Makna Hawkish dan Dovish pada Kebijakan Moneter

Hawkish dan Dovish merupakan dua istilah populer pada kebijakan moneter. Keduanya berfungsi atau memiliki makna menggambarkan sikap dari bank sentral dan para pemimpinnya. Sikap tersebut terkait dengan dunia ekonomi, misalnya keputusan suku bunga, inflasi, dan pertumbuhan ekonomi.

Memahami kedua istilah ini merupakan hal yang penting guna mengetahui pengaruhnya pada pasar keuangan beserta aset lainnya. Pemahaman ini dapat membantu Anda dalam membuat keputusan yang tepat.
Dalam artikel ini, kami akan membahas kedua istilah tersebut berkaitan dengan pengaruhnya pada pasar. Selain itu, kita akan melihat tokoh-tokoh penting dari kedua sikap tersebut. Yuk, simak untuk tahu lebih jelas!
👉 Inflasi: Pengaruhnya Pada Ekonomi dan Kekuatan Beli Masyarakat Indonesia
Arti Hawkish pada Kebijakan Moneter
Istilah hawkish berasal dari Bahas Inggris yaitu “hawk” yang berarti elang. Dalam kebijakan moneter, hawkish ini merujuk makna sikap yang agresif terhadap inflasi. Sikap ini menandakan bahwa para pembuat kebijakan moneter memprioritaskan stabilitas harga di atas pertumbuhan eknomi.
Hal tersebut merupakan kebijakan moneter yang ketat sehingga mengarah pada kenaikan suku bunga untuk menahan inflasi. Namun, kebijakan hawkish mengorbankan pertumbuhan ekonomi yang menjadi lambat.
Paul Volcker, mantan Presiden FED (Federal Reserve Amerika Serikat) menjadi tokoh ikonik dari hawkish. Ini karena pada tahun 80-an, ia menaikan suku bunga secara drastis untuk menekan inflasi tinggi yang berpengaruh pada perekonomian AS.

Namun, para bankir sentral meniru sikap tersebut ketika terjadi inflasi yang lebih tinggi daripada seharusnya. Hal ini karena inflasi yang tidak terkendali jauh lebih merugikan perekonomian jangka panjang daripada pertumbuhan ekonomi yang lambat atau resesi.
👉 Ini Jadwal Rapat FOMC The Fed 2024 & Hasilnya!
Arti Dovish pada Kebijakan Moneter
Sikap ini berasal dari kata “dove” yang memiliki arti merpati. Dalam kebijakan moneter, dovish memiliki makna kebijakan moneter yang cenderung moderat atau ekspansif. Para bankir sentral yang menerapkan pendekatan ini memprioritaskan pertumbuhan ekonomi daripada pengendalian inflasi.
Oleh karena itu, mereka lebih cenderung mempertahankan suku bunga rendah atau menerapkan langkah-langkah stimulus ekonomi, seperti pembelian obligasi atau suntikan likuiditas lainnya ke pasar.
Tokoh ikonik dari pendekatan ini adalah Mario Draghi dari Bank Sentral Eropa (ECB). Ia memiliki moto terkenal yaitu “whatever it takes” untuk menyelamatkan perekonomian. Dovish memiliki misa ini untuk menyelamatkan Eropa dari fragmentasi ekonomi selama krisis utang negara.

Dengan pendekatan ini, memungkinkan bank sentral untuk mendorong investasi, konsumsi, dan penciptaan lapangan kerja pada saat krisis maupun resesi. Namun, hal tersebut mendapat kritik ketika diterapkan pada negara yang sedang tumbuh. Ini karena pendekatan dovish memiliki risiko menciptakan inflasi jika terlalu berlebihan (misalnya stimulus saat pandemi Covid-19).
👉 ECB Rate 2024, Ini Jadwal Pertemuan bahas Suku Bunga!
Hawkish vs Dovish: Bagaimana Pengaruhnya pada Pasar Saham?
Pasar saham bereaksi secara signifikan akibat dari sikap Hawkish dan Dovish yang bank sentral terapkan. Ini karena kebijakan moneter berdampak langsung pada biaya sehingga berpengaruh juga pada minat investor.
Banyak ekonom berpendapat bahwa yang paling mempengaruhi harga indeks saham dalam jangka panjang adalah kedua pendekatan tersebut.

