan rasio keuangan. Perhatikan apakah perusahaan cukup efisien dalam menjalankan operasionalnya (net profit margin), bagaimana kondisi utang apakah sehat (debt to equity ratio) dan apakah valuasi saham saat ini mahal atau murah (EV/EBITDA)
- Perhatikan kebijakan yang buat oleh pemerintah, seperti kebijakan royalti, larangan ekspor atau isu lingkungan.
- Pilih perusahaan saham pertambangan yang memiliki cadangan besar dan proyek berkelanjutan.
- Periksa kondisi geopolitik yang memengaruhi harga komoditas global.
Cara beli saham pertambangan di Indonesia
Apabila Anda ingin membeli saham pertambangan di Indonesia, langkah yang perlu Anda lakukan adalah membuka akun di sekuritas. Anda bisa membeli saham pertambangan melalui IPOT atau Stockbit. Lengkapi persyaratannya, lakukan deposit dan cari kode saham yang ingin Anda beli.
👉🏻 Baca ulasan kami mengenai Rekomendasi Saham Terbaik di Indonesia 2025
Pertanyaan yang sering diajukan (FAQ)
Saham tambang yang cocok untuk investasi jangka panjang adalah saham yang memiliki cadangan besar, memiliki diversifikasi komoditas dan memiliki proyek hilirisasi. Namun ada tantangan yang perlu Anda cermati seperti volatilitas harga komoditas, regulasi dan royalti, risiko geopolitik, serta isu ESG dan lingkungan.
Masing-masing komoditas memiliki kelebihan dan kelemahan. Saham nikel memiliki permintaan jangka panjang yang tinggi sejalan dengan green energy namun kondisi saat ini oversupply jadi harga bisa turun sewaktu-waktu dan harga saham bisa mahal saat tren mobil listrik booming. Di sisi lain, harga batu bara saat ini cenderung melemah karena adanya transisi energi, namun sahamnya rutin bagi dividen seperti PTBA dan ADRO.
Pelajari bagaimana kondisi cash flow perusahaan, rasio utang, dan tren pendapatan serta laba. Jika pendapatan dan laba bersih naik, periksa penyebabnya apakah karena harga komoditas atau kenaikan volume produksi. Perhatikan juga pergerakan harga komoditas serta siklus global dan kebijakan lokal.