Apa itu Trading Halt yang Dilakukan BEI saat IHSG lebih dari 8%?

Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali memberlakukan trading halt setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok tajam pada hari Selasa, 18 Maret 2025. BEI kembali melakukan trading halt pada 8 April 2025 setelah IHSG anjlok 8% setelah pasar sesi pertama dibuka.

Sebelumnya, hal ini pernah terjadi saat indonesia terdampak pandemi Covid-19 karena volatilitas pasar yang tinggi. Sehingga, BEI mengambil langkah serupa untuk menjaga stablitas perdagangan.
Dalam artikel ini, kami akan membahas apa itu trading halt? Kemudian, kami juga akan membahas cara kerja penghentian sementara ini dan bagaimana dampaknya. Yuk, simak untuk tahu lebih jelas!
👉 Cara Investasi Saham untuk Pemula, Ini Tipsnya!
Apa itu Trading Halt?
Trading Halt adalah kebijakan yang dapat Bursa Efek Indonesia ambil untuk menghentikan sementara aktivitas perdagangan karena IHSG mengalami penurunan tajam dalam waktu yang singkat. Kebijakan ini bertujuan untuk memberikan waktu pagi para pelaku pasar untuk merespons kondisi pasar secara lebih rasional sehingga mengurangi kepanikan yang terjadi.
Berdasarkan surat Nomor Kep-00003/BEI/04-2025, berikut beberapa aturan mengenai penghentian perdagangan:
- Penghentian Sementara: BEI mengambil langkah ini jika IHSG turun 8%. Sehingga mereka menghentikan perdagangan untuk sementara waktu selama 30 menit.
- Penghentian Sementara Lanjutan: Langkah ini mereka ambil jika setelah perdagangan dibuka kembali, namun IHSG tetap turun hingga 15%. Sehingga, akan ada penghentian perdagangan lagi selama 30 menit.
- Suspend: Hal tersebut terjadi ketika IHSG terus turun hingga 20%. Sehingga BEI dapat menghentikan sepanjang sisa hari bursa untuk mengantisipasi dampak yang lebih luas.
Ketiga langkah ini berguna untuk menjaga stabilitas pasar dan mencegah tekanan jual yang terjadi secara berlebihan.
Bersamaan dengan aturan tersebut, BEI juga mengeluarkan aturan batasan Auto Rejection Bawah menjadi 15% bagi efek berupa saham pada papan utama, papan pengembang dan papan ekonomi baru, ETF dan DIRE pada seluruh rentang harga.
Bagaimana Cara Kerja Trading Halt?
Trading halt adalah kebijakan dari Bursa Efek Indonesia untuk menghentikan perdagangan saham. Sehingga, ketika hal tersebut terjadi tidak ada investor yang dapat membeli atau menjual saham. Tujuannya adalah memberikan waktu kepada para pelaku pasar untuk melakukan analisis situasi yang dapat berpengaruh pada harga saham.
Berikut merupakan cara kerja dari trading halt adalah:
- Bursa saham mengumumkan kepada para investor bahwa akan terjadi penghentian sementara dalam waktu tertentu. Sehingga, para investor tidak mengalami kerugian finansial yang signifikan saat terjadi penghentian sementara.
- Selama penghentian ini, bursa saham melarang terjadinya perdagangan saham tertentu. Sehingga, tidak ada investor yang dapat membeli maupun menjual saham yang dilarang perdagangannya.
- Dalam beberapa kasus, bursa saham akan melakukan penghentian perdagangan saham secara menyeluruh.
- Perusahaan yang perdagangan sahamnya terhenti memberikan informasi kepada bursa saham terkait perubahan signifikan yang akan berpengaruh pada harga saham. Kemudian, bursa akan menghentikan perdagangan sebelum perusahaan memberikan pengumuman yang saham ke publik. Sehingga, baik bursa maupun pihak lain tidak dapat melakukan tindakan curang.
- Cara kerja trading halt adalah akan berhenti setelah beberapa waktu (umumnya 30 menit). Hal ini bertujuan memberikan waktu kepada para investor untuk merespons pengumuman tersebut kemudian dapat mengambil keputusan apakah akan menjual atau membeli saham tersebut.
- Kemudian, para investor dapat memperdagangkan saham kembali setelah berhentinya trading halt.