👉 IHSG: Mengenal Indeks Saham & Fungsinya!
Pengaruh Dovish terhadap Pasar Saham
Saat bank sentral menerapkan sikap dovish, pasar saham akan menerimanya dengan baik oleh karena mendorong harga saham untuk naik. Ketika terjadi penurunan suku bunga, perusahaan memiliki akses pada pembiayaan yang lebih murah. Hal ini dapat mendorong pertumbuhan perusahaan sehingga dapat meningkatkan nilai saham perusahaan tersebut.
Dengan suku bunga yang rendah, investor berani untuk mengali risiko oleh karena harga saham dapat meningkat. Tentu saja, dengan begitu, instrumen investasi seperti obligasi yang memiliki suku bunga tetap akan kehilangan daya tariknya.
Namun, kebijakan dovish yang terlalu longgar akan memberikan dampak yang buruk. Ini karena para investor akan khawatir ketika terlalu longgar, akan menyebabkan timbulnya inflasi.
Misalnya, pada Maret 2020, terjadi crash di pasar saham sebesar 30% dalam waktu satu bulan saat pandemi. Untuk menanggulangi ketidakpastian ekonomi, bank sentral menurunkan suku bunga hingga mencapai nol demi merangsang tingkat kredit.

Dengan suku bunga nol, keadaan pasar saham meningkat hampir 100% hanya dalam waktu 18 bulan. Namun hal tersebut memicu terjadinya inflasi sebesar 10% per tahun.
👉 Panduan Lengkap Investasi di S&P500 untuk Investor Indonesia jika Anda ingin berinvestasi indeks saham luar negeri
Pengaruh Hawkish terhadap Pasar Saham
Sebaliknya, saat bank sentral menerapkan kebijakan hawkish dengan menaikkan suku bunga, akan berdampak negatif pada pasar saham. Dengan pentingkatan biaya, investasi pada perusahaan menjadi kurang menarik. Hal tersebut membuat perusahaan kekurangan sumber daya dalam beroperasi dan melakukan peningkatan maupun promosi produk.
Oleh karena itu, keuntungan perusahaan menjadi lebih rendah yang berdampak pada penilaian kinerja sehingga harga sahamnya menjadi turun.
Kemudian, investor akan lebih memilih aset yang aman seperti obligasi pemerintah karena imbal hasilnya meningkat. Hal tersebut membuat investor kurang berminat pada pasar saham dan justru menarik dananya untuk diinvestasikan pada pasar pendapatan tetap.
Sebagai contoh, pada November 2021, oleh karena inflasinya melebihi 10% per tahun, terjadi kebijakan dovish. Baik FED maupun ECB memutuskan untuk menaikan suku bunga sehingga pasar saham menjadi jatuh dalam beberapa bulan kemudian.

