Rasio Harga/EBITDA (P/EBITDA): Membantu Menilai Kinerja Perusahaan?

Rasio Harga/EBITDA (P/EBITDA) adalah metrik populer lainnya yang digunakan oleh investor untuk menilai sebuah perusahaan. Tapi, apa sebenarnya artinya dan bagaimana Anda bisa menggunakannya untuk membuat keputusan yang terinformasi?

Untuk menjawabnya, mari kita uraikan apa itu rasio Harga/EBITDA, bagaimana cara menghitungnya, mengapa itu penting, dan bagaimana menafsirkannya?

Rasio harga/EBITDA

Apa itu Rasio Harga/EBITDA?

Rasio Harga/EBITDA (P/EBITDA) adalah alat untuk menilai nilai perusahaan. Ini membandingkan harga yang dibayar investor dengan keuntungan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA). Rasio ini menunjukkan bagaimana pasar menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan operasional.

Rasio P/EBITDA membantu menilai apakah harga saham mencerminkan kinerja operasional perusahaan dan tidak memperhitungkan utang atau kebijakan fiskal. Dengan P/EBITDA, kita bisa membandingkan nilai perusahaan dengan strategi pembiayaan atau kebijakan pajak yang berbeda.

Berbeda dengan rasio EV/EBITDA yang memperhitungkan utang dan kas, P/EBITDA hanya melihat harga pasar saham terkait EBITDA. Rasio EV/EBITDA memberikan gambaran lebih menyeluruh mengenai biaya akuisisi perusahaan, sedangkan P/EBITDA lebih fokus pada valuasi saham saja.

👉 Untuk mengetahui cara menerapkan rasio ini, dalam analisis yang lebih besar, dan mengetahui di mana dan bagaimana rasio ini cocok, Anda bisa pergi ke artikel kami berikutnya: Panduan lengkap analisis fundamental.

Untuk apa Rasio Harga/EBITDA Digunakan?

Marilah kita lihat alasan mengapa ini bisa dianggap sebagai metrik yang relevan:

  • Perbandingan netral modal: Salah satu keuntungan utama dari P/EBITDA adalah memungkinkan untuk membandingkan perusahaan tanpa dipengaruhi oleh elemen seperti struktur modal atau kebijakan fiskal. Ini sangat berharga karena perusahaan dalam industri yang sama dapat memiliki tingkat utang yang berbeda atau cara yang berbeda dalam mengelola aset dan kewajiban mereka yang dapat mempengaruhi indikator lain seperti laba bersih.
  • Memudahkan perbandingan sektoral: P/EBITDA membantu membandingkan perusahaan dalam sektor yang sama dengan cara yang lebih adil dan setara, bahkan jika mereka memiliki ukuran yang sangat berbeda. Dalam sektor di mana investasi dalam aset tetap besar dan depresiasi dapat mendistorsi laba bersih, seperti dalam manufaktur atau telekomunikasi, rasio ini memberikan ukuran yang lebih realistis dari kinerja operasional.
  • Indikator penilaian: Rasio ini juga berguna untuk mengevaluasi apakah sebuah perusahaan dinilai terlalu rendah atau terlalu tinggi. P/EBITDA yang rendah bisa menunjukkan bahwa perusahaan dinilai terlalu rendah dalam kaitannya dengan laba operasionalnya yang bisa menjadi sinyal beli bagi investor. Di sisi lain, P/EBITDA yang tinggi bisa menunjukkan bahwa perusahaan dinilai terlalu tinggi.
  • Kesederhanaan dan efektivitas: Meskipun sederhana, P/EBITDA adalah indikator yang sangat efektif untuk dengan cepat mengevaluasi kesehatan operasional sebuah perusahaan. Ini bisa menjadi titik awal yang baik untuk analisis yang lebih mendalam dan mudah dihitung serta dipahami. Hal ini membuatnya dapat diakses oleh investor yang bukan profesional.

👉 Informasi lebih lanjut: Bagaimana menganalisis perusahaan dengan rasio fundamental?

Apa Rumus Rasio Harga/EBITDA?