Untuk status open order yang belum tereksekusi sebelum pemberlakuan penghentian sementara, pesanan tersebut tetap berada dalam sistem perdagangan. Kemudian, saat perdagangan berlanjut, pesanan ini masih berlaku dan dapat tereksekusi sesuai dengan harga dan kondisi pasar.
Hal tersebut berbeda ketika terjadi trading suspend saat perdagangan terhenti lebih lama. Semua open order secara otomatis akan terhapus dari sistem. Sehingga, mereka harus memasukkan ulang pesanan mereka setelah perdagangan dibuka kembali.
Dengan begitu, kita tidak dapat mengatakan bahwa trading halt adalah bukanlah sesuatu yang buruk. Ini karena kebijakan tersebut memiliki tujuan meminimalisir risiko kerugian bagi para investor saham. Namun kondisi yang menyebabkan suatu saham atau indeks turun tajamlah yang perlu investor cermati.
Dengan adanya mekanisme ini, BEI berusaha untuk menjaga stabilitas pasar dan menghindari tekanan jual berlebihan yang dapat membuat kondisi pasar semakin buruk.
👉 Bank Indonesia: Suku Bunga BI Rate Maret 2025 Tetap 5,75%
Dampak Trading Halt
Selanjutnya, kita akan melihat dampak dari kebijakan ini.
Ketika mekanisme ini terjadi, seluruh kegiatan jual beli saham akan terhenti sementara. Sehingga, tidak ada transaksi yang bisa investor lakukan di pasar. Namun, hal ini memberikan beberapa dampak bagi para investor.
Berikut dampak yang muncul dari penghentian sementara bagi para investor:
Memberikan Waktu untuk Investor
Penghentian sementara perdagangan tersebut dapat menjadi momen penting untuk menenangkan diri. Sehingga, para investor dapat menganalisis situasi dan menghindari pengambilan keputusan yang salah karena panik.
Dalam kondisi pasar yang bergejolak, banyak investor yang bereaksi dengan melakukan penjualan besar-besaran tanpa melakukan anlisis mendalam. Dengan trading halt adalah investor memiliki kesempatan untuk meninjau kembali kondisi pasar, menganalisis beberapa faktor yang mempengaruhi harga saham, serta melakukan pengambilan keputusan dengan lebih bijak.
Mencegah Panic Selling
Penurunan harga saham yang tajam membuat banyak investor panik sehingga menjual saham mereka saat harganya sedang rendah. Mekanisme ini membantu mengurangi aksi panic selling sehinga mencegah harga saham turun lebih tajam.
Mengurangi Volatilitas Pasar
Mekanisme trading halt adalah dapat membantu mengurangi volatilitas ekstrem yang terjadi di pasar. Kemudian, hal tersebut juga dapat memberikan waktu bagi otoritas untuk mengkaji langkah-langkah yang mereka butuhkan untuk menjaga stabilitas perdagangan.
Menimbulkan Ketidakpastian
Meskipun memiliki tujuan yang baik, trading halt dapat menimbulkan ketidakpastian bagi para investor. Ini karena mekanisme tersebut terkadang menimbulkan keraguan untuk mulai berinvestasi. Mereka bisa saja berasumsi bahwa hal yang sama dapat terjadi di masa yang akan datang.
👉 Ini Risiko Investasi Saham yang Mungkin Anda Temui!
Penyebab BEI Lakukan Trading Halt pada 18 Maret 2025
Sebelumnya, trading halt pernah terjadi di tahun 2020 oleh karena adanya pandemi Covid-19. Sebelum Presiden RI ke-7 Joko Widodo menyatakan virus Corona resmi masuk ke Indonesia, ada fenomena penurunan pada aktivitas bursa di dua bulan awal 2020. Semula, IHSG berada di level 6.300, kemudian turun ke level 5.900 di akhir Januari dan terkoreksi ke level 5.400 di akhir Februari.
IHSG sempat anjlok 6,58%pada pertengahan Maret 2020 menandai penurunan harian terbesar sehingga BEI memutuskan untuk memberlakukan trading halt. Namun IHSG terus mengalami pemulihan secara perlahan sejalan dnegan penanggulangan pandemi dan ekonomi yang membaik.
