Bom Donald Trump: Kontroversi Alasan Trump Naikkan Tarif Impor

Bom Donald Trump akan meledak karena 25% utang AS akan jatuh tempo dalam beberapa bulan. Sebelumnya, Wall Street sangat optimis ketika Donald Trump memenangkan pemilu. Ini karena dalam beberapa sesi, indeks Amerika naik hampir 5%, bahkan Nasdaq mengalami kenaikan hampir 10%.

Bom Donald Trump yang terancam meledak adalah 25% utang AS yang jatuh tempo di tahun 2025 dan kaitannya dengan tarif impor Trump

Namun, semua yang mereka peroleh selama akhir tahun, musnah begitu saja. Kita dapat melihat indeks S&P 500 mengalami penurunan sebesar 17%. Kemudian, indeks penting lainnya seperti Nasdaq Composite serta Russel 2000, masing mengalmi penurunan sebesar 22% dan 25%.

Apa yang sebenarnya sedang terjadi?

Kebijakan tarif resiprokal (tarif Trump untuk impor AS), perang dagang, serta tekanan geopolitik menyebabkan indeks tetap merah.

Dalam artikel ini, kami akan menjelaskan gagasan apa yang ada di balik semua ini termasuk kenaikan tarif impor Trump. Mungkin tampak tidak masuk akal karena bisa saja ini sudah mereka rencanakan dan bukan keputusan gila tanpa alasan yang jelas. Yuk, simak untuk tahu lebih jelas!

Apa Bom Donald Trump yang akan Meledak?

Kami akan memberikan spoiler di awal, berbicara tentang perbudakan pada ekonomi modern, yaitu utang.

Sepanjang sejarah, negara Barat (termasuk AS) mampu mempertahankan keuangan yang relatif seimbang. Misalnya, Amerika Serikat selama tahun 70-an dan 80-an memiliki utang yang tidak melebihi 50% dari PDB-nya. Kemudian, pada tahun-tahun tersebut Produk Domestik Bruto mereka jauh lebih rendah daripada saat ini.

Kemudian, pada tahun 90-an dan awal 2000-an, batas ini naik menjadi 70% hingga 80% dari PDB-nya. Sehingga, masih dapat kita sebut cukup bertanggun jawab.

Bom Donald Trump: Rasio utang AS yang terus naik.
Rasio Utang terhadap PDB AS (1970-2025) | Sumber: FRED

Di sisi lain, Indonesia memiliki rasio utang terendah 23% dan tertinggi 87,43% (tahun 2000).

Lonjakan Rasio Utang Amerika Serikat

Semuanya berubah setelah krisis keuangan di tahun 2008, ketika perekonomian memutuskan untuk terus tumbuh berdasarkan utang. Tingkat utang ini sangat fantastis karena kita berbicara dengan tingkat utang yang melebihi 100%.

Tentu saja, mimpi kesejahteraan berdasarkan utang ini kurang lebih telah berjalan dalam satu dekade terakhir. Hal tersebut berkat suku bunga riil negatif maupun positif dalam periode waktu yang sangat singkat.

Tingkat suku bunga The Fed dari tahun 2000 hingga 2025
Suku Bunga The Fed (2000-2025) | Sumber: FRED

Perekonomian dapat terjerat utang dengan sangat mudah. Sehingga, hal terburuknya mereka dapat membayar suku bunga yang sangat rendah. Kemudian, kabar baiknya mendapat keuntungan langsung dari pinjaman (menghasilkan nilai riil yang lebih rendah).

Ketika jatuh tempo, utang tersebut dalam mereka biayai secara berulang dengan skema yang sama.

Namun, kondisi berubah sejak tahun 2021 ketika inflasi tidak terkendali sehingga memaksa kenaikan suku bunga dengan signifikan, sebesar 5% hingga 5,25%.

Inilah BOM yang harus Pemerintahan Trump hadapi karena 25% dari total utang Amerika jatuh tempo tahun ini. Dengan 70%-nya harus mereka bayarkan pada semester pertama.

Pembiayaan kembali utang pada suku bunga riil negatif (atau sekitar 1%) tidak sama dengan pembiayaan kembali dengan suku bunga riil 4,25% (atau sekitar 2%), ditambah dengan tingkat utang yang jauh lebih tinggi.

Dan di sinilah BOM yang harus dihadapi oleh Pemerintahan Trump: 25% dari total utangnya jatuh tempo sepanjang tahun ini. Dan dari jumlah tersebut, 70% selama semester pertama ini.

Kali ini, kita akan berbicara lubang dalam anggaran federal AS di mana pembayaran bunga menjadi pos pengeluaran terbesar ketiga (di bawah anggaran kesehatan dan pensiun) dengan alokasi sebesar US$ 1,15 triliun.

Apa yang terjadi ketika mereka terpaksa membiayai kembali 25% dari total uang yang akan jatuh tempo dalam beberapa bulan dengan bunga 4%? Apakah pembayaran bunga akan menjadi pos pengeluaran terbesar AS?

