Perbedaan Investasi Variable Income vs Fixed Income

Menentukan pilihan antara variable vs fixed income menjadi hal paling penting bagi para investor saat merancang portofolio mereka. Kedua jenis investasi ini memiliki karakteristik dan manfaat yang berbeda. Sehingga membuanya sesuai pada berbagai profil risiko dan tujuan investasi.

Dalam artikel ini, kita akan melihat secara detil apa itu variable vs fixed income. Kemudian, kita juga akan melihat perbedaan dari keduanya berkaitan dengan keuntungan, risiko, dan fleksibilitas. Yuk, simak untuk tahu lebih jelas!
Apa itu Variable Income?
Variable income adalah instrumen investasi pada pasar yang tidak memiliki jaminan (berisiko kehilangan seluruh atau sebagian modal). Selain itu, kita tidak mengetahui hasil yang akan kita peroleh.
Faktor yang berpengaruh pada keuntungan dapat bervariasi. Misalnya, kinerja perusahaan, suku bunga, kebijakan bank sentral, maupun peristiwa buruk (perang dan bencana alam). Salah satu bank sentral yang paling mempengaruhi kebijakan bank sentral negara lain adalah The Fed.
Meski investasi pada variable income berisiko kehilangan sebagian atau seluruh modal yang kita investasikan, potensi keuntungannya juga tinggi.
Anda dapat berinvestasi pada variable income dalam beberapa instrumen berikut:
Saham
KIta dapat membeli saham kemudian berharap harganya naik kemudian menjualnya. Sehingga kita akan mendapatkan keuntungan dari selisih harga tersebut. Jika kita menjual dengan harga yang lebih rendah, maka akan mengalami kerugian.
👉 Temukan daftar Saham Terbaik di Indonesia, Layak Dibeli!
Forex
Pasar valuta asing menjadi pasar terbesar dan paling likuid di dunia. Mereka memiliki jam buka 24 jam, dari Minggu hingga Jumat malam.
Pasar ini memilik leverage. Misalnya, dengan leverage 1: 60, Anda dapat berinvestasi Rp 10 juta seolah-olah memiliki modal Rp 600 juta.Anda dapat melakukan operasi buy atau sell dan memanfaatkan semua tren yang sedang terjadi. Pasar mata uang adalah pasar terbesar dan paling likuid di dunia. Buka 24 jam, dari Minggu malam hingga Jumat malam.
👉 Temukan 10 Broker Forex Terbaik untuk Trading di Indonesia
Komoditas
Beberapa faktor yang mempengaruhi komoditas adalah cuaca, serangan hama, dan permintaan. Anda juga dapat melakukan operasi buy atau sell serta tersedia leverage.
👉 Cara Berinvestasi di Komoditas: Panduan Lengkap Investasi
Indeks Saham
Indeks saham menjadi barometer yang mengukur kinerja beberapa saham perusahaan yang terdaftar pada bursa. Dengan menggabungkan beberapa saham, indeks menunjukkan keadaan pasar yang sedang naik maupun turun. Sehingga menjadikannya sebagai referensi untuk memahami kondisi pada saat tertentu.
Kemudian, indeks saham juga berguna untuk investasi spekulatif jangka pendek atau untuk melindungi portofolio saham. Misalnya, jika Anda memiliki saham di Ibex 35, Anda dapat mengambil posisi short pada indeks. Jika sahamnya turun, Anda memperoleh keuntungan dari posisi short dan mengimbangi kerugian.
Jenis investasi ini biasanya melibatkan leverage, yang meningkatkan risiko maupun potensi keuntungan. Berikut contoh indeks saham:
- S&P 500: Mengukur kinerja 500 perusahaan terbesar di Amerika Serikat.
- IBEX 35: Mengikuti kinerja 35 perusahaan penting di Spanyol.
- Nikkei 225: Mengelompokkan 225 perusahaan utama di Jepang.