Secara sederhana rumus Harga/EBITDA adalah:

Dimana:

  • Market capitalization/kapitalisasi pasar: Nilai total saham yang beredar dari sebuah perusahaan, dihitung sebagai harga saham dikalikan dengan jumlah saham yang beredar.
  • EBITDA: Mewakili keuntungan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi.

Bagaimana Cara Mendapatkan Kapitalisasi Pasar dan EBITDA?

Sekarang mari kita lihat bagaimana mendapatkan dua jumlah yang menjadi dasar metrik yang sedang kita analisis:

  • Kapitalisasi Pasar = Harga saham x Jumlah saham
    • Harga saham: Harga saat ini dari sebuah saham di pasar.
    • Jumlah saham: Jumlah total saham yang beredar.
  • EBITDA = Keuntungan operasional + depresiasi dan amortisasi.
    • Keuntungan operasional: Pendapatan total dikurangi biaya operasional (tidak termasuk bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi)

Informasi ini terdapat dalam laporan laba rugi perusahaan. Bagaimanapun, seperti yang akan kita lihat dalam contoh nanti, di sebagian besar platform keuangan sudah dihitung.

Bagaimana Cara Menghitung Rasio Harga/EBITDA (P/EBITDA) Perusahaan?

Kita akan melihat cara menghitung P/EBITDA menggunakan contoh perusahaan Bank BCA (BBCA) dan mengekstraksi data keuangan dari platform Stockbit:

Langkah 1: Mendapatkan Kapitalisasi Pasar

Nilai kapitalisasi pasar dari suatu perusahaan bisa dengan mudah dicari di Google. Cukup ketik kata kunci “market cap” dan nama perusahaannya. Dari data di bawah ini, kita dapat melihat kapitalisasi pasar BBCA akhir tahun 2023 adalah 1.158,79 triliun.

data market cap bbca 2023
Sumber: Yahoo Finance

Langkah 2: Mendapatkan EBITDA

Kedua, kita akan menghitung EBITDA dengan mengekstraksi data yang kita butuhkan dari laporan laba rugi atau data ini bisa langsung didapatkan dari platform. Kali ini, kita akan langsung mengambil data EBITDA dari Stockbit. Berdasarkan data di bawah, kita dapat melihat nilai EBITDA BBCA tahun 2023 adalah 63.582,50 miliar.

data EBITDA BBCA 2023
Sumber: Stockbit

Langkah 3: Mencari nilai P/EBITDA Menggunakan Rumus

Setelah itu kita akan masukkan kedua data di atas ke dalam rumus

P/EBITDA = 1.158,79 triliun / 63.582,50 miliar = 18,22

Dan di sini kita melihat bagaimana BBCA dihargai 18 kali EBITDA-nya. Tapi apa artinya ini sebenarnya? Apakah angka 18,22 ini terlalu kecil atau terlalu besar? Langkah selanjutnya adalah memahami cara menafsirkan metrik ini.

👉 Sebagai tambahan, ada metrik lain yang mirip tapi lebih lengkap untuk analisis fundamental, yakni rasio EV/EBITDA. Rasio ini bisa memberi gambaran yang lebih komprehensif tentang valuasi perusahaan.

Bagaimana Cara Menginterpretasikan Rasio Harga/EBITDA?

Kini saatnya memahami apakah P/EBITDA yang tinggi atau rendah dan bagaimana cara tepat untuk membandingkannya.

Investor menggunakan rasio P/EBITDA sebagai referensi untuk menilai perusahaan. Namun, nilai ini hanya indikatif dan bisa sangat bervariasi tergantung industri dan kondisi ekonomi. Berikut ini panduan umumnya:

  • P/EBITDA < 5:
    • Menunjukkan bahwa perusahaan sedang undervalued atau menghadapi kesulitan besar.
    • Bisa menjadi tanda peringatan yang memerlukan analisis lebih mendalam tentang situasi perusahaan.
  • P/EBITDA antara 5 dan 10:
    • Sering dianggap sebagai rentang yang wajar dan sehat.
    • Menunjukkan penilaian yang adil berdasarkan kinerja operasional dan ekspektasi pertumbuhan.
  • P/EBITDA antara 10 dan 15:
    • Perusahaan dinilai secara adil atau sedikit overvalued, terutama jika dibandingkan rata-rata industri.
    • Menunjukkan ekspektasi pertumbuhan moderat hingga baik.
  • P/EBITDA > 15:
    • Perusahaan dinilai overvalued atau pasar memiliki ekspektasi pertumbuhan masa depan yang besar.
    • Perusahaan di sektor dengan pertumbuhan cepat atau dengan keunggulan kompetitif yang signifikan sering memiliki rasio P/EBITDA yang lebih tinggi.