Oleh karena itu, hal ini menjadi lubang besar pada anggaran mereka. Sehingga, pemerintahan AS seharusnya berhemat dan melakukan efisiensi.

Apa rencana darurat dalam mengatasi Bom Donald Trump & kaitannya dengan tarif impor Trump?

Situasinya memang tidak mudah. Namun, mendinginkan perekonomian dan pasar dapat menjadi solusi dalam jangka waktu pendek.

Oleh karena itu, fakta ini membenarkan semua gerakan yang dapat terlihat dari luar secara apriori sebagai gerakan yang tidak menentu. Hal ini didukung dengan pengenaan tarif impor Trump secara global dan pernyataan yang kontroversial di luar sifat Donald Trump yang suka pamer dan megalomania.

Selanjutnya, mari kita melihat dua pernyataan dari Trump!

“Uang tidak hilang dari saham”

Akhir-akhir ini kita terbiasa melihat berita bahwa Nvidia kehilangan US$ 600 miliar, rekor terbesar kehilangan nilai dalam satu sesi sepanjang sedara. Berita seperti ini juga muncul pada perusahaan lainnya seperti Tesla (TSLA) dan perusahaan lainnya.

Bom Donald Trump: Berita Perusahaan Nvdia kehilangan kapitalisasinya mencapai US$ 600 miliar
Berita Nvidia Mengalami Penurunan Harga Saham

Namun, apakah uang tersebut benar-benar hilang?

Faktanya, tidak sepenuhnya uang tersebut hilang, namun sebenarnya yang kehilangan adalah Nvidia dan para pemegang sahamnya. Kerugian tersebut sebenarnya adalah penarikan uang tunai yang kemudian mereka alihkan ke tempat lain. Misalnya, mereka beralih ke pasar Asia atau Eropa, bahkan seringkali mereka alihkan ke pasar pendapatan tetap.

Pernyataan tersebut dapat kita artikan sebagai tujuan pemerintah AS untuk mendinginkan pasar saham. Selanjutnya, mereka ingin pasar saham untuk turun secara perlahan hingga persentase tertentu dalam beberapa bulan tanpa memicu terjadinya crash. Tujuannya adalah mengalihkan sebagian besar uang tersebut ke pasar pendapatan tetap.

Namun, mengapa mereka melakukan hal ini?

Ini karena pada bulan Februari mereka telah menerbitkan obligasi pemerintah Amerika 10 tahun dengan kupon lebih tinggi dari 4,5%. Hal ini sesuai rencana mereka yaitu mendinginkan pasar saham dan investor lebih tertarik dengan kupon tinggi. Sehingga, uang tersebut beralih ke pasar pendapatan tetap dengan gagasan membuat harganya lebih murah.

Jika terjadi lonjakan permintaan secara mendadak, maka imbal hasil obligasi akan turun. Hal tersebut persis seperti apa yang diinginkano oleh pemerintahan Trump. Setelah berusaha susah payah, hal tersebut membuahkan hasil kaena saat ini imbal hasil obligasi Treasury AS tenor 10 tahun mengalami penurunan 10% dalam dua bulan.

👉 Pertemuan The Fed Maret 2025: Pertahankan Suku Bunga 4,25-4,5%

Tentunya pencapaian ini merupakan suatu keberhasilan, namun tentu saja belum cukup.

Bom Donald Trump: Tingkat Imbal Hasil US Treasury
Imbal Hasil Oblgasi Pemerintah AS Tenor 10 Tahun | Sumber: Trading Economics

“Apa yang sudah kita lakukan sudah sangat besar”

Pernyataan yang kedua ini mereka butuhkan agar suku bunga menjadi jauh lebih akomodatif karena The Fed menurunkannya. Namun, penurunan yang mereka harapkan bukan seperempat poin setiap dua kuartal, melainkan mereka mengharapkan penurunan sebesar 50 poin per kuartal.

Namun, untuk melakukan hal tersebut, The Fed harus mengendalikan inflasi di bawah 2%. Tujuan ini dapat dibilang gagal atau lebih sulit daripada yang mereka perkirakan.

Inilah bagian dari kedua dari rencana untuk mempercepat penurunan, yaitu mendinginkan ekonomi bukan dari sisi penawaran (pasar kredit), namun dari sisi permintaannya (memburuknya sentimen konsumen).

Jika kita urutkan, berikut cara kerjanya:

  1. Tarif impor Trump yang tinggi akan mengarah pada perang dagang dengan blok perekonomian lainnya. Hal ini seperti yang telah terjadi dengan Uni Eropa, yaitu memberlakukan kebijakan proteksionisme.
  2. Kemudian, tingkat kepercayaan konsumen akan menurun. Bagi negara seperti Amerika dengan lebih dari 70% PDB-nya dari kegiatan konsumsi, pembatasan terhadap hal tersebut dapat menyebabkan perlambatan aktivitas ekonomi.
  3. Selanjutnya, ketika The Fed melihat perlambatan ekonomi, mereka akan menurunkan suku bunga jauh lebih cepat dari biasanya. Tujuannya, mengembalikan optimisme pasar dan mendurung tren naik yang baru di sektor tenaga kerja, ekonomi, dan pasar saham.