- IHSG: Mengukur kinerja semua saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
👉 Bursa Efek Madrid: Sejarah, Indeks Utama, dan Fakta Menariknya
Apa itu Fixed Income?
Fixed income adalah instrumen investasi yang negara, lembaga publik, atau perusahaan swasta terbitkan. Tujuannya adalah mendapatkan modal agar dapat memenuhi kewajiban dan aktivitas mereka. Sebagai imbalannya, investor akan mendapatkan pembayaran bunga berkala dan pengembalian modal saat jatuh tempo.
Bunga berkala ini sudah kita ketahui sebelumnya, sama seperti jatuh tempo sehingga memberikan stabilitas dan kepastian bagi investor. Meskipun kurang volatil, fixed income menawarkan imbal hasil yang lebih rendah daripada ekuitas.
Instrumen investasi yang termasuk fixed income antara lain obligasi, deposito berjangka dan sukuk (obligasi syariah). Adapun obligasi terbagi menjadi dua, yaitu obligasi pemerintah dan obligasi korporasi.
Selanjutnya, mari kita melihat penjelasan pada masing-masing jenis obligasi untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendetail. Kita akan melihat cara kerja jenis investasi ini sehingga membantu Anda untuk mendiversifikasi dan melindungi portofolio Anda.
Obligasi Pemerintah
Obligasi Negara
Instrumen ini merupakan terbitan dari dari negara. Tujuannya untuk mengumpulkan modal guna mendapatkan pembiayaan agar dapat memuhi kewajiban dan membiayai anggaran umum negara.
Keuntungan dari obligasi ini adalah jaminan akan pengembalian uang kita. Oleh karena itu, semakin negara tersebut dapat kita andalkan, maka semakin rendah bunganya. Umumnya, semakin tinggi risiko, akan semakin tinggu bunganya.
Di Indonesia, Anda dapat mulai berinvestasi obligasi mulai dari Rp 1 juta dan kelipatannya dengan jangka waktu tiga tahun hingga 6 tahun.
👉 Obligasi Pemerintah: Jenis dan Cara Membelinya
Surat Utang Negara
Nominal dari Surat Utang Negara umumnya Rp 1 juta dan berlaku kelipatan. Namun, instrumen ini memiliki jangka waktu yang pendek misalnya 3, 6, 12, atau 18 bulan.
👉 Cara Beli Obligasi Pemerintah: ORI, SBR hingga ST!
Obligasi Korporasi
Ini adalah aset terbitan dari perusahaan swasta untuk mengumpulkan modal. Sehingga, dengan cara ini dapat melanjutkan aktivitas mereka. Berikut meruakan contoh dari obligasi korporasi:
- Wesel perusahaan: jatuh tempo antara 3 hari dan 25 bulan.
- Obligasi dan Kewajiban: jatuh tempo menengah dan panjang.
- Obligasi Wajib Konversi (OWK): memberikan kepada pemegangnya hak untuk menukarnya dengan saham pada tanggal tertentu.
- Medium Term Notes: berbeda dengan obligasi biasanya, instrumen ini kepemilikannya hanya terbatas bagi maksimal 49 pihak saja.
Perbandingan Variable vs Fixed Income
Imbal Hasil
Investasi variabel income menjadi aset dengan kinerja terbaik dalam jangka panjang sepanjang sejarahnya.
Jika kita melihat dari tahun 1900 hingga 2022, selama 122 tahun, kita menemukan bahwa investasi variable income global memiliki kinerja yang lebih baik. Investasi tersebut memiliki pengembalian tahunan 5.3% jauh lebih tinggi dari obligasi (2%) dan surat utang (0.7%).
Artinya, dalam 122 tahun, variable income dunia memiliki pengembalian tahunan riil lebih tinggi 3,3% dari obligasi dan lebih tinggi 4.6% dari surat utang.
Selama 122 tahun, Amerika Serikat memiliki kinerja terbaik dengan tingkat pengembalian tahunan sebesar 6.7%.