Mereka mengadakan pertemuan rutin dalam waktu 10 bulan, di mana pengumuman kenaikan suku bunga berkisar dari 50 hingga 75 poin setiap pertemuan, menyebabkan pasar saham turun hingga 25%. Hal ini dapat menimbulkan resesi yang belum bisa kita perkirakan dan mungkin akan terjadi pada tahun 2025.
👉 Apa itu Suku Bunga? Kenali Jenis-jenisnya!
Hawkish dan Dovish: Tokoh Paling Berpengaruh
Hawkish
Sepanjang sejarah, terdapat beberapa presiden bank sentral yang terkenal karena pendekatan hawkish mereka yang kuat. Ini semata-mata karena mereka berfokus pada inflasi. Berikut merupakan tokoh yang paling populer:
- Paul Volcker (FED): Volcker menjadi tokoh terkenal dari hawkish. Pada tahun 80-an, selama masa jabatannya, ia mencoba melawan inflasi yang tinggi di AS dengan meningkatkan suku bunga dengan sangat agresif.
- Jean-Claude Trichet (ECB): Sebagai presiden ECB periode 2003 hingga 2011, Trichet juga menunjukkan sikap hawkish yang tegas. Hal tersebut ia lakukan selama tahap awal krisis keuangan, dengan menaikkan suku bunga untuk melawan risiko inflasi.
Dovish
Pada dovish, terdapat dua tokoh kunci yang terkenal karena lebih memprioritaskan pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja daripada pengendalian inflasi. Berikut merupakan kedua tokoh tersebut:
- Mario Draghi (ECB): Dalam pidatonya tahun 2012, Draghi menyatakan kebijakan dovish-nya. Ia mengeluarkan kebijakan moneter yang sangat ekspansif untuk menyelamatkan perekonomian Eropa.
- Janet Yellen (FED): Sebagai presiden FED periode 2014 hingga 2018, ia menunjukkan kecenderungan dovish yang jelas, Yellem memprioritaskan pertumbuhan ekonomi setelah adanya krisis keuangan.
👉 Ini daftar 10 Trader Terbaik di Dunia yang menginspirasi dalam berinvestasi
Hawkish dan Dovish: Dapatkan keduanya berubah menjadi satu sama lainya?
Hal ini tentu saja dapat terjadi ketika bank sentral mengubah sikap sesuai dengan keadaan ekonomi yang terjadi.
Sebagai contoh, baru-baru saja hal ini dilakukan oleh Jerome Powell, presiden FED saat ini. Ketika baru saja menjabat, ia cenderung condong pada sikap hawkish dengan menaikkan suku bunga untuk menekan inflasi. Namun, pada saat COVID-19, ia menerapkan dovish dengan memotong suku bunga untuk mendukung pemulihan ekonomi.
Kemudian, pada akhir 2021, oleh karena inflasi yang berlangsung terus-menerus, ia kembali menerapkan kebijakan hawkis.

Contoh lainnya, Mario Draghi yang cenderung menerapkan kebijakan moderat, oleh karena utang negara yang besar ia mengubah kebijakan menjadi dovish demi menjaga stabilitas keuangan.
Hawkish dan Dovish: Kelebihan dan Kekurangan Masing-Masing
Hawkish dan Dovish, kedua memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Sehingga Anda perlu memperhatikannya dengan baik. Berikut merupakan kekurangan dan kelebihan dari masing-masing kebijakan ini:
Hawkish
Kelebihan | Kekurangan |
✅ Dapat mengendalikan inflasi | ❌ Memperlambat pertumbuhan ekonomi |
✅Mata uang menjadi lebih stabil | ❌Membuat tingkat pengangguran menjadi tinggi |
✅ Mengurangi bubble aset | ❌ Menurunkan minat investasi dan konsumsi |
✅Memperkuat kredibilitas bank sentral | ❌Adanya risiko resesi dalam jangka pendek atau menengah |
Dovish
Kelebihan | Kekurangan |
✅ Merangsang pertumbuhan ekonomi | ❌ Berisiko mengakibatkan inflasi yang tinggi |
✅Membuka lapangan pekerjaan | ❌Menciptakan bubble di pasar |
✅ Berkuranganya biaya operasi perusahaan dan biaya bagi konsumen | ❌ Membuat mata uang menjadi lemah |
✅Mendorong tingkat konsumsi dan investasi | ❌Mengakibatkan hilangnya kredibilitas |
Kesimpulannya, hawkish dan dovish merupakan dua kebijakan yang berlawanan. Hal ini membuat bank sentral bertugas untuk menyeimbangkan kedua kebijakan tersebut jika berada dalam keadaan yang tidak terkendali.
Pertanyaan yang sering diajukan (FAQ) tentang Hawkish dan Dovish
Kebijakan hawkish menawarkan suku bunga lebih tinggi meskipun pertumbuhan ekonomi menjadi lebih lambat. Sementara itu, kebijakan dovish memberikan pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat namun dengan tingkat pengembalian yang lebih rendah. Di sisi lain, bagi peminjam dan konsumen, kebijakan hawkish berarti biaya pinjaman meningkat, tetapi kebijakan dovish memfasilitasi kegiatan ekonomi dan pembiayaan dengan suku bunga yang lebih rendah
Bankir sentral disebut “hawkish” ketika mereka mendukung peningkatan suku bunga guna mengendalikan inflasi, meskipun dapat berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi dan tingkat pekerjaan. Mereka sering disebut “hawks” dan menggunakan istilah seperti “pengetatan” dan “pemanasan ekonomi”