Perhatikan gambar di bawah ini yang menunjukkan bagaimana tingkat kepercayaan konsumen saat ini mengalami penurunan dalam dua bulan terakhir. Bahkan, penurunan tersebut telah melampaui ambang batas 100 poin (titik acuan) dan kembali ke tingkat saat pasca-pandemi.

Grafik Indeks Kepercayaan Konsumen
Indeks Kepercayaan Konsumen AS (2007-2025) | Sumber: The Conferenc Board

Berikut pernyataan Donald Trump ketika ia ditanya apakah akan ada resesi:

Siapa yang tahu? Saya benci memprediksi hal-hal seperti itu. Ada periode transisi, karena apa yang kita lakukan sangat besar, kita membawa kekayaan kembali ke Amerika Serikat”

Sehingga, dapat kita katakan bahwa Donald Trump tidak mengesampingkannya.

Apa Rencana Terakhir untuk Mengatasi Bom Donald Trump?

Intinya, mereka sedikit meniru langkah Milei (namun dengan cara yang sedikit lebih lembut). Kita ingat bahwa Milei langsung membawa Argentina ke dalam kondisi resesi dan terlihat seperti sebuah kejahatan. Namun, ia membutuhkan cara itu untuk membersihkan sebagian besar kebiasaan buruk yang diciptakan para politisi di negara tersebut.

Tidak hanya itu saja.

Penurunan suku bunga dapat meningkatkan aktivitas ekonomi sehingga mereka akan memanfaatkan kesempatan itu untuk membiayai kembali utang yang menumpuk. Ini karena mereka dapat melakukan hal tersebut dengan suku bunga yang lebih nyaman sehingga pos ini pertumbuhannya menjadi lebih proporsional dalam anggaran.

Singkatnya, hal ini akan menjadi rencana hitam di atas kertas dan semuanya saling melengkapi.

Namun, di sisi lain Trump harus menghadapi tekanan politik, ekonomi, dan populis dari dalam maupun luar negeri. Kita harus ingat bahwa ia masih seorang politisi dan belum jelas apakah hal ini akan berakhir dengan baik. Oleh karena itu, taruhannya sangat kuat dan berisiko sehingga kita hanya bisa menunggu hasilnya.

Tetapi apabila rencana ini terlaksana dan Trump tertarik untuk menstimulasi perekonomian, mungkin ia akan meluncurkan wacana baru yang lebih bersahabat tentang menaikkan tarif atau memoderasinya. Meskipun hal tersebut masih menjadi spekulasi.

Bagaimana Memanfaatkan Volatilitas Pasar Saham saat Bom Donald Trump Hampir Meledak?

Berbicara tentang spekulasi, kami akan memberikan Anda rekomendasi untuk membuka posisi short pada indeks pasar utama di AS. Sehingga, Anda dapat mengambil keuntungan dari beberapa pergerakan yang terjadi (bisa juga penurunan bullish, dalam tren bearish).

👉 Bullish dan Bearish: Apa Perbedaannya? Temukan penjelasannya dalam artikel tersebut!

Anda dapat berinvestasi melalui perdagangan futures maupun opsi pada indeks saham seperti E-Mini SP500 atau E-Mini Nasdaq. Tentunya, Anda dapat berinvestasi dari Indonesia pada kedua pilihan tersebut dengan menggunakan Interactive Brokers.

Kesimpulannya, untuk membiayai kembali utang AS, pemerintahan Trump melakukan taruhan yang sangat berisiko. Ia memberlakukan peningkatan tarif impor Trump sehingga dapat mendinginkan pasar saham sementara dan meningkatkan permintaan obligasi pemerintah AS. Namun, jika rencananya berjalan buruk hal ini akan menimbulkan perang tarif global yang dapat mendinginkan ekonomi di seluruh dunia dan menyebabkan terjadinya resesi.

👉 Ini Dampak Reciprocal Tarif Trump di Pasar Saham Eropa, AS & Indonesia

Petanyaan yang sering diajukan (FAQ) – Bom Donald Trump

Apa yang menjadi Bom Donald Trump?

Jatuh tempo sebesar 25% dari total utang AS pada tahun ini menjadi ancaman besar bagi pemerintahan Donald Trump. Sehingga, hal tersebut membuat pemerintah AS harus melakukan taruhan yang sangat berisiko. Kebijakan resiprocal tarrif (tarif impor Trump) yang baru saja ia terapkan untuk mendinginkan pasar saham berpotensi memunculkan perang tarif secara global. Hal ini dikhawatirkan dapat menimbulkan resesi.

Bagaimana jika pemerintahan Trump gagal melakukan pembayaran utang?

Jika pemerintahan Trump gagal membayar utang yang jatuh tempo, kepercayaan investor bisa anjlok, suku bunga melonjak, dan pasar keuangan terguncang. Kemudian, Dolar AS bisa melemah sehingga memicu krisis ekonomi global. Selain itu, AS berisiko kehilangan status kredit tertinggi serta memperburuk defisit dan meningkatkan biaya pinjaman di masa depan.

Artikel Terkait