Jika kita bulatkan menjadi 100 tahun, kita akan menemukan bahwa investasi variable income menjadi investasi terbaik. Variable income di AS mencapai tingkat pengembalian tahunan riil sebesar 6.6%. Aset lainnya dalam periode yang sama memiliki kinerja yang jauh lebih rendah.

Risiko Variable vs Fixed Income
Investasi Variabel Income
Variable income membawa risiko oleh karena kita dapat kehilangan seluruh atau sebagain modal yang kita investasikan. Ini karena pasar tersebut tidak menawarkan bunga yang tetap dan telah kita ketahui sebelumnya.
Sebaliknya, potensi pengembalian atau kerugian akan berfluktuasi seiring berjalnnya waktu. Sehingga, berdasarkan serangkaian elemen, harga aset variable income akan naik atau turun.
Berikut faktor utama yang berpengaruh pada aset ini:
- Kinerja perusahaan (keuntungan, pendapatan, dll): jika hasilnya lebih baik dari ekspektasi, saham perusahaan akan naik, sebaliknya akan turun.
- Suku bunga: kenaikan suku bunga merugikan saham dan indeks saham, sebaliknya akan menguntungkan mata uang negara yang membuatnya naik.
- Ekonomi: jika perekonomian berjalan baik, akan menguntungkan investasi variable income. Jika yang terjadi sebaliknya, maka hal terebut akan merugikan.
- Kejadian buruk: perang, ketegangan geopolitik, penawaran dan permintaan, resesi dan krisis ekonomi, serangan teroris, perubahan pemerintahan dan kebijakannya, bencana alam (gempa bumi, tsunami, badai, banjir, kekeringan parah).
- Sentimen pasar: informasi palsu dari investor institusional atau pihak besar lain untuk menciptakan sentimen tertentu di antara investor yang menguntungkan mereka.
Risiko Investasi Fixed Income
Risiko yang menyertai investasi fixed income adalah solvabilitas penerbit dalam rangka memenuhi kewajibannya melalui bunga. Hal ini mencakup pembayaran bunga berkala dan pengembalian modal awal pada saat jatuh tempo.
Semakin tinggi peringkat kredit penerbit, semakin semakin aman aset fixed income yang mereka terbitkan. Aset dengan peringkat tertinggi akan mendapatkan predikat AAA. Jika suatu negara tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada kreditur, akan terjadi gagal bayar total atau sebagian pada saat jatuh tempo.

Dalam obligasi perusahaan, risikonya terkait dengan solvabilitas dan stabilitas perusahaan.
Agar Anda memperoleh gambaran, berikut kami tinggalkan gambar beberapa negara dengan peringkat kreditnya:

Risiko lainnya, yaitu suku bunga. Jika seorang investor membeli obligasi dengan kupon 6% dan pada tahun berikutnya suku bunga naik, penerbit obligasi baru akan menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi.
Jadi, jika ingin menjualnya, Anda harus menjual di bawah nominal. Ini karena dengan adanya obligasi baru tersebut, jika masih menjual dengan nominal sama, maka tidak ada yang akan membelinya.
Likuiditas dan AksesibilitasVariable vs Fixed Income
Likuiditas berarti tingkat kemudahan untuk menutup investasi dan mendapatkan kembali modal Anda atau keuntungan atau kerugian yang terakumulasi.
Jika pasar likuiditasnya tinggi berarti ktia dapat menutup investasi dan mendapatkan modal secara langsung. Berinvestasi pada pasr likuiditas rendah akan membuat kita sulit untuk menemukan pembeli pada aset kitas sesuai dengan harga yang diinginkan.
Likuiditas InvestasiVariable Income
Dalam investasi variable income, ada begitu banyak pasar yang tersedia. Masing-masing memiliki likuiditasnya tersendiri. Misalnya, pada pasar saham, saham-saham blue chips memiliki likuiditas yang paling tinggi. Mereka merupakan perusahaan besar, solid, dan stabil.
