Death Cross dalam Analisis Teknikal: Pengertian dan Implikasinya

Death cross adalah sinyal trading yang terjadi ketika moving average jangka pendek melintasi moving average jangka panjang ke bawah. Hal ini menunjukkan kemungkinan perubahan tren dari bullish menjadi bearish. Taktik ini mendapat pengakuan luas karena kemampuannya untuk meramalkan pasar bearish.
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi apa itu dan bagaimana menerapkan strategi death cross. Selain itu, jenis aset apa yang paling tepat untuk digunakan. Mulai dari komoditas, kripto, hingga saham, kita akan menemukan bagaimana teknik ini dapat membantu melindungi investasi kita.

Apa itu Death Cross dalam Trading?
Death cross adalah istilah bagi para trader dalam analisis teknikal untuk mengidentifikasi tren bearish di pasar keuangan. Ini adalah formasi grafik dua garis tren di mana harga garis tren jangka pendek (moving average) melintasi dari atas ke bawah nilai garis tren jangka panjang yang menandakan kemungkinan mulainya tren bearish.
Dengan cara ini, para trader dapat:
- Menjual jika harga ditutup di bawah garis tren bullish.
- Atau membeli jika harga ditutup di atas garis tren bearish.

Sebagai contoh, lihat grafik Amazon dengan candlestick harian di atas. Ketika moving average 50 daily melintasi dari atas moving average 200 daily, ini mengonfirmasi penurunan harga. Hal ini menunjukkan bagaimana death cross saham AMZN bisa meramalkan koreksi signifikan, meskipun mungkin tidak selalu dari puncaknya.
Moving average jangka pendek lebih sensitif terhadap pergerakan pasar dan dapat membantu mengidentifikasi perubahan tren dengan cepat, terutama ketika terjadi death cross.
Selain menjadi sinyal tren bearish, sinyal ini juga dapat untuk mengidentifikasi level resistensi dan support. Jika aset ditutup di bawah garis tren naik, itu bisa menandakan resistensi signifikan di titik tersebut. Sebaliknya, jika harga ditutup di atas garis tren turun, itu bisa menandakan support signifikan di titik tersebut.
Sinyal ini juga berguna untuk menetapkan stop-loss dan take-profit. Hal ini tentu membantu Anda membatasi kerugian atau mengamankan keuntungan jika harga bergerak sesuai harapan. Namun, trader harus berhati-hati agar tidak terbawa oleh pergerakan harga dan menghindari menggunakan leverage yang berlebihan.
👉 Untuk melengkapi penjelasan tentang sinyal ini, Anda juga bisa membaca artikel tentang garis Cara Menggunakan Indikator Average True Range (ATR)
Bagaimana Cara Penerapan Strategi Death Cross dalam Trading?
Untuk melakukan trading dengan strategi death cross, pertama-tama pastikan tren yang sedang berlangsung adalah tren naik. Setelah itu, periksa apakah MA dengan periode yang lebih kecil berada di atas MA dengan periode yang lebih besar dan tunggu sampai tren berbalik arah. Ketika MA periode kecil mulai bergerak ke bawah dan memotong MA periode besar, itulah saatnya Anda bisa membuka posisi jual (short sell). Tempatkan stop loss dengan rasio risiko dan keuntungan sebesar 1:2.
Mari kita lihat bagaimana menerapkan strategi trading ini dengan mudah.
Langkah 1: Pilih moving average
Langkah pertama untuk menerapkan strategi ini adalah memilih moving average. Biasanya, dua moving average direkomendasikan untuk menghasilkan sinyal:
- Sebuah moving average jangka panjang, seperti MA 200 daily.
- Dan sebuah moving average jangka pendek, seperti MA 50 daily.
Kedua moving average ini harus saling bersilangan dari atas ke bawah untuk menghasilkan sinyal death cross.
Langkah 2: Menetapkan entry
Setelah memilih moving average yang tepat, langkah berikutnya adalah menetapkan titik masuk. Oleh karena itu, Anda harus menetapkan harga di mana Anda ingin membeli (posisi short) atau menjual (posisi long) aset jika sinyal ini dihasilkan. Makin dekat harga dengan sinyal ini, makin besar kemungkinannya sukses
Langkah 3: Menerapkan strategi death cross
Akhirnya, setelah menetapkan moving average yang tepat dan aset spesifik, Anda dapat mulai menerapkan strategi ini. Ketika harga aset mencapai entry yang sudah Anda tetapkan, Anda dapat melakukan operasi pembelian atau penjualan, tergantung pada arah sinyal.