Namun, kali ini kasusnya berbeda. Penghentian sementara bukan karena adanya krisis global, melainkan adanya aktivitas jual yang tinggi oleh investor asing pada saham-saham konglomerasi dan big caps. Hal ini memicu adanya panic selling di kalangan investor domestik sehingga mereka juga ikut melepas saham dan membuat indeks mengalami penurunan. Berikut penjelasan kenapa BEI melakukan trading halt adalah:
👉 Ini Rekomendasi Saham Terbaik di Indonesia 2025
IHSG Anjlok Lebih dari 5%
Selasa, 18 Maret 2025, Indeks Harga Saham Gabungan menunjukkan penurunan yang signifikan mencapai lebih dari 5% sehingga BEI harus melakukan penghentian sementara. Pada sesi perdagangan pertama, IHSG mencapai level terendahnya pada level 6.011,8. Hal ini berarti bahwa indeks melemah 7,1% dari level penutupan sebelumnya sehingga BEI harus mengambil keputusan untuk melakukan trading halt selama 30 menit.
Pada akhir sesi kedua, IHSG ditutup dengan posisi yang melemah di level 6.223,388 atau sekitar 3,84%. Apabila kita bandingkan dengan bursa regional Asia lainnya, keadaan tersebut menjadi anomali.
Ini karena pada hari yang sama, indeks seperti Nikkei mengalami peningkatan 1,4%. Kemudian pada indeks SSCE (Shanghai Composite Index) mengalami peningkatan sebesar 1%. Kondisi ini memberikan indikasi tentang adanya kekhawatiran investor terhadap perekonomian dan pasar uang Indonesia.

Mari kita melihat apa yang terjadi pada tanggal 18 Maret 2025 kemarin melalui data IDX Top Laggards berikut:

Berdasarkan data top laggards di atas kita dapat melihat saham-saham big caps mengalami penurunan nilai yang signifikan pada hari itu. Misalnya, saham PT Dci Indonesia (DCII) sebagai penyedia pusat data terkemuka di Indonesia mengalami penurunan nilai yang mencapai 20%, dari yang sebelumnya Rp 144.750 per lembar saham menjadi Rp 115.800 per lembar.
Kemudian, kita juga dapat melihat saham-saham perusahaan perbankan juga mengalami penurunan. Saham Bank Central Asia (BBCA) mengalami penurunan sebesar 3,49% begitu juga dengan saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) juga mengalami penurunan nilai sebesar 3,92%.
Saham konglomerasi milik Prajogo Pangestu yaitu adalah BRPT, BREN dan TPIA juga menjadi pemberat IHSG.
IHSG kembali anjlok lebih dari 9%
Pada Selasa 8 April 2024, BEI melakukan trading halt atau pembekuan sementara pada pukul 09.00 hingga 09.30. Trading halt dilakukan tepat saat pasar saham Indonesia dibuka setelah libur panjang Idul Fitri 2025. Tindakan ini dilakukan karena penurunan indeks mencapai 8%. IHSG dibuka melemah hingga 9,19% ke level 5.912.

Pergerakan IHSG mengekor pergerakan indeks utama seluruh dunia yang melemah usai Donald Trump mengumumkan pemberlakuan tarif timbal balik (reciprocal tariffs). Namun saat IHSG kembali dibuka, indeks utama di Asia sudah mengalami rebound.
- Nikkei 225: + 5,38%
- Hang Seng: + 1,86%
- SSEC: + 0,91%
IHSG pada perdagangan 8 April 2025 kemudian ditutup melemah 7,9% ke level 5.999,14. Kali ini saham perbankan yang menjadi pemberat pergerakan IHSG. Bagi para investor ini bisa menjadi kesempatan mereka untuk mendapatkan saham dengan harga murah. Namun pertanyaannya, apakah IHSG akan rebound seperti indeks Amerika dan beberapa indeks utama di Asia? Inilah yang perlu kita cermati!

Penyebab Lain Anjloknya IHSG
Selanjutnya, sejumlah analis juga mengidentifikasi beberapa faktor yang memicu kekhawatiran investor asing sehingga menarik dananya. Berikut beberapa hal yang perlu kita cermati:
- Isu pengunduran diri Menteri Keuangan Sri Mulyani: Kabar ini menimbulkan ketidakpastian pada kebijakan fiskal yang di masa yang akan datang. Namun Sri Mulyani, sahabat Christine Lagarde ini telah menepis isu pengunduran dirinya.
- Penurunan peringkat oleh Morgan Stanley dan Goldman Sachs: Morgan Stanley menurunkan peringkat saham Indonesia dari equal-weight (EW) menjadi underweight (UW) pada akhir Februari 2025. Kemudian, Goldman Sach menurungkan peringkat saham RI dari overweight menjadi market weight. Hal tersebut membuat investor asing melihat ketidakpastian yang ada pada pasar saham Indonesia.