Di sisi lain, ada istilah chicharros. Ini merujuk pada perusahaan kecil dengan risiko lebih tinggi, sangat volatil, dan likuiditas yang rendah.
Likuiditas Investasi Fixed Income
Investasi fixed income adalah kelas instrumen utang yang sangat likuid dan sangat bisa diperdagangkan.
Obligasi pemerintah biasanya likuiditas yang lebih tinggi daripada obligasi perusahaan, terutama jika keandalan perusahaan swasta dipertanyakan.
👉 Ini Indeks Saham Dunia Terpopuler
Kelebihan dan Kekurangan Investasi Variable vs Fixed Income
Berikut tabel yang berisikan ringkasan kelebihan dan kekurangan dari variable vs fixed income:
Investasi Fixed Income
Kelebihan | Kekurangan |
✅Cocok untuk investor konservatif yang menginginkan risiko rendah | ❌Imbal hasil yang lebih rendah daripada aset lainnya |
✅ Pembayaran bunga berkala sudah diketahui sebelumnya | |
✅Kita sudah mengetahui jatuh tempo sebelum berinvestasi |
Investasi Variable Income
Kelebihan | Kekurangan |
✅ Potensi keuntungannya yang kita kita peroleh sangat tinggi | ❌Memiliki risiko yang tinggi karena dapat kehilangan seluruh atau sebagian dari modal kita |
✅ Memiliki beragam penawaran pasar dan produk yang dapat kita pilih | ❌ Memerlukan pengetahuan, pengalaman, dan infromasi yang memadai |
✅Memungkinkan kita untuk membuat portofolio yang terdiversifikasi |
Variable vs Fixed Income: Kapan harus memilihnya?
Kapan Memilih Variable Income?
Profil investor yang ideal untuk investasi variable income adalah mereka yang tidak konservatif.
Sehingga, investor sadar akan risiko yang mereka hadapi (kehilangan modal), dengan imbalan dapat memiliki potensi pengembalian yang tinggi.
Berdasarkan pengetahuan, pengalaman, toleransi risiko, dan jangka waktu, mereka memiliki pilihan untuk berinvestasi dalam saham, indeks, mata uang, komoditas, dan kripto. Selain itu, mereka juga dapat memilih produk futures, CFD, dan ops , serta instrumen investasi seperti reksa dana dan ETF.
Kapan Memilih Fixed Income?
Jenis investasi ini cocok untuk orang yang tidak ingin mengambil risiko, dengan kata lain bersifat konservatif.
Berdasarkan jangka waktunya, mereka akan memilih surat utang (jangka pendek) maupun obligasi (jangka menengah dan panjang).
Meskipun risiko kehilangan modalnya rendah, aset ini juga memiliki imbal hasil yang rendah.
Inestasi Variable vs Fixed Income: Pertimbangan Tambahan
Investasi Jangka Waktu Pendek
Jika Anda memiliki preferensi ini, investasi fixed income surat utang menjadi salah satu pilihan baik. Instrumen ini memiliki jatuh tempo dalam 3, 6, 12, atau 18 bulan.
Apabila Anda memiliki variable income, berspekulasi pada indeks saham, valuta asing (keduanya melalui CFD atau futures), dan komoditas dapat menjadi pilihan yang menarik.
Anda juga dapat membeli saham individu, namun harusa saham dengan volatilitas tinggi.
Investasi Jangka Menengah atau Panjang
Jika Anda memilih fixed income, obligasi dengan jatuh tempo 3 hingga 5 tahun dapat dijadikan pilihan yang menarik.
Apabila Anda memilih variable income, saham individu dapat menjadi pilihan. Kemudian, Anda juga dapat berinvestasi valuta asing, komoditas, kripto dan indeks saham. Namun, perlu Anda ingat bahwa dengan adanya leverage, dapat berpotensi mendapat keuntungan maupun kerugian yang besar.