Contoh Menggunakan Death Cross dalam Trading
Mari kita lihat ini dengan grafik indeks S&P 500

👉 Untuk melengkapi pengetahuan cara membaca grafik, pelajari: Grafik Lilin Jepang (Japanese Candlesticks) Di Pasar Saham: Jenis, Grafik, Dan Analisa
Para investor yang memperhatikan death cross pada grafik S&P 500 pada akhir tahun 2007 kemungkinan besar selamat dari kerugian besar. Sinyal itu muncul ketika tren penurunan (bearish death cross) sudah berlangsung cukup lama. Namun, mereka mungkin bisa menghindari dampak terburuk dari crash pasar saham tahun 2008.
Death cross pada indeks S&P 500 tahun 2007 bisa saja menyelamatkan lebih dari 50% kerugian bagi para trader yang menjual saham mereka menjelang akhir krisis. Perhatikan grafiknya, garis ungu adalah MA 50 daily dan garis oranye adalah MA 200 daily. Ini terjadi sekitar akhir Desember 2007.
👉 Untuk mengetahui lebih banyak alat trading, klik artikel berikut ini yang membahas tentang indikator teknikal.
Aset yang Cocok untuk Investasi saat terjadi Bearish Death Cross
Pada umumnya, aset yang paling masuk akal untuk menerapkan strategi ini adalah yang harganya cenderung stabil sehingga bisa meramalkan tren bearish yang segera datang. Mari kita lihat beberapa rekomendasinya:
- Obligasi pemerintah: Ini adalah salah satu aset paling aman untuk investasi saat terjadi kondisi ini karena merupakan bentuk investasi jangka panjang yang menawarkan suku bunga tetap dan mendapat dukungan pemerintah. Ini bisa menarik saat suku bunga bank sentral tinggi dan penurunan sudah mulai dipertimbangkan.
- Komoditas: Strategi ini juga dapat Anda terapkan pada komoditas karena tidak terlalu sensitif terhadap perubahan pasar dan terpengaruh oleh banyak faktor, seperti geopolitik dan iklim. Death cross pada komoditas bisa mengantisipasi situasi pasar yang sedang terjadi, yang mungkin meningkatkan produksi secara signifikan (dan menurunkan harga) yang mungkin tidak terduga. Ingatlah bahwa harga mencerminkan segalanya.
- Saham: Aset lain yang menarik adalah saham, terutama saham dengan harga yang cenderung stabil. Death cross bisa mengindikasikan penurunan harga yang signifikan. Namun, perlu Anda ingat bahwa saham lebih volatile daripada obligasi atau komoditas sehingga sinyal palsu bisa saja terjadi.
- Emas: Aset lainnya yang dapat Anda pertimbangkan adalah emas. Berbeda dengan saham, emas relatif aman dan kurang terpengaruhi oleh perubahan pasar.
Selain itu, pasangan mata uang utama atau bahkan ETF pada indeks atau sektor yang kurang volatil juga bisa menjadi pilihan sebagai aset investasi untuk menerapkan strategi ini sebagai sinyal trading.
Apakah Death Cross Adalah Strategi Investasi Terbaik?
Sama seperti teknik analisis teknikal lainnya, penting untuk diingat bahwa death cross bukanlah sinyal beli atau jual. Sebaliknya, itu harus digunakan sebagai alat untuk membantu mengonfirmasi tren yang ada dan untuk mengidentifikasi perubahan potensial dalam arah harga.
Tentu saja ini adalah alat yang berguna untuk investor. Pertama-tama karena kemudahan penggunaannya. Seperti yang telah kita lihat, menggambar dua MA pada grafik mencari titik persilangan antara keduanya adalah hal yang mudah.
Dan yang kedua, sinyal ini membantu Anda mengidentifikasi tren jangka panjang khususnya untuk investor tipe buy & hold, terutama jika digunakan pada aset yang kurang volatil.
