Cara Menggunakan Indikator Average True Range (ATR)

Indikator ATR (Average True Range) merupakan salah satu indikator dalam analisis teknikal. Pada saat melakukan analisis teknikal, kita harus mempertimbangkan beberapa indikator untuk membuat keputusan terbaik.

Indikator ATR dalam trading

Dalam artikel ini, kami akan membahas tentang definisi indikator ATR. Kemudian, kami juga akan memberikan cara untuk menggunakan indikator tersebut. Yuk, simak untuk tahu lebih jelas!

👉 Baca juga Death Cross dalam Analisis Teknikal: Pengertian dan Implikasinya

Apa itu Indikator ATR?

Indikator Average True Range menjadi indikator volatilitas yang paling terkenal dalam analisis teknikal. Welles J. Wilder merupakan tokoh terkenal yang menciptakan indikator yang awalnya bernama Volatility Index. Ia menyebutkan indikator tersebut dalam bab 3 pada bukunya yang berjulu “New Concept in Technical Trading Systems” pada tahun 1978.

Wilder menunjukkan bahwa “satu-satunya hal yang sebanding dengan volatilitas adalah rentang”. Hal ini kita pahami sebagai perbedaan antara maksimum dan minimum dari sebuah candle.

Namun, ketika ada gap yang sangat kuat antara dua sesi, perhitungan tersebut menjadi terdistorsi. Ini karena gap pada candle tidak mencerminkan total jalur yang harga tersebut ambil. Oleh karena itu, Wilder memperkenalkan konsep True Range, sehingga kita dapat mengukur kisaran harga dengan tepat.

👉 Buku Analisis Teknikal Terbaik Bahasa Inggris & Indonesia yang dapat Anda baca.

Rumus Menghitung Indikator ATR

Seperti yang kami sebutkan di bagian sebelumnya, dasar dari perhitungan ATR adalah konsep True Range (TR). Berikut perhitungan ATR dari nilai maksimum dari tiga nilai tersebut:

  • Harga tertinggi hari ini – Harga terendah hari ini
  • Nilai absolut harga tertinggi hari ini – Harga penutupan hari sebelumnya
  • Nilai absolut dari harga terendah hari ini – Harga penutupan pada hari sebelumnya

Dengan cara ini, kita akan mendapatkan rentang dan kita juga telah mengumpulkan ruang sebenarnya dari jalur harga.

Untuk lebih mudah memahaminya, berikut merupakan contoh tabelnya:

Contoh tabel perhitungan ATR

Dalam tabel tersebut, kami juga telah menghitung nilai-nilai berikut:

  • Harga tertinggi hari ini – Harga terendah hari ini (kolom Maks – kolom Min)
  • Nilai absolut harga tertinggi hari ini – Harga penutupan hari sebelumnya (kolom Max – kolom penutupan sebelumnya)
  • Nilai absolut dari harga terendah hari ini – Harga penutupan pada hari sebelumnya (kolom Min – kolom penutupan sebelumnya)

Dari nilai-nilai tersebut, kami memperoleh True Range (kolom terakhir) sebagai nilai tertinggi dari tiga nilai sebelumnya.

Untuk menghitung Average True Range cukup dengan exponential moving average (EMA) dari n periode (biasanya 14) ke nilai TR. Berikut rumusnya:

Sebagai alternatif, terdapat versi persentase dari indikator ini. John Forman yang mengembangkan indikator ini dalam artikel Cross-Market Evaluation with Normalized Average Range pada Mei 2006. Dalam artikel tersebut, Forman mengusulkan formulasi berikut yang ia sebut dengan Normalized ATR (NATR):

Versi ini mungkin lebih menarik, terutama jika kita ingin membandingkan volatilitas dari nilai perdagangan pada harga yang berbeda.

👉 Moving Average (MA): Aplikasi dan Teknik

Bagaimana Cara Menggunakan Indikator ATR?

Berbeda dengan indikator lainnya, ATR bukan untuk menentukan arah pasar. Ini karena ATR hanya mengukur besarnya volatilitas tanpa menunjukkan arah pergerakan harga. Sehingga kegunaan utamanya adalah untuk mengevaluasi risiko

Cara Menghitung Stop Loss dengan ATR

Secara khusus, ATR berguna untuk menetapkan level stop loss dan take profit berdasarkan volatilitas saat ini, terlpas dari pergerakan pasar.

Dengan menggunakan ATR, memungkinkan kita untuk menetapkan aturan objektif untuk menetapkan risiko maksimum kita. Kemudian, melihat hubungan antara risiko dan keuntungan dari posisi kita sehingga memungkinkan untuk tidak seenaknya sendiri dalam trading.

Saat menetapkan stop loss dan take profit menggunakan ATR, secara khusus kita harus mengikuti langkah-langkah berikut:

  1. Identifikasi nilai ATR saat ini.
  2. Tentukan kelipatan ATR yang akan kita gunakan.
  3. Hitung tingkat stop loss menggunakan kelipatan yang kita pilih.
  4. Hitung tingkat take profit, baik berdasarkan ATR maupun pada rasio risiko-keuntungan sehubungan dengan stop loss.

Mari kita melihat penerapannya sehingga dapat melihat dengan lebih jelas kegunaannya. Dalam grafik harian saham Alphabet (Google), kita mengidentifikasi nilai yang menembus resisten penting sebesar US$ 109,90. Sehingga kita memutuskan untuk membuka pembelian pada pembukaan hari berikutnya, yaitu pada US$ 115,40.