Namun, penilaian ini hanya memberikan gambaran kasar. Untuk penilaian yang lebih akurat, kita harus membandingkan rasio P/EBITDA perusahaan dengan rasio serupa di sektor tersebut. Selain itu, penting juga membandingkan dengan pertumbuhan atau penurunan historis perusahaan tersebut.

👉 Baca juga artikel menarik kami, panduan menjadi trader: Trading: Apa itu dan Bagaimana Cara Memulainya?

Rasio P/EBITDA per Industri

Rasio P/EBITDA dapat berbeda tergantung pada sektor. Di sektor yang lebih matang atau dengan pertumbuhan rendah, rasio ini dianggap tinggi. Namun, di sektor yang berkembang pesat, rasio tinggi masih bisa menjadi peluang investasi jangka panjang. Misalnya:

  • Teknologi: Perusahaan teknologi sering kali memiliki rasio P/EBITDA yang lebih tinggi karena ekspektasi pertumbuhan tinggi dan profitabilitas pada masa depan. Rasio > 15 bisa menjadi hal yang umum.
  • Utilitas (Layanan Publik): Perusahaan-perusahaan ini biasanya memiliki rasio yang lebih rendah, biasanya dalam kisaran 5 hingga 10 karena sifatnya yang stabil dan tingkat pertumbuhan yang lebih rendah.
  • Konsumsi dasar: Perusahaan di sektor ini dapat memiliki rasio P/EBITDA yang moderat, umumnya antara 7 dan 12.

Pertimbangan Tambahan Lainnya

  • Bandingkan dengan rata-rata sektor: Salah satu cara paling efektif untuk menafsirkan P/EBITDA adalah dengan membandingkannya dengan rata-rata sektor. Jika P/EBITDA suatu perusahaan secara signifikan lebih tinggi daripada perusahaan lain di sektor yang sama, ini bisa menunjukkan bahwa perusahaan tersebut dinilai terlalu tinggi dibandingkan rekan-rekannya. Sebaliknya, P/EBITDA yang lebih rendah bisa menunjukkan bahwa perusahaan tersebut dinilai terlalu rendah.
  • Evaluasi tren: Mengamati bagaimana P/EBITDA suatu perusahaan berubah dari waktu ke waktu dapat memberikan informasi yang berharga. Peningkatan P/EBITDA yang konstan bisa menunjukkan peningkatan efisiensi operasional atau peningkatan kepercayaan pasar terhadap perusahaan. Namun, jika rasio meningkat karena EBITDA menurun, ini bisa menjadi tanda peringatan.
  • Pahami konteks bisnis: P/EBITDA tidak boleh ditafsirkan secara terpisah. Penting untuk memahami konteks di mana perusahaan beroperasi. Misalnya, jika suatu perusahaan telah melakukan investasi besar yang belum mulai menghasilkan pendapatan, EBITDA-nya bisa sementara rendah. Hal ini akan mendistorsi rasio.
  • Siklus ekonomi: Rasio dapat bervariasi sesuai dengan siklus ekonomi. Pada masa pertumbuhan ekonomi, rasio P/EBITDA cenderung lebih tinggi, sedangkan pada masa resesi bisa menurun.

👉 Anda juga bisa memilih saham yang memberikan dividen rutin: Bagaimana Cara Menerima Dividen Bulanan?