Kelebihan dan Kekurangan Death Cross dalam Trading
Dalam penerapannya, indikator teknikal trading ini memiliki sejumlah kelebihan dan kekurangan, seperti:
Kelebihan | Kekurangan |
✅ Fungsionalitas: Dengan memprediksi kemungkinan pasar bearish, sinyal ini dapat membantu dalam situasi di mana pasar menunjukkan tanda-tanda pembalikan tren dari bullish ke bearish. Dengan mendeteksi sinyal ini lebih awal, Anda dapat mengurangi risiko dan melindungi aset Anda dari kerugian yang lebih besar. | ❌ Keterlambatan: Seperti halnya golden cross, death cross bisa memberikan sinyal yang terlambat karena berdasarkan data historis. Ini berarti pergerakan harga sudah terjadi sebelum sinyal muncul, sehingga trader mungkin kehilangan sebagian pergerakan bearish sebelum sinyal diaktifkan. |
✅ Kesederhanaan: Konsep death cross mudah dipahami dan diterapkan. Karena menggunakan dua MA (biasanya MA 50 daily dan MA 200 daily), indikator ini tidak memerlukan perhitungan kompleks atau pemahaman mendalam tentang analisis teknikal. Trader dari berbagai tingkat pengalaman dapat dengan mudah mengenali pola ini dan mengambil keputusan yang tepat. | ❌ Sinyal palsu: Di pasar yang sangat volatil, sinyal ini bisa menghasilkan sinyal jual palsu. Pasar yang volatil cenderung menghasilkan banyak fluktuasi harga yang tajam, yang dapat menyebabkan trader membuat keputusan yang tidak menguntungkan, seperti menjual aset saat sebenarnya tidak diperlukan. |
✅Universalitas: Indikator ini dapat diterapkan pada berbagai jenis aset, seperti saham, pasangan mata uang, dan komoditas. Meskipun lebih efektif pada aset yang kurang volatil, death cross masih bisa diterapkan pada berbagai instrumen keuangan, memberi fleksibilitas kepada trader untuk menggunakan strategi ini pada berbagai pasar. | ❌ Kinerja suboptimal di pasar sideway: Strategi ini mungkin tidak efektif di pasar yang tidak menunjukkan tren jelas (sideway), di mana harga tidak menunjukkan tren naik atau turun yang konsisten. Harga yang berfluktuasi dalam kisaran sempit membuat indikator ini kurang efektif, sehingga trader harus menggabungkannya dengan indikator lain atau strategi tambahan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. |
Perbedaan Death Cross vs Golden Cross
Berikut adalah perbedaan Death Cross Golden Cross yang bisa Anda jadikan pegangan utama:
Death Cross | Golden Cross |
ini adalah formasi grafik dua garis tren di mana harga garis tren jangka pendek (moving average) melintasi dari atas ke bawah nilai garis tren jangka panjang. | Golden Cross adalah kondisi saat MA jangka pendek menabrak dan melintas di atas garis MA yang memiliki rentang yang lebih panjang. |
Menunjukkan tren bearish saat death cross terjadi. | Menunjukkan tren bullish saat golden cross terjadi. |
Setelah persilangan terjadi, rata-rata pergerakan jangka panjang dianggap sebagai level resistance utama untuk pasar mulai dari saat itu. | Setelah persilangan terjadi, rata-rata pergerakan jangka panjang dianggap sebagai level support utama untuk pasar mulai dari saat itu. |
Kesimpulan
Death cross adalah alat analisis teknikal yang berharga yang dapat membantu trader mengidentifikasi kemungkinan perubahan tren dari bullish menjadi bearish. Meskipun strategi ini memiliki kekurangannya, kesederhanaan dan penerapannya pada berbagai macam aset membuatnya menjadi taktik yang perlu dipertimbangkan oleh setiap investor.
Namun, seperti dengan strategi investasi apa pun, disarankan untuk menggunakan death cross dalam kombinasi dengan sinyal lain dan teknik analisis untuk memaksimalkan efektivitasnya dan meminimalkan risiko.
Setelah memahami tentang death cross, alangkah baiknya kalau Anda juga memahami pengetahuan lain seputar analisis teknikal melalui artikel di bawah ini.
FAQs – Pertanyaan yang Sering Diajukan
Death cross adalah pola grafik yang menunjukkan peralihan dari pasar bullish ke pasar bearish. Indikator teknikal ini terjadi ketika MA jangka pendek (umumnya digunakan MA 50 daily) melintasi dari atas ke bawah MA jangka panjang (MA 200 daily).
Death cross telah membantu memprediksi beberapa pasar bearish terburuk dalam 100 tahun terakhir, seperti pada tahun 1929, 1938, 1974, dan 2008. Namun demikian, karena merupakan indikator yang tertunda, yang berarti hanya mengungkapkan kinerja masa lalu sebuah saham, death cross tidak 100% dapat diandalkan.
Death cross adalah sinyal bearish yang menunjukkan bahwa harga suatu aset kemungkinan akan mengalami penurunan lebih lanjut. Ini juga menandakan bahwa tren naik mungkin telah mencapai titik akhirnya, berbalik menuju tren turun yang baru muncul atau menuju rentang perdagangan yang tidak pasti (bergerak sideways).