ATR (garis merah), menunjukkan nilai pada penutupan sesi sebelumnya yaitu sebesar US$ 2,84. Karena saham ini cukup volatil, kita menempatkan stopp loss pada jarak dua kali nilai ATR. Oleh karena itu, kita menempatkan stop loss pada US$ 115,40 – 2 x US$ 2,84 = US$ 109,80.

Jika kita menginginkan rasiko risiko-keuntungan 1 banding 2, kita hanya perlu menambahkan ke harga masuk dua kali stop loss. Sehingga nilainya sama dengan 4 ATR. Oleh karena itu, target keuntungan kita adalah US$ 115,40 + 4 x US$ 2,84 = US$ 126,84.

Level ini akan tercapai beberapa minggu kemudian.

👉 Kenali Saham Teknologi FAANG dan Cara Berinvestasi di dalamnya!

Cara Menghitung Trailing Stops berdasarkan ATR

Cara menarik lainnya untuk menggunakan ATR adalah dengan memanfaatkannya untuk menetapkan level trailing stops. Metode ini menetapkan nilai moving stop yang disesuaikan seiring dengan kenaikan harga yang menguntungkan kita.

Berikut cara untuk mendapatkan level tersebut:

  • Jika kita membeli, kita harus mengurangi kelipatan ATR dari harga tertinggi dari n candle terakhir.
  • Jika kita menjual, kita harus menambahkan kelipatan ATR ke harga terendah dari n candle terakhir.

Perolehan nilai dengan cara ini kita kenal sebagai Chandelier Exit, indikator rancangan Chuck LeBeau dan Terence Tan pada tahun 1999. Metode ini memungkinkan para trader menentukan titik ideal untuk menutup posisi mereka dengan mempertimbangkan volatilitas pasar. Sebagai parameter, para penulis menyarangkan untuk menggunakan n = 22 secara default dan mengalikan nilai ATR dengan 3.

Anda dapat melihat Chandelier Exit pada grafik per jam pasangan GBP/AUD berikut:

  • Garis hijau menunjukkan pengurangan ATR dari harga tertinggi.
  • Sementara garis merah perhitungannya dengan mengurangi ATR dari harga terendah.

Konsep dasarnya adalah menutup posisi buy jika harga menyentuh garis hijau, dan menutup posisi sell jika menyentuh garis merah. Ketika menggunakan Chandelier Exit, harus jelas bahwa ini adalah indikator untuk mengatur keluarnya posisi yang telah kita buka dengan strategi perdagangan. Sehingga kita tidak boleh menggunakannya untuk menghasilkan sinyal beli dan jual itu secara mandiri.

👉 Pelajari juga Osilator Williams untuk Trading

Cara Mengatur ATR saat Trading

ATR merupakan indikator yang terdapat pada sebagian besar platform trading, sehingga Anda tidak akan kesulitan menemukannya. Misalnya, pada TradingView, cuku cari “Average True Range“, maka akan muncul parameter yang harus Anda atur seperti pada gambar berikut:

Perhatikan bahwa Anda dapat memilih moving average yang akan diterapkan pada True Range. Jika Anda ingin menggunakan versi asli dari Wilder, Anda harus memilih Exponential Moving Average (EMA) dan length 14. Namun, tentu saja Anda dapat bereksperimen dengan jenis rata-rata lainnya.

👉 Apakah Trading Haram? Penjelasan menurut Islam & Fatwa MUI

Cara Menerapkan ATR

ATR tidak selalu menunjukkan momen tepat pada perubahan tren meskipun dapat menunjukkan momentum suatu tren. Untuk mengidentifikasi titik masuk dan keluar secara efektif, Anda harus mempertimbangkan indikator lain seperti Relative Strength Index dan Moving Average Convergence Divergence.

Berikut adalah penerapannya:

  • Nilai ATR yang tinggi menunjukkan aktivitas pasar yang tinggi. Oleh karena itu, pergerakan yang terjadi akan memiliki jangkauan yang luas. Nilai yang sangat tinggi terjadi sebagai hasil dari kenaikan atau penurunan besar dan sangat tidak mungkin ATR tetap pada nilai tinggi untuk waktu yang lama.
  • Nilai ATR yang rendah menunjukkan aktivitas yang rendah, pasar yang tenang di mana pergerakan akan pendek.
  • Nilai ATR yang rendah dalam jangka waktu lama menunjukkan konsolidasi harga dan dapat menjadi titik awal atau kelanjutan sebuah tren.

Kesimpulannya, ATR adalah alat yang membantu trader untuk mengukur volatilitas dan intensitasnya. Sehingga dapat membantu kita membuat keputusan masuk, keluar, serta penetapan stop loss yang lebih baik. Namun, ketika Anda mengandalkan volatilitas, gabungkan indikator lainnya sehingga hasilnya lebih optimal.

Pertanyaan yang sering diajukan (FAQ)

Bagaimana cara menggunakan ATR dalam perdagangan harian?

Banyak trader harian memanfaatkan ATR untuk menentukan posisi trailing stop-loss mereka. Saat melakukan perdagangan, trader perlu melihat nilai ATR terkini. Sebagai panduan umum, mereka biasanya mengalikan ATR dengan dua untuk menetapkan titik stop-loss yang dianggap ideal.

Bagaimana cara menggunakan ATR untuk menetapkan take profit?

Salah satu strategi yang sering digunakan adalah mengalikan ATR dengan faktor 1,5, 2, atau 3, lalu memakai hasil ini untuk menentukan posisi Stop Loss dan Take Profit di bawah atau di atas harga masuk. Level SL/TP sebaiknya tidak terlalu dekat dengan volatilitas harian; jika terlalu dekat, hal ini bisa mengindikasikan bahwa arah pasar sedang berubah dengan cepat.

Artikel Terkait