Masalah Utama dalam Menafsirkan Rasio Harga/EBITDA

  • Tidak mengabaikan pengeluaran modal: Meskipun EBITDA menghilangkan efek dari depresiasi dan amortisasi, penting untuk diingat bahwa biaya-biaya ini ada dan dapat memengaruhi jumlah uang tunai yang tersedia. Oleh karena itu, P/EBITDA yang rendah tidak selalu berarti bahwa perusahaan memiliki banyak uang tunai bebas untuk berkembang atau mengembalikan kepada pemegang saham.
  • Sensitivitas terhadap manipulasi akuntansi: EBITDA dapat rentan terhadap manipulasi melalui praktik akuntansi agresif yang tidak selalu mencerminkan kesehatan sebenarnya dari perusahaan. Sangat penting untuk kritis terhadap kualitas keuntungan yang dilaporkan.
  • Perbedaan sektoral: Tingkat P/EBITDA yang dapat diterima dapat bervariasi secara signifikan antar sektor. Perusahaan dengan pertumbuhan cepat atau teknologi dapat memiliki rasio yang lebih tinggi karena ekspektasi pertumbuhan, sementara sektor yang lebih tradisional atau stabil mungkin memiliki rasio yang lebih rendah.

Intinya, meskipun ada rasio P/EBITDA secara umum, Anda tetap perlu untuk menyesuaikannya dengan sektor dan kondisi ekonomi saat ini. Hal ini diperlukan agar penilaian menjadi lebih akurat. Setiap sektor memiliki karakteristik unik yang mempengaruhi rasio ini. Begitu pula dengan perubahan kondisi ekonomi yang bisa mempengaruhi penilaian tersebut.

👉 Perusahaan Terbaik di Indonesia, Begini Profilnya

Apakah Lebih Baik Rasio Harga/EBITDA Tinggi atau Rendah?

Seperti semuanya, itu tergantung. Mari kita lihat apa yang saya maksud dengan itu.

  • Harga/EBITDA rendah: Dapat menunjukkan bahwa perusahaan dinilai terlalu rendah dalam kaitannya dengan kemampuannya untuk menghasilkan keuntungan operasional. Ini bisa menjadi sinyal peluang investasi, tetapi itu hanya sinyal, bukan sesuatu yang menentukan dengan sendirinya.
  • Harga/EBITDA tinggi: Dapat menunjukkan bahwa perusahaan dinilai terlalu tinggi. Ini bisa menjadi sinyal peringatan, meskipun juga bisa mencerminkan ekspektasi pertumbuhan tinggi pada masa depan.

Apa Keterbatasan Rasio Harga/EBITDA?

Meskipun rasio Harga/EBITDA adalah alat yang kuat, ia memiliki keterbatasan. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut ini:

  • Tidak mempertimbangkan CapEx: Tidak termasuk pengeluaran modal yang diperlukan untuk mempertahankan dan memperluas basis operasional perusahaan.
  • Tidak mempertimbangkan struktur modal: Meskipun menghilangkan distorsi dari utang dan uang tunai, tidak memberikan gambaran lengkap tentang struktur keuangan perusahaan.
  • Perbandingan sektoral: Berbagai industri dapat memiliki rata-rata Harga/EBITDA yang sangat berbeda sehingga selalu harus digunakan dalam konteks yang tepat.

Rasio Harga/EBITDA adalah metrik penting untuk menilai perusahaan, memberikan pandangan yang jelas tentang kemampuan mereka untuk menghasilkan keuntungan operasional. Saat menganalisis Harga/EBITDA, selalu bandingkan dengan rata-rata industri dan pertimbangkan konteks spesifik perusahaan. Meskipun tidak sempurna, rasio Harga/EBITDA adalah alat yang kuat untuk mengevaluasi penilaian perusahaan dan membuat keputusan investasi yang terinformasi.

Perbandingan Rasio Harga /EBITDA dengan Rasio Keuangan Lainnya?

Rasio Harga/EBITDA atau P/EBITDA, adalah alat yang kita gunakan untuk menilai penilaian perusahaan dalam kaitannya dengan kinerja operasionalnya, mengesampingkan elemen, seperti utang dan pajak. Namun, meskipun kita berbicara tentang alat yang sangat berguna, ini bukan satu-satunya alat yang bisa kita gunakan.

Untuk mendapatkan pandangan yang lengkap, adalah ide yang baik untuk membandingkannya dan melengkapinya dengan rasio keuangan lainnya. Berikut ini, kita akan melihat bagaimana perbandingannya dengan beberapa yang paling umum dan apa yang dikatakan masing-masing.