👉 Strategi Investasi Jangka Panjang yang Menguntungkan dan Aman
Toleransi Risiko
Dalam fixed income, semakin lama jatuh tempo, penawaran bunganya akan semakin besar. Ini karena terdapat banyak kemungkinan terjadinya peristiwa buruk dalam jangka waktu 3 tahun daripada 6 bulan. Oleh karena ketidakpastian tersebut, maka kompnsasi pengembaliannya lebih tinggi.
Dalam variable income, profil yang tidak terlalu agresif sebaiknya berinvestasi dalam saham individu dari perusahan besar dengan volailitas rendah.
Profil dengan toleransi risiko tinggi dapat memilih saham perusahaan kecil yang lebih volatil. Kemudian, mereka juga dapat memilih indeks saham, valas, komoditas, dan kripto.
Tujuan Investasi
Sebelum memilih variable vs fixed income, salah pertimbangan yang perlu Anda pikirkan adalah tujuan investasi.
Investasi dalam saham dan obligasi menjadi instrumen yang cocok jika Anda ingin menabung dalam jangka panjang. Menyusun portofolio saham yang terdiversifikasi, serta mengalokasikan sebagian modal ke reksa dana atau ETF.
Kemudian, Anda juga dapat berinvestasi dalam instrumen investasi variable maupun fixed income yang memiliki volailitas rendah jika ingin menabung dalam jangka waktu menengah.
Dalam jangka pendek, Anda dapat berinvestasi dalam instrumen yang sangat likuid seperti surat utang maupun deposito bank. Namun, Anda juga dapat berinvestasi dengan operasi spekulatif di pasar yang volatil, tetapi tetah berhati-hati karenda dapat kehilangan seluruh modal.
👉 Jika Anda ingin berinvestasi dengan modal yang tidak terlalu besar, baca: Alternatif Aman Investasi Modal 20 juta!
Berinvestasi Melalui Roboadvisors
Berinvestasi dengan roboadvisor menjadi salah satu pilihan terbaik. Ini karena Anda dapat terbantu dalam membuat portofolio terdiversifikasi dalam reksa dana maupun ETF. Kemudian, Anda dapat melakukannya dengan biaya rendah yang telah disesuaikan dengan profil investasi Anda.
Melaui roboadvisor, hal yang perlu Anda lakukan adalah menjawab kuesoiner dan melalui algorimatnya, mereka akan melakukan beberapa hal berikut:
- Memilih distribusi bobot portofolio Anda sesuai dengan aset, area geografis, sektor, dll.
- Memilih reksa dana atau ETF untuk memiliki aset tersebut dalam portofolio
- Melakukan rebalance secara otomatis agar bobot aset tidak menyimpang dari distribusi ideal, yang disesuaikan dengan profil Anda.
- Beberapa roboadvisor akan melangkah lebih jauh dan melakukan pemantauan untuk memastikan jika profil Anda berubah karena alasan apapun (karena Anda bertambah usia, misalnya), portofolio terindeks Anda juga mencerminkannya.
Di Indonesia, dalam berinvestai reksa dana dengan bantuan roboadvisor, Anda dapat menggunakan Bibit sebagai platform investasi.
👉 Pelajari Robo Advisor: Apa itu, jenis & cara kerjanya
Pertanyaan yang sering diajukan (FAQ)
Berbeda dengan sekuritas variable income, yang pembayarannya dapat berfluktuasi sesuai dengan indikator tertentu, seperti suku bunga. Sekuritas fixed income memberikan pembayaran yang sudah ditentukan sebelumnya dan tetap pada tingkat bunga yang tidak berubah.
Menempatkan dana pada instrumen fixed income membantu menjaga kestabilan portofolio serta memberikan pengembalian yang konsisten. Dibandingkan dengan saham, obligasi memiliki tingkat volatilitas yang jauh lebih rendah, sehingga Anda tidak akan menghadapi perubahan harga tajam seperti yang sering terjadi pada saham bertumbuh.