- Penurunan pendapatan negara hingga 30%: Penurunan yang signifikan ini menyebabkan negara mengalami defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menjadi Rp 31,2 triliun dalam 2 bulan pertama 2025. Sehingga, pemerintah harus menerbitkan SBN guna menutup defisit tersebut.
- Melemahnya daya beli masyarakat: Indikasi deflasi selama Januari (0,76%) dan Februari (0,48%) di tahun 2025 mencerminkan pelemahan daya beli masyarakat. Hal ini dapat berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi.
- Kebijakan tarif Presiden AS: Kebijakan tarif yang diterapkan oleh Donal Trump menyebabkan terjadinya shifting investment atau peralihan investasi ke aset dengan risiko yang lebih rendah hingga safe haven, misalnya emas yang terus mengalami kenaikan.
Beberapa faktor yang telah kami sebutkan di atas menambah kekhawatiran investor asing terhadap stabilitas perekonomian indonesia. Sehingga, pada akhirnya mereka melepas saham-saham yang kemudian memicu penurunan tajam IHSG dan pemberlakukan trading halt oleh BEI.
👉 Mana Investasi yang Lebih Untung, Emas vs SBN? Temukan jawabannya dalam artikel tersebut!
Apa yang dilakukan jika terjadi Trading Halt?
Ketika berada pada kondisi tersebut, perdagangan saham akan berhenti sementara sehingga pasar menjadi lebih tenang dan mencegah terjadinya aksi jual yang berlebih akibat panic selling. Penghentian sementara ini dapat memberikan waktu bagi investor untuk meninjau kembali keputusan investasi mereka, melakukan analisis ulang, dan mempertimbangkan faktor fundamental maupun teknikal sebelum kembali melakukan transaksi.
Berikut penjelasan dari beberapa hal yang sebaiknya Anda lakukan saat terjadi trading halt adalah:
- Meninjau kembali kondisi perekonomian: Anda dapat melihat kondisi perekonomian domestik maupun global . Sehingga, Anda dapat memahami apakah koreksi pasar bersifat sementara atau menjadi indikasi tren bearish dalam jangka waktu yang panjang.
- Melakukan analisis fundamental saham: Berikutnya, Anda dapat mencari saham dengan nilai intrinsik yang menarik meskipun harganya sedang mengalami penurunan. Hal ini memberikan Anda peluang untuk memperoleh keuntungan ketika harga saham tersebut kembali naik.
- Melakukan analisis teknikal saham: Anda juga dapat melihat apakah ada sinyal pembalikan arah atau titik support yang dapat menjadi indikasi terkait potensi kenaikan kembali harga saham.
👉 Strategi Triangle Pattern untuk Analisis Market
Beberapa analis memberikan pernyataan bahwa penurunan signifikan pada IHSG dapat menjadi peluang baik untuk membeli saham berkualitas dengan harga diskon. Namun, kapan IHSG akan rebound?
Ini semua tergantung pada beberapa faktor seperti kebijakan ekonomi pemerintah, kondisi pasar global, dan sentimen dari para investor. Rebound tersebut dapat terjadi dalam hitungan hari, minggu, bahkan bisa lebih lama tergantung pada pemulihan ekonomi secara menyeluruh.
Oleh karena itu, Anda perlu tetap waspada, disiplin dalam menjalankan strategi investasi, serta tidak mengambil keputusan secara terburu-buru.
👉 Pelajari juga Pengaruh Kebijakan Moneter pada Pasar Keuangan
Pertanyaan yang sering diajukan (FAQ)
Penghentian sementara bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi para investor agar dapat menentukan respons mereka terhadap perubahan harga yang terjadi secara drastis dalam waktu yang cepat. Sehingga ketika bursa sedang trading halt artinya bukan hal yang buruk. Namun, mekanisme ini terkadang memunculkan ketidakpastian bagi para investor.
Berbeda dengan trading suspend di mana open order yang belum tereksekusi akan terhapus dari sistem, ketika terjadi penghentian sementara, open order yang belum tereksekusi akan tersimpan di dalam sistem. Kemudian, ketika perdagangan dibukan kembali, pesanan tersebut akan dieksekusi sesuai dengan kondisi dan harga pasar.
BEI tercatat telah melakukan trading halt sebanyak dua kali pada tahun 2025 yaitu pada 18 Maret 2025 dan 8 April 2025.