Perbandingan P/EBITDA dengan Rasio Harga/Pendapatan (P/E)

  • Rasio P/E (Price/Earning) mengukur berapa banyak pasar bersedia membayar untuk setiap rupiah dari pendapatan bersih perusahaan, setelah semua biaya, termasuk pajak dan bunga. Sementara P/EBITDA berfokus pada kinerja operasional sebelum biaya-biaya ini. P/E bisa lebih volatil daripada P/EBITDA karena pendapatan bersih bisa berfluktuasi lebih banyak karena elemen non-operasional, seperti pajak dan bunga utang.
  • Menggunakan kedua rasio ini bersama-sama menawarkan pandangan yang lebih lengkap. P/E memberi Anda gambaran tentang bagaimana pasar menilai profitabilitas akhir perusahaan, termasuk kemampuannya untuk mengelola utang dan pajak. Sedangkan P/EBITDA berfokus murni pada efisiensi operasional.

Hubungan P/EBITDA dengan Rasio Utang/EBITDA

  • Rasio ini mengukur berapa banyak utang yang dimiliki perusahaan dalam kaitannya dengan keuntungan operasional brutonya. P/EBITDA yang rendah bersama dengan Rasio Utang/EBITDA yang tinggi bisa menjadi tanda peringatan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun perusahaan dinilai secara wajar dalam hal operasinya, ia dibebani dengan utang dibandingkan apa yang diperolehnya sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi.
  • Membandingkan kedua rasio ini dapat membantu Anda menilai apakah perusahaan mengelola utangnya secara efektif dalam kaitannya dengan kinerja operasionalnya.

Rasio Penilaian Keuangan Lainnya yang Menonjol

Dan terakhir, jika Anda ingin belajar lebih banyak tentang rasio penilaian keuangan, berikut ini adalah beberapa tautan yang menarik:

  • Rasio PEG (Price/Earnings to Growth): Mengukur hubungan antara harga saham, laba per saham (PER), dan pertumbuhan laba yang diharapkan. Rasio ini memberikan pandangan yang lebih lengkap tentang penilaian yang disesuaikan dengan pertumbuhan masa depan.
  • PER (Price/Earnings Ratio): Membandingkan harga saham perusahaan dengan laba per sahamnya. Rasio ini menunjukkan berapa banyak investor yang bersedia membayar untuk setiap unit keuntungan.
  • EV/EBIT (Enterprise Value/Earnings Before Interest and Taxes): Mengevaluasi nilai perusahaan (termasuk utang dan ekuitas) dalam hubungannya dengan laba operasionalnya. Rasio ini menawarkan ukuran kinerja operasional tanpa efek dari struktur modal.
  • P/EBIT (Price/Earnings Before Interest and Taxes): Menghubungkan harga saham perusahaan dengan laba operasionalnya, tidak termasuk bunga dan pajak. Rasio ini memberikan pandangan tentang efisiensi operasional relatif terhadap penilaian pasarnya.

Oleh karena itu, kita dapat menyimpulkan bahwa rasio Harga/EBITDA adalah alat yang berharga yang memungkinkan kita melihat berapa banyak pasar bersedia membayar untuk pengelolaan kinerja operasionalnya dalam lingkungan ekonomi dan sektoralnya. Namun, Anda disarankan untuk menggabungkannya dengan rasio lain yang dan memperhitungkan laba bersih atau struktur modalnya.

Selain rasio Harga/EBITDA, kami juga memiliki pembahasan rasio lainnya, seperti EPS, Book Value, ROE, dan yang lainnya. Silakan simak melalui artikel di bawah ini.

FAQs – Pertanyaan yang Sering Diajukan

Berapa rasio harga terhadap EBITDA yang baik?

EBITDA mengukur kinerja finansial keseluruhan perusahaan, sementara EV menentukan total nilai perusahaan. Pada Desember 2023, rata-rata EV/EBITDA untuk S&P 500 adalah 15,28. Secara umum, nilai EV/EBITDA di bawah 10 dianggap sehat dan di atas rata-rata oleh analis dan investor.

Apa arti rasio harga terhadap EBITDA?

Rasio harga terhadap EBITDA adalah metrik keuangan yang umum digunakan untuk menilai valuasi perusahaan. Rasio ini mengukur hubungan antara kapitalisasi pasar perusahaan dan pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA).

Artikel Terkait